PEMBAHASAN Prevalensi Traumatik Ulser pada Pengguna Piranti Ortodonti Cekat di Klinik PPDGS FKG USU

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di Klinik PPDGS Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016 sebesar 73,3. Angka ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Shintaningrum pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember yang menunjukkan prevalensi traumatik ulser sebesar 67,8. Prevalensi ini lebih rendah dari hasil penelitian Anindita dkk., yang melakukan penelitian pada 61 orang pasien pengguna alat ortodontik cekat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi, dan mendapatkan prevalensi traumatik ulser sebesar 90,1. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan mekanoterapi dan perbedaan lama pemakaian piranti ortodonti antara kedua penelitian tersebut. 7,10 Hasil penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan diperoleh prevalensi traumatik ulser tertinggi ditemukan pada kelompok perempuan yaitu sebesar 75,5, sedangkan prevalensi traumatik ulser pada laki-laki sebesar 63,7. Tingginya angka prevalensi pada perempuan dipengaruhi oleh faktor hormonal yang terdapat pada perempuan yaitu hormon estrogen. 39 Hormon estrogen lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki- laki. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mukosa mulut sensitif terhadap efek dari hormon estrogen. Hormon ini mempengaruhi rongga mulut ketika terjadi perubahan jumlah hormon selama masa pubertas, kehamilan, menstruasi dan menopause. Hormon estrogen yang meningkat pada masa pubertas dan kehamilan dapat menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih rentan terhadap terjadinya inflamasi. 39 Peneliti juga mengelompokkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan waktu terjadinya. Berdasarkan waktu terjadinya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, prevalensi traumatik ulser tertinggi dijumpai pada waktu penggunaan Universitas Sumatera Utara piranti ortodonti cekat selama 0-2 minggu yaitu sebesar 68,2, 2-4 minggu sebesar 11,4, dan 4-6 minggu sebesar 15,9. Waktu penggunaan piranti ortodonti cekat selama 6-8 minggu dijumpai prevalensi traumatik ulser sebesar 4,5. Tingginya prevalensi traumatik ulser yang terjadi pada 0-2 minggu dapat terjadi karena proses adaptasi rongga mulut terhadap komponen dari ortodonti cekat. Komponen dari ortodonti cekat dapat menyebabkan stimulus mekanik pada periode awal penggunaan piranti. Stimulus mekanik tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa mulut berupa hiperplasia dan hiperkeratosis epitel ringan. Ditambah lagi pada periode ini keadaan gigi dari pasien masih belum beraturan sehingga komponen ortodonti cekat yang dipasang juga menyesuaikan dengan kondisi gigi yang dapat menyebabkan traumatik ulser. 17 Penggunaan piranti ortodonti cekat pada 6-8 minggu peneliti menemukan 2 atau 4,5 kasus, jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan 0-2 minggu pertama, hal ini dapat disebabkan karena pada periode 6-8 minggu jaringan lunak rongga mulut pasien sudah beradaptasi dengan komponen piranti ortodonti cekat dan keadaan gigi dari pasien sudah mulai teratur. Peneliti juga mengelompokkan prevalensi traumatik ulser berdasarkan lokasi dan komponen ortodonti cekat penyebabnya. Berdasarkan lokasi terjadinya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, lokasi terjadinya traumatik ulser tertinggi dijumpai pada daerah vestibular yaitu sebesar 95,5 dengan rincian, pada daerah bibir sebesar 34,1 dan daerah pipi sebesar 61,4. Daerah lidah menunjukkan prevalensi sebesar 4,5. Daerah oral tidak dijumpai adanya traumatik ulser. Daerah vestibular yang meliputi mukosa bibir dan pipi merupakan tipe mukosa penutup yang memiliki epitel non keratinisasi dan lamina propianya lebih fleksibel. Daerah lidah juga termasuk tipe mukosa penutup, sedangkan daerah oral yang termasuk gingiva dan palatum termasuk tipe mukosa pengunyah yang memiliki epitel berkeratin dan lamina propia yang kuat. Hal ini menyebabkan, daerah vestibular yang meliputi mukosa bibir dan pipi, dan daerah lidah lebih sensitif dan lebih mudah terjadi trauma jika dibandingan dengan daerah oral. 40 Universitas Sumatera Utara Prevalensi traumatik ulser pada mukosa pipi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mukosa bibir dapat disebabkan karena lebih banyak komponen ortodonti yang dipasang pada regio posterior dibandingkan regio anterior, dan lengkung gigi yang lebih cembung atau lebih besar pada bagian posterior dapat meningkatkan terjadinya trauma pada mukosa pipi. 20 Berdasarkan komponen ortodonti cekat penyebabnya, dari 44 kasus traumatik ulser yang dijumpai, komponen penyebab traumatik ulser tertinggi disebabkan karena bracket sebesar 43,2, tertinggi kedua disebabkan karena archwire sebesar 38,6, tertinggi ketiga disebabkan karena ligature sebesar 13,6. Bandbuccal tube memiliki prevalensi 4,5 dalam menyebabkan terjadinya traumatik ulser. Bracket merupakan komponen ortodonti cekat yang memiliki luas permukaan paling besar diantara komponen lainnya. Bracket yang terbuat dari stainless steel dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Diawal pemakaian, bracket dipasang sesuai dengan kondisi gigi pasien yang tidak teratur. Hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. 41 Peneliti juga menemukan 17 atau 38,6 kasus traumatik ulser yang disebabkan oleh archwire. Archwire yang terlalu panjang pada bagian distal dapat menyebabkan terjadinya trauma pada jaringan lunak rongga mulut. Perawatan ortodonti mengakibatkan gigi terus tertarik dan merapat sehingga dapat menyebabkan archwire menjadi lebih panjang pada bagian distal. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya traumatik ulser. 42 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN