BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Percobaan Tabel 4.1.1.Data Analisa Bilangan Iodin Pada Crude Palm Oil
No Sampel
Kode Berat
Sampel gr
Volume Titrasi
Blanko mL
Volume Titrasi
Sampel mL
Normalitas Na
2
S
2
O
3
N Kadar
Bilangan Iodin
mgL Rata-
Rata
mgL
1 CPO 1
Q14 1 0,3045
42,20 29,80
0,1004 51,88
51,85 Q14 2
0,3552 42,20
27,75 0,1004
51,83 2
CPO 2 Q15 1
0,3175 42,20
29,40 0,1004
51,33 51,32
Q15 2 0,3351
42,20 28,70
0,1004 51,32
3 CPO 3
Q16 1 0,3210
42,20 29,20
0,1004 51,60
51,62 Q16 2
0,3034 42,20
29,90 0,1004
51,65
Tabel 4.1.2. Data Analisa Bilangan Iodin Pada RBD Olein
No Sampel
Kode Berat
Sampel gr
Volume Titrasi
Blanko mL
Volume Titrasi
Sampel mL
Normalitas Na
2
S
2
O
3
N Kadar
Bilangan Iodin
mgL Rata-
Rata mg
L
1 RBD Olein 1
Q21 1 0,2739
46,80 34,20
0,1000 58,37
58,35 Q21 2
0,2752 46,80
34,50 0,1000
58,33 2
RBD Olein 2 Q22 1
0,2861 46,80
33,70 0,1000
58,10 58,06
Q22 2 0,2602
46,80 34,90
0,1000 58,03
3 RBD Olein 3
Q23 1 0,2910
46,80 33,45
0,1000 58,21
58,26 Q23 2
0,2774 46,80
34,05 0,1000
58,32
Universitas Sumatera Utara
4.2. Perhitungan
IV = Keterangan :
Vb : Volume penitaran Blanko mL
Vs : Volume penitaran Sampel mL
N Thio : Normalitas Na
2
S
2
O
3
N BE I
2
: 12,69 W
: Berat Sampel gram
A. Sampel Crude Palm Oil
CPO 1 :
Q14 1 IV = = 51,88 meq
Q142 IV = = 51,83 meq
∑ IV =
= 51,85 meq CPO : 2
Q151 IV = = 51,32 meq
Q152 IV = = 51,33 meq
∑ IV =
= 51,32 meq
Universitas Sumatera Utara
CPO : 3
Q161 IV = = 51,60 meq
Q161 IV = = 51,65 meq
∑ IV =
= 51,62 meq
B. Sampel RBD Olein
ROL 1 :
Q21 1 IV = = 58,37 meq
Q21 2IV = = 58,33 meq
∑ IV =
= 58,35 meq ROL 2 :
Q22 1 IV = = 58,10 meq
Q22 2 IV = = 58,03 meq
∑ IV =
= 58,06 meq
Universitas Sumatera Utara
ROL 3 :
Q23 1 IV = = 58,21 meq
Q23 2 IV = = 58,32 meq
∑ IV =
= 58,26 meq
4.3 Reaksi Percobaan
2Na
2
S
2
O
3 +
I
2
2NaI + Na
2
S
4
O
6
4.4 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata bilangan iodin untuk CPOQ14= 51,85 meq , CPOQ15= 51,32 meq, CPOQ16= 51,62meq
dan untuk RBD Olein Q21= 58,35 meq,RBD Olein Q22 =58,06 meq , RBD Olein Q23 = 58,26 meq. Dan dari data yang diperoleh hasil analisis telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu untuk CPO = 50 – 56 meq dan untuk
RBD Olein = min 56 meq.
Dari hasil tersebut dilihat bahwa bilangan iodin dari RBD Olein memiliki tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, memperlihatkan bahwa kandungan asam
lemak bebas tidak jenuh dalam RBD Olein yang tinggi dibandingkan dengan CPO Crude Palm Oil.
Universitas Sumatera Utara
Bilangan iodin dapat menyatakan derajat ketidakjunuhan dari minyak atau lemak.Bilangan iodin minyak atau lemak yang tinggi biasanya berupa cairan,
sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa padatan. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iod
dalam jumlah yang besar. Bila bilangan iodin semakin tinggi maka kualitas dari suatu minyak goreng semakin bagus.Jadi parameter iodin ini sangat penting untuk
menjaga kualitas dari suatu minyak sehingga mutunya dapat terjamin dan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Dari hasil analisis yang telah dilakukan, Minyak CPO DAN RBD olein yang dianalisis berada diatas ambang standar SNI
- Diperoleh kualitas minyak CPO dan RBD Olein masih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI.
5.2. Saran
- Diharapkan untuk menganalisa minyak CPO dan RBD Olein menggunakan parameter yang lain, seperti penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air,
bilangan peroksida, bilangan penyabunan, penentuan titik leleh supaya
wawasan kita tidak terpaku pada bilangan iodin saja
- Diharapkan pada saat penambahn larutan wijs terhindar dari cahaya, panas dan
udara.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit Elaeis guinensis jacq diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat.Namun, adapula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal
dari Amerika, yakni di Brazilia. Kelapa sawit saat ini berkembang pesat di Asia Tenggara,khususnya Indonesia dan Malaysia, dan bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1848 hanay sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon
Mauritius dan Amsterdam.Keempat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan di Deli Sumatera Utara.
Menurut Hunger 1924 pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1870 di
Musi Hulu. Bapak Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang
Belgia bernama Adrine Hallet, pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit
secara komersial dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput Aceh dan Pulu Raja Asahan.Risza S,1994.
2.2. Tanaman Kelapa Sawit