Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Tumbuhan Bawah

penting dalam komunitas tersebut. Supangat 2008 menyatakan jenis paku- pakuan ini merupakan salah satu spesies flora yang dapat dijadikan penanda untuk lahan gambut. Kelompok paku-pakuan ini memiliki kemampuan hidup yang tinggi terutama pada lahan-lahan yang gembur dan lembab. Hal ini sesuai dengan hasil studi Wardani 2005 menyatakan bahwa jenis tumbuhan dominan di lahan gambut bekas terbakar adalah paku-pakuan yakni Stenochlaena palustris dan Blechnum indiatum. Pada lokasi tanah mineral nilai KR tertinggi adalah Axonopus compressus dari suku Poaceae sebesar 18,86 menurut Peterson Soreng 2007, Poaceae merupakan famili terbesar keempat di dunia dalam kelompok tumbuhan berbunga yang diperkirakan berjumlah 800 genera dan 11000 spesies. Nilai FR dan INP tertinggi yaitu Ageratum conyzoides dari suku Asteraceae sebesar 14,50 dan 32,14 hal ini terjadi karena jenis tersebut berkelompok dan tumbuh dengan baik menurut Afrianti 2015 jenis Ageratum conyzoides yang merupakan jenis tumbuhan bawah golongan berdaun lebar. Jenis gulma yang banyak membutuhkan air dan unsur hara seperti N yang lebih tinggi dibandingkan dengan unsur P dan K. Syam et al., 2013 menyatakan bahwa A. conyzoides merupakan gulma yang menghasilkan senyawa alelopati yang bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman lainnya.

4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Tumbuhan Bawah

Indeks keanekaragaman berfungsi dalam menentukan seberapa banyak jenis tumbuhan yang terdapat pada suatu lokasi penelitian dan jumlah individu dari suatu jenis tumbuhan. Indeks keseragaman menunjukkan seberapa besar keseragaman jenis tumbuhan pada lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui nilainya. Berikut nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Tumbuhan Bawah Lokasi H’ Indeks Keanekaragaman E Indeks Kemerataan Gambut 2,168 0,723 Mineral 2,326 0,839 Universitas Sumatera Utara Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan pada lokasi gambut sebesar 2,168 dan 2,326 pada lokasi mineral. Indeks keanekaragaman menunjukkan banyak tidaknya jenis dan individu yang ditemukan pada suatu lokasi penelitian dan dari data diatas menunjukkan nilai keanekaragamannya sedang. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah Indeks keanekaragaman tidak lepas juga dari berbagai faktor yang sangat mempengaruhi kehadiran jenis tumbuhan bawah pada suatu komunitas diantaranya suhu, kelembaban udara, cahaya serta faktor fisik-kimia tanah. Magurran 1988 menyatakan tingginya keanekaragaman pada plot penelitian disebabkan karena jarak tanam pohon pelindung yang lebar sehingga gulma mudah tumbuh disekitar pohon kelapa sawit tersebut dengan berkompetisi dalam memperebutkan hara, air, cahaya dan ruang tempat tumbuh. Suleman 2011 menyatakan jika suatu komunitas tumbuhan memiliki keanekaragaman yang tinggi, maka kehadiran suatu jenis dalam komunitpas tersebut tidak ada yang bersifat dominan terhadap jenis lainnya. Sebaliknya, jika dalam suatu komunitas dijumpai satu atau dua jenis yang dominan dari jenis lainnya maka tingkat keanekaragaman dalam komunitas tersebut relatif rendah Indeks kemerataan pada kedua lokasi hampir sama dimana lokasi gambut sebesar 0,723 dan 0,839 pada lokasi mineral. Hal ini dikarenakan oleh proporsi jumlah individu pada setiap jenis tidak sama, ada yang sangat tinggi dan ada yang sangat rendah jumlahnya dan terjadinya dominansi pada pada komunitas tersebut, indeks kemerataan jenis tumbuhan bawah pada kedua lokasi penelitian tergolong rendah. Menurut Krebs 1978, bahwa kemerataan rendah jika 0E0.5 dan kemerataan tinggi jika 0.5E1. Mason 1980, menyatakan bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat keanekaragaman maupun keseragaman suatu tegakan. Selain faktor lingkungan, penyebaran tumbuhan pada suatu kawasan juga sangat mempengaruhi nilai ini. Universitas Sumatera Utara

4.4 Indeks Simililaritas

Dokumen yang terkait

Sistem Pemasaran TBS Produksi Kebun Rakyat Di Labuhan Batu (Studi kasus Desa Tanjung Medan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 85

Analisa Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi Petani Rakyat Kabupaten Labuhan Batu

47 197 82

Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

1 68 57

Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus :KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan batu)

4 68 70

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 0 11

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 0 2

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 1 3

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 1 5

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 1 4

Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Supra Matra Abadi (SMA) Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan

0 1 13