BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: a.
Jumlah jenis tumbuhan bawah pada seluruh lokasi penelitian adalah 27 jenis dalam 16 suku.
Suku yang memiliki jumlah jenis yang paling banyak yaitu suku Poaceae dengan lima jenis, Asteraceae dengan tiga jenis dan
Melastomaceae dengan tiga jenis pada divisi Spermatophyta sedangkan pada divisi Pteridophyta dari kedelapan sukunya hanya memiliki satu jenis
tumbuhan bawah. b.
Tanah gambut memiliki jumlah jenis sebanyak 20 jenis dengan 1977 jumlah individu dan tanah mineral memiliku jumlah jenis sebanyak 16 jenis dengan
1195 jumlah individu. c.
Asplenium tenerum pada tanah gambut dengan nilai KR tertinggi sebesar 20,06, sedangkan Adiantum sp., memiliki nilai FR dan INP tertinggi sebesar
14,97 dan 34,89. Axonopus compressus pada tanah mineral dengan nilai
KR tertinggi sebesar 18,86 , sedangkan Ageratum conyzoides memiliki nilai
FR dan INP tertinggi sebesar 14,50 dan 32,14. d.
Tanah mineral memiliki nilai indeks keanekaragaman tumbuhan bawah sebesar 2,326 sedangkan tanah gambut sebesar 2,168 dan memiliki nilai keseragaman
pada tanah mineral sebesar 0,839 dan tanah gambut sebesar 0,723. e.
Nilai indeks simililaritas antara kedua lokasi tergolong tidak mirip karena nilai IS sebesar 32,97.
5.2 Saran
Selesainya penelitian ini diharapkan akan ada penelitian selanjutnya tentang tumbuhan bawah terkait dengan kemampuan tumbuhan bawah dalam
mengembalikan struktur tanah gambut dan mineral di perkebunan kelapa sawit dan manfaat tumbuhan bawah dalam ekologi perkebunan kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, dan memasarkan
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi
.
Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran
untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan.
Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan Puslitbang
Perkebunan, 2007. Menurut Kartodirjo dan Suryo 1991 perkebunan merupakan bagian dari
sistem perekonomian pertanian komersial dan kapitalistik, diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala besar dan kompleks, bersifat padat modal,
penggunaan areal pertanahan luas, organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja secara rinci, penggunaan tenaga kerja upahan, struktur hubungan kerja yang rapi
dan penggunaan teknologi modern, spesialisasi, sistem administrasi dan birokrasi, serta penanaman tanaman komersial yang ditujukan untuk komoditi ekspor di
pasaran dunia. Saat ini lahan-lahan subur untuk perkebunan semakin terbatas
ketersediaannya akibat berbagai kegiatan pembangunan seperti pembangunan industri, pariwisata, perumahan, jalan, dan pemukiman. Sehingga sebagai
akibatnya lahan pengembangan perkebunan bergeser kelahan-lahan marginal seperti lahan gambut dan mineral. Di antara tanaman perkebunan yang banyak
diusahakan di lahan gambut ialah kelapa sawit Najiyati et al., 2005.
2.2 Perkebunan Kelapa Sawit