Penentuan Kapasitas Adsorpsi. Remediasi Pasir Terkontaminasi Dengan Metode Batch System dengan Peningkatan Surfaktan Berbahan Baku Sodium Dodecyl Sulfate (SDS)

30 diketahui bahwa pada pencucian ke 4 dan seterusnya pH air cucian konstan, yaitu 6,9 Gambar 4.2 Pengeringan Adsorben Pasir Putih Setelah proses pencucian selesai, pasir putih yang telah dipisahkan menurut ukurannya dikeringkan di dalam oven dengan kondisi operasi pada suhu 60 o C. Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam sinar matahari atau buatan alat pengering [31]. Dari proses pengeringan diperoleh hasil untuk sampel dengan ukuran 40 mesh yang membutuhkan waktu pengeringan selama 4 jam.

4.2 Penentuan Kapasitas Adsorpsi.

Ukuran adsorben yang ada pada penelitian ini adalah 40 mesh. Proses adsorpsi berlangsung selama 2 jam pengadukan dan didiamkan selama 24 jam pada sistem batch. Tujuan penentuan kapasitas adsorpsi untuk mengetahui besarnya penjerapan ion logam Cd 2+ atau ada tidaknya penyerapan ion logam Cd 2+ di adsorben pasir putih dengan ukuran 40 mesh. Perhitungan kapasitas adsorpsi pada pasir terkontaminasi yang telah dikeringkan menggunakan oven, telah terlampir pada bab 3 persamaan 3.1 Dari hasil analisa di atas dapat dilihat bahwa saat ukuran adsorben 40 mesh pada waktu 2 jam pengadukan dan 24 jam waktu adsorpsi memiliki kapasitas Universitas Sumatera Utara 31 adsorpsi yaitu sebesar 0,694602 pada setiap 13 gram sampelnya serta persentase adsorpsi 23,36. Pasir di Indonesia memiliki luas permukaan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa penentuan besarnya luas permukaan pasir putih yang dilakukan di Laboratorium Analisa Instrumental, PT. Indonesia Asahan Aluminium PT. INALUM, diperoleh bahwa luas permukaan spesifik dari adsorben pasir putih adalah sebesar 0,622 m 2 gram. Berbeda dengan hasil luas permukaan spesifik pasir di Taiwan yang diperoleh Haryanto 2015, sebesar 0,17 m 2 gram. Namun, hasil luas permukaan spesifik pasir di Netherland yang diperoleh Noordman 2002, sebesar 0,74 m 2 gram berbeda pula dengan Taiwan dan Indonesia. Luas permukaan pasir di Netherland lebih besar dibandingkan Taiwan dan Indonesia. Tabel 4.1 Konfirmasi Data Analisa BET Pasir Indonesia Pasir Analisa AAS ppm Analisa BET m 2 gr Sebelum Terkontaminasi 0,6220 Setelah Terkontaminasi 37,718 0,368 Tabel 4.1 menunjukkan adanya Cd II yang teradsorpsi dengan didukung oleh konfirmasi analisa BET Brunaeur Emmet Teller. Dimana terjadi perubahan luas permukaan antara pasir sebelum terkontaminasi Cd II dan sesudah terkontaminasi Cd II. . Universitas Sumatera Utara 32 Keberadaan atau adsorpsi Cd II pada pasir juga dikonfirmasi dengan data analisa FTIR Fourier Transform Infrared : a Universitas Sumatera Utara 33 b Gambar 4.3 a konfirmasi analisa FTIR pasir sebelum terkontaminasi b konfirmasi analisa FTIR pasir sesudah terkontaminasi Adanya perubahan gugus fungsi pada permukaan pasir sebelum dan sesudah terkontaminasi ditunjukkan pada gambar 4.3 a dan b. Hal ini didukung oleh hasil data analisa FTIR pasir dan data tabel FTIR oleh Skoog, Hooler dan Nieaman 1998 [32] bahwa ikatan kuat dan kompleks terjadi pada rentang gugus 500-1000. Dan hal ini membuktikan bahwa terdapat ion CdII pada pasir atau ion CdII teradsorpsi di pasir. Universitas Sumatera Utara 34

4.3 Penentuan Removal Efisiensi Cd