Pembuatan Larutan Pengontrol pH : HCl 0,1 M 1 L Pembuatan Larutan Pengontrol pH: NaOH 0,1 M 1 L Pembuatan Larutan Pelarut dengan pH 4,5 Rangkaian Peralatan Percobaan Remediasi Pasir Terkontaminasi pada Batch System Pretreatment Adsorben Pasir Putih

18 Gambar 3.2 Flowchart Pengeringan Adsorben Pasir Putih

3.4.2 Prosedur Pembuatan Larutan

Larutan yang perlu disediakan yaitu larutan asam serta larutan basa yaitu larutan 0,1 M HCl dan 0,1 M NaOH, pelarut logam yang pH-nya 4,5 sebanyak 5 L dan larutan logam Cd 2+ dengan konsentrasi 50 ppm dari senyawa CdCH 3 COO 2 .2H 2 O.

a. Pembuatan Larutan Pengontrol pH : HCl 0,1 M 1 L

1. Larutan HCl 37 dipipet sebanyak 8,36 mL. 2. Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL. 3. Larutan diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL. Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Larutan HCl 0,1 M

b. Pembuatan Larutan Pengontrol pH: NaOH 0,1 M 1 L

1. Padatan NaOH ditimbang sebanyak 4gr 2. Padatan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL A Selesai Kemudian pasir putih diayak dengan ayakan berukuran 20 mesh Mulai Larutan HCl 37 dipipet sebanyak 8,36 mL Selesai Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL Larutan diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL Universitas Sumatera Utara 19 3. Padatan NaOH diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M

c. Pembuatan Larutan Pelarut dengan pH 4,5

1. Aquadest sebanyak 5 L dimasukkan ke dalam botol steril. 2. Kemudian ke dalam aquadest ditambahkan HCl dan NaOH hingga pH larutan 4,5. Gambar 3.5 Flowchart Pembuatan Larutan Pelarut Mulai Padatan NaOH ditimbang sebanyak 4gr Selesai Padatan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass 1000 mL Padatan NaOH diencerkan dengan aquadest sampai batas 1000 mL Mulai Aquadest sebanyak 5 L dimasukkan ke dalam botol steril Selesai Kemudian ke dalam aquadest ditambahkan HCl dan NaOH hingga pH larutan 4,5 Universitas Sumatera Utara 20

d. Pembuatan Larutan Cd

2+ 50 ppm 1. Larutan pelarut ber-pH 4,5 diambil sebanyak 2,5 L. 2. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol steril. 3. Kemudian larutan ditambahkan padatan CdCH 3 COO 2 .2H 2 O sebanyak 125 mg. 4. Campuran diaduk rata hingga padatan melarut. Gambar 3.6 Flowchart Pembuatan Larutan Standar Cd 2+ 50 ppm

3.4.3 Mengukur Pengaruh Konsentrasi Ion Logam Terhadap Kemampuan Adsorpsi

1. Larutan Cd 2+ 50 ppm sebanyak 100 ml diambil dari botol 2,5 L lalu dimasukkan kedalam tiap 10 erlenmeyer. 2. Kemudian 100 gram adsorben pasir putih dengan ukuran adsorben tertentu ditambahkan larutan kedalam masing-masing 10 erlenmeyer. 3. Kemudian campuran diaduk dengan shaker dengan kecepatan pengadukan 100 rpm pada suhu kamar selama 2 jam. 4. Kemudian didiamkan tanpa pengadukan 24 jam untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi CdCH 3 COO 2 .2H 2 O terhadap pasir. 5. Seluruh pasir dan larutan diakumulasikan 1000 gram 1000 L untuk menyeragamkan konsentrasi Cd di larutan. Mulai Selesai Campuran diaduk rata hingga padatan melarut Larutan pelarut ber-pH 4,5 diambil sebanyak 2,5 L Kemudian larutan ditambahkan padatan CdCH 3 COO 2 .2H 2 O Kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol steril Universitas Sumatera Utara 21 6. Lalu 50 mL sampel diambil untuk dianalisis. 7. Konsentrasi ion Cd 2+ pada larutan setelah adsorpsi dianalisis dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS. 8. Diambil cairan 900 ml. 9. Lalu nilai q t dihitung 3.1 [6] 10. Kemudian percobaan diulang untuk variasi konsentrasi ion logam lainnya. Universitas Sumatera Utara 22 Mulai Larutan Cd 2+ 50 ppm sebanyak 100 gram diambil dari botol 2,5 L lalu dimasukkan kedalam tiap 10 erlenmeyer Kemudian campuran diaduk dengan shaker dengan kecepatan pengadukan 100 rpm pada suhu kamar selama 24 jam Kemudian 100 gram 100 ml adsorben pasir putih dengan ukuran adsorben tertentu ditambahkan larutan ke dalam masing-masing 10 erlenmeyer Kemudian didiamkan tanpa pengadukan 24 jam untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi CdCH 3 COO 2 .2H 2 O terhadap pasir. Konsentrasi ion Cd 2+ setelah adsorpsi dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS Lalu nilai q t dihitung Lalu 2 mL sampel diambil untuk dianalisis Kemudian diakumulasikan adsorben 1000 gram 1000 L pengadukan 24 jam untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi Diambil cairan 900 ml A B Universitas Sumatera Utara 23 Tidak Gambar 3.7 Flowchart Mengukur Pengaruh Konsentrasi Ion Logam Terhadap Kemampuan Adsorpsi Apakah ada variasi konsentrasi ion logam lainnya? Selesai A B A Ya Universitas Sumatera Utara 24 3.4.4 Mengukur Removal Efficiency terhadap Variasi Konsentrasi SDS dan Pengadukan pada Batch System 1. Sampel pasir yang terkontaminasi Cd 2+ sebanyak 13 gr [2] dimasukkan kedalam beaker glass. 2. Kemudian 0,5 cmc SDS [2] ditambahkan kedalam beaker glass hingga mencapai 24 pore volume. 3. Kemudian diletakkan pada shaker selama 2 jam dengan laju variasi shaking 50 dan 100 rpm dan tanpa pengadukan 0 rpm. 4. Konsentrasi ion Cd 2+ diambil dengan pipet tetes, dan dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS. 5. Lalu nilai RE dihitung 3.2 [6] 6. Kemudian percobaan diulang untuk variasi konsentrasi SDS lainnya 0 ; 0,5; 1 ; 2 cmc. Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 3.8 Flowchart Mengukur removal eficiency terhadap Variasi Konsentrasi SDS dan Pengadukan pada Batch System Apakah ada variasi kecepatan shaker? 0;50;100 rpm Mulai Sampel Pasir yang terkontaminasi Cd 2+ sebanyak 13 gr dimasukkan kedalam beaker glass Kemudian diletakkan pada shaker selama 2 jam dengan pengadukan 50 rpm Kemudian 0,5 cmc surfaktan ditambahkan kedalam beaker glass sampai mencapai 24 pore volume Konsentrasi ion Cd 2+ diambil dengan pipet tetes dan dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS B Selesai Lalu nilai q t dihitung Apakah ada variasi konsentrasi surfaktan? 0; 0,5; 1; 2 cmc B Ya Tidak Tidak Ya Universitas Sumatera Utara 26

3.4.5 Mengukur Kinetika Pencucian Pasir terhadap Logam Cd

2+ pada Batch System 1. Sampel pasir yang terkontaminasi Cd 2+ sebanyak 13 gr [2] dimasukkan kedalam beaker glass. 2. Kemudian 2 cmc SDS [2] ditambahkan kedalam beaker glass hingga mencapai 24 pore volume. 3. Kemudian diletakkan pada shaker dengan variasi waktu 5;10;20;40;60 dan 180 menit dengan pengadukan shaking 100 rpm. 4. Konsentrasi ion Cd 2+ diambil dengan pipet tetes dan dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS. 5. Lalu nilai RE dihitung. [6] 3.3 Universitas Sumatera Utara 27 Gambar 3.9 Flowchart Mengukur Kinetika Pencucian Pasir terhadap Logam Cd 2+ pada Batch System Mulai Sampel pasir yang terkontaminasi Cd 2+ sebanyak 13 gr dimasukkan kedalam beaker glass. Kemudian diletakkan pada shaker dengan variasi waktu 5;10;20;40;60 menit dengan pengadukan shaking 100 rpm. Konsentrasi ion Cd 2+ pada eluent setelah adsorpsi dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectroscopy AAS. Selesai Lalu nilai RE dihitung Kemudian 2 cmc SDS [2] ditambahkan kedalam beaker glass hingga mencapai 24 pore volume. Universitas Sumatera Utara 28

3.5 Rangkaian Peralatan Percobaan Remediasi Pasir Terkontaminasi pada Batch System

Gambar 3.10 Rangkaian Peralatan Percobaan Remediasi Pasir Terkontaminasi pada Batch System Universitas Sumatera Utara 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pretreatment Adsorben Pasir Putih

Penelitian ini menggunakan, pasir putih sebagai penjerap adsorben yang diperoleh dari pantai wisata di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Pasir putih terlebih dahulu dikeringkan di bawah sinar matahari dan setelah kering, pasir diayak dengan ukuran mesh 40 mesh. Lalu, pasir putih dicuci dengan aquadest dan dibilas sampai bersih. Tujuan dari proses pencucian yang dilakukan pada adsorben pasir putih adalah untuk menghilangkan mineral- mineral garam serta kotoran yang masih melekat pada pasir putih tersebut. Indikator pencucian diperoleh apabila pH air cucian sama dengan pH aquadest sebelum digunakan untuk mencuci. Gambar 4.1 Pencucian Adsorben Pasir Putih Gambar 4.1 menunjukkan kondisi konstan pH terhadap banyaknya pencucian. Dari proses pencucian diperoleh bahwa untuk dapat menghilangkan kandungan mineral-mineral garam dan kotoran-kotaran yang ada pada pasir putih dibutuhkan 7 kali pencucian sampai pH pencucian menjadi konstan. Dari grafik Banyaknya Pencucian Universitas Sumatera Utara 30 diketahui bahwa pada pencucian ke 4 dan seterusnya pH air cucian konstan, yaitu 6,9 Gambar 4.2 Pengeringan Adsorben Pasir Putih Setelah proses pencucian selesai, pasir putih yang telah dipisahkan menurut ukurannya dikeringkan di dalam oven dengan kondisi operasi pada suhu 60 o C. Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam sinar matahari atau buatan alat pengering [31]. Dari proses pengeringan diperoleh hasil untuk sampel dengan ukuran 40 mesh yang membutuhkan waktu pengeringan selama 4 jam.

4.2 Penentuan Kapasitas Adsorpsi.