Karakteristik Anak Tunadaksa Pertimbangan Memilih Tes

PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 49 3 KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KONSEP DASAR PESERTA DIDIK TUNADAKSA A. Tujuan Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan konsep dasar dan karakteristik peserta didik tunadaksa. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mengidentifikasi karakteristik tunadaksa. 2. Menjelaskan pendekatan identifikasi tunadaksa. 3. Menentukan prosedur identifikasi tunadaksa. 4. Menentukan ruang lingkup identifikasi tunadaksa. 5. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik tunadaksa berkaitan dengan aspek mental dan intelektual. 6. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik tunadaksa berkaitan dengan aspek emosional dan perilaku. 7. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik tunadaksa berkaitan dengan aspek moral. 8. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik tunadaksa berkaitan dengan aspek latar belakang sosial dan budaya. C. Uraian Materi

1. Karakteristik Anak Tunadaksa

Ada berbagai macam definisi tentang tunadaksa, tergantung dari siapa dan sudut mana melihatnya. Nakata 2003, dalam Djadja R, 2006 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tunadaksa adalah: Mereka yang tingkat kecacatan fisiknya mengakibatkan mereka menemukan kesulitan yang berat atau ketidakmungkinan melakukan gerak dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan menulis meskipun dengan mempergunakan alat-alat bantu pendukung. Anak tunadaksa, dilihat dari persentasi anak berkebutuhan khusus yang lain, termasuk kelompok yang jumlahnya relatif kecil yaitu diperkirakan 0,06 dari populasi anak usia sekolah. Sedangkan jenis kelainannya bermacam-macam dan PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 50 3 bervariasi, sehingga permasalahan yang dihadapi sangat kompleks. Pada dasarnya anak tunadaksa dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu 1 Kelainan pada sistem serebral cerebral system dan 2 kelainan pada sistem otot dan rangka musculus skeletal system. Yang termasuk pada kelompok pertama, seperti Cerebral Palsy yang meliputi jenis spastic, athetosis, rigid, hipotonia, tremor, ataxia, dan campuran. Sedangkan yang termasuk pada kelompok kedua, seperti poliomyelitis, muscle dystrophy dan spina bifida. Sedangkan anak-anak yang mengalami kelumpuhan yang dikarenakan kerusakan pada otot motorik yang sering diderita oleh anak-anak pasca polio dan muscledystrophy lain mengakibatkan gangguan motorik terutama gerakan lokomosi, gerakan ditempat, dan mobilisasi. Ada sebagian anak dengan gangguan gerak yang berat, ringan, dan sedang. Untuk berpindah tempat perlu alat ambulasi, juga perlu alat bantu dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu memenuhi kebutuhan gerak. Dalam kehidupan sehari-hari anak perlu bantuan dan alat yang sesuai. Keadaan kapasitas kemampuan intelektual anak gangguan gerak otot ini tidak berbeda dengan anak normal Heri Purwanto, 2010. Sebelum guru memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tundaksa, guru harus memperhatikan kebutuhan layanan bagi mereka, menurut Dudi Dunwan 2011 kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain: a. Segi kesehatan anak Apakah ia memililki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, kalau digerakkan sakit sendinya, dan masalah lain seperti harus meminum obat dan sebagainya. b. Kemampuan gerak dan mobilitas Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya. Hal ini berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan. c. Kemampuan komunikasi Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan lisan, tulisan, isyarat dan sebagainya. d. Kemampuan dalam merawat diri Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Misalnya; dalam berpakaian, makan, mandi dan lain-lain. e. Posisi PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 51 3 Bagaimana posisi anak tersebut pada waktu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, waktu istirahat, di kamar kecil toilet, saat makan dan sebagainya. Sehingga physical therapist sangat diperlukan. Peserta didik yang mengalami tunadaksa secara kuantitas jumlahnya kecil, tetapi di dalamnya terdiri dari berbagai macam kelompok. Yang dimaksud peserta didik tunadaksa adalah anak atau individu yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak tulang, sendi, otot karena kelainan neuro-muskular yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Kelainan tunadaksa dapat merentang dari kelainannya yang hanya sedikit atau tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan dan belajar anak, sampai pada kondisi lain yang melibatkan adanya kelainan neurologis yang berpengaruh terhadap keterampilan motorik kasar dan halus, dan juga inteligensi. Penting untuk disadari bahwa ketunadaksaan tidak secara otomatis menyebabkan peserta didik memiliki ketunagrahitaan atau mengalami masalah belajar. Beberapa peserta didik dengan ketunadaksaan mempunyai masalah belajar, asumsi hendaknya jangan dibuat berdasarkan kapasitas belajar individu muncul karena ketunadaksaan. Meskipun berat ketunadaksaan yang disandang seorang anak, kadang-kadang tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan intelektual dan tingkat inteligensi bagi peserta didik dengan ketunadaksaan merentang dari yang gifted sampai dengan yang tunagrahita berat.

2. Klasifikasi Tunadaksa