Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Loning

50 50 Tingkat kekuatan senyawa antioksidan menggunakan DPPH dapat digolongkan sebagai berikut : Intensitas Nilai IC50 Sangat kuat 50 ppm Kuat 50-100 ppm Sedang 101-150 ppm Lemah 150 ppm Ionita, 2005

4.2.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Loning

Pisonia umbellifera J.R. Forst G. Forst Seem. Pengujian aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas bakteri pada sampel uji. Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar. Pada metode ini aktivitas antibakteri terhadap sampel uji ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat disekitar kertas cakram. Kertas cakram yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar Pratiwi, 2008. Pada penelitian ini menggunakan bakteri patogen yang berasal dari bakteri gram positif dan gram negatif yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Berdasarkan Clinical and Laboratory Standards Institute 2007 bahwa suatu senyawa memiliki aktivitas antibakteri dengan zona hambat ≤ 14 mm lemah resistant, 15 hingga 19 mm sedang intermediate dan ≥ 20 mm kuat. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol daun tumbuhan loning dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa ekstrak metanol daun tumbuhan loning memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori sedang pada konsentrasi 500 mgml dengan zona hambat 15,1 mm pada bakteri Staphylococcus aureus dan kategori Universitas Sumatera Utara 51 51 lemah untuk bakteri Escherichia coli dengan zona hambat 13,9 mm. Perbedaan diameter zona hambat pada kedua bakteri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sensitivitas ekstrak pada mikroba uji tersebut. Senyawa yang bersifat antimikroba dapat menyebabkan kerusakan pada dinding sel serta kerusakan pada membrane sel berupa denaturasi protein dan lemak yang menyusun membran sel. Ekstrak metanol daun tumbuhan loning lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri gram negatif Escherichia coli , hal ini kemungkinan disebabkan karena aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi ekstrak dan jenis bakteri yang dihambat Jawetz et al, 2005. Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka jumlah senyawa antibakteri yang dilepaskan semakin besar, sehingga mempermudah penetrasi senyawa tersebut kedalam sel dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi ekstrak dan lama waktu kontak maka aktivitas antibakteri makin aktif, hal ini dinyatakan bahwa bakteri gram positif yang membran luarnya terdiri dari lapisan peptidoglikan yang lebih banyak dibandingkan gram negatif yang membran luarnya terdiri dari lipopolisakarida yaitu lipid, polisakarida dan protein Pratiwi, 2008. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit daripada gram positif sehingga permeabilitas bakteri gram positif lebih rendah dibandingkan permeabilitas bakteri gram negatif. Dengan permeabilitas yang rendah maka zat aktif dari ekstrak metanol daun tumbuhan loning akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel bakteri gram positif sehingga efek bakterinya, kurang optimal pada sel bakteri yang sedang tumbuh dan menyebabkan kematian sel. Senyawa flavonoid memiliki kemampuan membentuk kompleks dengan protein sel bakteri melalui ikatan hidrogen. Struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil karena struktur protein sel bakteri menjadi rusak karena adanya ikatan hidrogen dengan flavonoid, sehingga protein sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya. Akibatnya, fungsi permeabilitas sel bakteri terganggu dan sel bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri Harborne, 2003. Senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri Universitas Sumatera Utara 52 52 dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Flavonoid juga bersifat lipofilik yang akan merusak membran mikroba karena di dalam flavonoid mengandung suatu senyawa fenol. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dapat terganggu disebabkan senyawa fenol dimana senyawa ini merupakan suatu alkohol yang bersifat asam disamping itu juga fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel. Kondisi asam oleh adanya fenol dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Rahayu, 2000. Hasil penelitian melalui uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ektrak metanol daun tumbuhan loning mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri yaitu flavonoid, polifenol, dan saponin. Universitas Sumatera Utara 53 53

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan uji skrining fitokimia ekstrak metanol daun tumbuhan loning Pisonia umbellifera J.R. Forst G. Forst Seem. mengandung golongan senyawa flavonoid, tannin, terpenoid dan saponin. 2. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun tumbuhan loning termasuk golongan antioksidan yang sangat kuat dimana ekstrak tersebut memiliki nilai IC 50 sebesar 21,67 ppm. 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun tumbuhan loning termasuk kategori sedang terhadap bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan termasuk kategori lemah terhadap bakteri gram negatif Escherichia coli pada konsentrasi 500 mgml dengan zona hambat masing-masing 15,1 mm dan 13,9 mm.

3.4 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut isolasi dan elusidasi struktur komponen kimia senyawa yang bersifat antioksidan dan antibakteri dari ekstrak metanol daun tumbuhan loning Pisonia umbellifera J.R. Forst G. Forst Seem. 2. Perlu dilakukan uji lanjut lainnya seperti uji toksisitas dari daun tumbuhan loning Pisonia umbellifera J.R. Forst G. Forst Seem. Universitas Sumatera Utara