BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat – Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
- Rotary Vacum Evaporator
Buchi Rotavapor
- Penangas uap
Memmert
- Autoklaf
Yamato SN 20
- Inkubator
FiberScientific
- Cawan Petri
- Pipet mikro
Eppendorf
- Kertas cakram
Oxoid
- Spektrofotometri UV-Visible
Spectronic 3000
- Lemari pendingin
Toshiba
- Oven
- Hot Plate
PMC -
Pinset
- Jarum Ose
- Jarum suntik
- Jangka sorong
- Corong pisah
pyrex
- Pipet volume
pyrex
- Buret
pyrex
3.2 Bahan – Bahan
Bahan yang digunakan dalam penenlitian ini meliputi : -
Daun Keji Beling -
Ikan Nila -
Etanol 96 Brataco
- Etanol p.a
p.a Merck -
Nutrien Agar NA p.a Oxoid
- NaCl
p.a Merck -
Muller Hinton Agar MHA p.a Oxoid
- Potato dextrose Agar PDA
p.a Oxoid -
2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil DPPH p.a Aldrich
- Dimetilsulfoksida DMSO
- Bacillus cereus
- Shigella dysenteriae
- Candida albicans
- Microsporum gypseum
- Isopropanol
- N-heksan
- Na
2
SO
4
anhidrous p.a Merck
- Na
2
S
2
O
3
.5H
2
O p.a Merck
- Asam Asetat Glasial
p.a Merck -
Kloroform p.a Merck
- KI
- Indikator Amilum
- Pereaksi Wagner
- Pereaksi Mayer
- Pereaksi Dragendorf
- Pereaksi Bouchardat
- CeSO4 1
- H
2
SO
4
10 -
FeCl
3
1
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Serbuk Daun Keji Beling
Daun Keji Beling Strobilanthes crispus BIsegar yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air hingga bersih dari kotoran yang melekat dan ditiriskan. Daun
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Kemudian dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk dan disimpan dalam wadah yang tertutup.
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Pembuatan ekstrak etanol daun Keji Beling dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 230 g serbuk daun Keji Beling dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer,
ditambahkan pelrut etanol 96 hingga serbuk daun terendam. Didiamkan selama ± 48 jam dan ditutup dengan rapat. Selanjutnya filtrat yang dioeroleh dipekatkan
dengan Rotary vacum Evaporator untuk memisahkan pelarutbnya hingga diperoleh ekstrak etanol dari daun Keji Beling, kemudian dipanaskan diatas
penangas uap untuk menguapkan pelarut yang masih tersisa.
3.3.3 Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
3.3.3.1 Uji Saponin
Filtrat etanol dari daun keji beling dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan akuades, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik.Jika terbentuk
busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit menunjukan adanya senyawa saponin.
3.3.3.2 Uji Terpenoid
Filtrat etanol dari daun keji beling diteteskanpada palt tipis, kemudian ditambah dengan CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 . Jika terbentuk warna merah kecoklatan menunjukkan adanya senyawa terpenoida.
3.3.3.3 Uji Fenolik
Filtrat etanol dari daun keji beling dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi FeCl
3
1 .Jika terjadi warna biru atau kehitaman menunjukkan adanya senyawa fenolik.
3.3.3.4 Uji Alkaloida
Filtrat etanol dari daun keji beling dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi dan selanjutnya ditambahkan dengan pereaksi alkaloida diantaranya :
1. Tabung I ditambahkan larutan pereaksi Wagner. Jika terbentuk endapan
menggumpal berwarna coklat, menunjukkan adanya senyawa alkaloida. 2.
Tabung II ditambahkan larutan pereaksi Mayer. Jika terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau putih kekuningan, menunjukkan adanya
senyawa alkaloida. 3.
Tabung III ditambahkan larutan pereaksi Bouchardat. Jika terbentuk endapan berwarna coklat kemerahan, menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
4. Tabung IV ditambahkan larutan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk endapan
warna merah atau jingga, menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
3.3.4 Pengujian Aktivitas Antimikroba
3.3.4.1 Pembuatan Media MHA Muller Hinton Agar
Ditimbang sebanyak 9,5 gram serbuk MHA, kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan 250 ml aquadest, diaduk dan dipanaskan
hingga larut dan mendidih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada 121 C selama 15
menit.
3.3.4.2 Pembuatan Media PDA Potato Dextrose Agar Miring dan Stok
Kultur Jamur
Ditimbang sebanyak 9,75 gram media PDA, kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan 250 ml aquadest, diaduk dan dipanaskan
hingga larut dan mendidih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada 121 C selama 15
menit.Kemudian dituangkan kedalam tabung reaksi sebnyak 3 ml dan dibiarkan memadat pada posisi miring membentuk sudut 30
-45 . Diambil jamur Candida
albicansdan Microsporum gypseum dari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada media PDA miring yang telah memadat. Diinkubasi pada suhu
22 C selama 48 jam.
3.3.4.3 Pembuatan Media NA Nutrien Agar Miring dan Stok Kultur
Bakteri
Ditimbang sebanyak 7 gram media NA, kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan 250 ml aquadest, diaduk dan dipanaskan
hingga larut dan mendidih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada 121 C selama 15
menit. Kemudian dituangkan kedalam tabung reaksi sebnyak 3 ml dan dibiarkan memadat pada posisi miring membentuk sudut 30
-45 . Diambil bakteri Bacillus
cereus danShigella dysentriaedari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada media NA miring yang telah memadat. Diinkubasi pada suhu 35
C selama 24 jam.
3.3.4.4 Pembuatan Media NaCl 0,9
Ditimbang sebanyak 2,25 gram NaCl, kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan dilarutkan dengan 250 ml aquadest, diaduk dan dipanaskan
hingga larut dan mendidih, lalu disterilkan dalam autoklaf pada 121 C selama 15
menit.
3.3.4.5 Pembuatan Inokulum Bakteri
Dimasukkan 5 ml media NaCl 0,9 steril kedalam tabung reaksi. Diambil koloni bakteri Bacillus cereus dari stok kultur bakteri dengan jarum ose, lalu
disuspensikan kedalam media NaCl. Diinkubasi selama 1-2 jam pada suhu 35 C.
Diukur kekruhan larutan pada panjang gelombang 560-600 nm hingga diperoleh transmitan 25-28. Dilakukan cara yang sama terhadap bakteri Shigella dysentriae.
3.3.4.6 Pembuatan Inokulum Jamur
Dimasukkan 5 ml media NaCl 0,9 steril kedalam tabung reaksi. Diambil koloni jamur Candida albicans dari stok kultur jamur dengan jarum ose, lalu
disuspensikan kedalam media NaCl. Diinkubasi selama 1-2 jam pada suhu 22 C.
Diukur kekruhan larutan pada panjang gelombang 580-600 nm hingga diperoleh transmitan 25-28. Dilakukan cara yang sama terhadap jamur Microsporum
gypseum.
3.3.4.7 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Keji Belling
Ekstrak daun keji beling diencerkan dengan pelarut DMSO. Dengan masing- masing konsentrasi 100, 200, 300, 400, dan 500 mgml.
3.3.4.8 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Dimasukkan 0,1 ml inokulum bakteri Bacillus cereus kedalam cawan petri. Ditambahkan 15 ml media MHA dengan suhu 45
-50 C. Dihomogenkan sampai
media dan bakteri tercampur merata. Dibiarkan sampai media memadat. Diletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan berbagai variasi
konsentrasi ekstrak daun keji beling kedalam cawan petri. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35
C. Diukur diameter zona bening yang ada disekitar kertas cakram dengan jangka sorong. Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri
Shigella dysentriae.
3.3.4.9 Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Dimasukkan 0,1 ml inokulum jamur Candida albicans kedalam cawan petri. Ditambahkan 15 ml media PDA dengan suhu 45
-50 C. Dihomogenkan sampai
media dan jamur tercampur merata. Dibiarkan sampai media memadat. Diletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak
daun keji beling kedalam cawan petri. Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 22 C.
Diukur diameter zona bening yang ada disekitar kertas cakram dengan jangka sorong. Dilakukan perlakuan yang sama untuk jamur Microsporum gypseum.
3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling dengan
Metode DPPH 2,2 Diphenyl-1-picrylhidrazyl
3.3.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,3 mM
Ditimbang serbuk DPPH sebanyak 11,85 mg. kemudian dilarutkan dalam etanol p.a pada labu takar 100 ml, dan dihomogenkan.
3.3.5.2 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Ekstrak etanol daun keji beling ditimbang sebanyak 0,025 g dan dilarutkan dengan etanol p.a kedalam labu takar 25 ml sehingga diperoleh larutan induk
1000 ppm. Kemudian dari larutan induk 1000 ppm dibuat larutan 100 ppm, dan dari larutan 100 ppm dibuat variasi konsentrasi larutan 20. 40, 60, dan 80 ppm.
3.3.5.3 Uji Aktivitas Antioksidan
a. Larutan Blanko
Sebanyak 1 ml larutan DPPH 0,3 mM dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 2,5 ml etanol p.a, dihomogenkan dan dibiarkan pada ruang gelap
selama 30 menit. Diukur absorbansi dengan panjang gelombang 517 nm.
b. Larutan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Sebanyak 1 ml larutan DPPH 0,3 mM dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 2,5 ml ekstrak daun keji belling 20 ppm, dihomogenkan dan
dibiarkan pada ruang gelap selama 30 menit. Diukur absorbansi dengan panjang gelombang 517 nm. Dilakukan cara yang sama untuk ekstrak daun keji
beling 40, 60 dan 80 ppm.
3.3.8 Aplikasi Antioksidan Pada Daging Ikan Nila
3.3.8.1 Preparasi Daging Ikan Nila
Sebanyak 1 kg ikan nila segar dibersihkan dan dipisahkan dagingnya dari kulit dan duri. Selanjutnya daging ikan nila yang telah terpisah dari duri dan kulitnya di
haluskan dengan menggunakan blender dan dibagi menjadi 5 bagian kedalam aluminium foil. Masing – masing sebanyak 100 g disimpan selama 5 hari pada
suhu ± 5
o
C dengan penambahan ekstrak etanol daun keji beling dengan variasi konsentrasi 20, 40, 60, dan 80 ppm, dan daging ikan nila tanpa tambahan ekstrak
etanol daun keji beling.
3.3.8.2 Ekstraksi Minyak Daging Ikan Nila
Daging ikan nila yang telah disimpan selama 5 hari pada suhu ± 5
o
C, ditambahkan dengan 400 ml heksana : isopropanol 3:2. Campuran diblender selama 2
menit.Kemudian suspensi disaring hingga residu menjadi kering. Residu ditambahkan dengan 180 ml heksana : isopropanol 3:2 dan diblender kembali,
disaring dan residu yang diperoleh ditambahkan lagi dengan 150 ml heksana : isopropanol 3:2, kemudian diblender dan disaring.
Filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan dan dimasukkan kedalam corong pisah. Kemudian ditambahkan dengan 80 ml larutan Na
2
SO
4
6,67 dan dihomogenkan selama 1 menit, didiamkan hingga membentuk lapisan. Lapisan atas ditambahkan
dengan 5 gramNa
2
SO
4
anhidrous, disaringdan filtrat dipekatkan dengan rotari vacum evaporator.
3.3.8.3 Penentuan Bilangan Peroksida
Sebanyak 0,5 g minyak ikan yang diperoleh dari ekstraksi daging ikan nila dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 30 ml
campuran larutan asam asetat glasial : kloroform dengan perbandingan 3:2. Selanjutnya, ditambahkan 0,5 ml larutan KI, ditutup dan dikocok selama ± 2
menit. Kemudian ditambahkan 30 ml akuades dan dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,0036 N hingga larutan berwarna kuning pucat, kemudian ditambahkan 1 ml indikator amilum 1 yang kemudian dititrasi kembali dengan Na
2
S
2
O
3
0,0036 N sampai warna yang terbentuk hilang, dihitung dan dicatat volume Na
2
S
2
O
3
0,0036 N yang terpakai.
3.4 Bagan Penelitian
Daun Keji Beling
Serbuk Daun Keji Beling
Ekstrak Etanol Keji Beling
Filtrat Etanol dari Daun Keji Beling
Golongan Alkaloid
Golongan Terpen
Golongan Fenolik
Golongan Saponin
Hasil Hasil
Hasil Hasil
3.4.1 Ekstraksi Daun Keji Beling Strobilanthes crispus BI
Dicuci Dikering anginkan
Dihaluskan
Dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer Direndam dengan etanol 96 selama 48 jam ± 2 hari
Dipekatkan dengan Rotary Vacum Evaporator Dipanaskan dengan penangas uap
3.4.2 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi secukupnya
3.4.2 Uji Aktivitas Antimikroba
Ditambah- kan
dengan akuades
Dikocok Ditambah-
kan dengan
pereaksi FeCl
3
1 Ditambah-
kan dengan
pereaksi CeSO
4
1 dalam
H
2
SO
4
10 Ditambahkan
pereaksi wagner Ditambahkan
pereaksi meyer Ditambahkan
pereaksi dragendorff
Ditambahakan pereaksi
bouchardat
3.4.2.1 Pembuatan Media Muller Hinton Agar MHA
Dilarutkan dengan 250 ml aquades kedalam LabuErlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
C selama 15 menit
3.4.2.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar PDA dan Stok Kultur
Jamur
Dilarutkan dengan 250 ml aquades kedalam Labu Erlenmeyer
Dipanaskan sambal diaduk hingga larut dan mendidih
Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit
Dituangkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml
Dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring
Diambil jamur Candida albicans dari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan ke dalam media PDA
yang telah memadat Diinkubasi pada suhu 22
C selama 48 jam
Dilakukan perlakuan yang sama untuk jamur Microsporum gypseum
3.4.2.3 Pembuatan Media Nutrien Agar NA dan Stok Kultur Bakteri
9,5gram media MHA Muller HintonAgar
Media MHA Muller Hinton Agar steril
9,75gram media PDA Potato Dextrose Agar
Media PDA Potato Dextrose Agar steril
Stok Kultur Jamur Candida albicans
Dilarutkan dengan 250 ml aquades kedalam Labu Erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih
Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit
Dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml Dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada
posisi miring Diambil bakteri Bacillus cereus dari strain utama dan
digoreskan secara aseptik dengan jarum ose ke dalam media NA yang telah memadat
Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35
C
Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri Shigella dysentriae
3.4.2.4 Pembuatan Inokulum Bakteri
7gram media NA Nutrien Agar
Media NA Nutrien Agar steril
Stok Kultur BakteriBacillus cereus
Dilarutkan dengan 100 ml aquades kedalam labu Erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
C selama 15 menit
Dituangkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml Diambil koloni bakteri Bacillus cereus dari stok kultur
bakteri dengan jarum ose Disuspensikan kedalam media NaCl
Diinkubasi selama 1-2 jam pada suhu 35 C
Diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 560- 600 nm sampai diperoleh transmitan 25-28
Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri Shigella dysentriae
3.4.2.5 Pembuatan Inokulum Jamur
2,25 gram NaCl
Media NaCl 0,9 steril
Inokulum bakteri Bacillus cereus
Dilarutkan dengan 100 ml aquades kedalam labu Erlenmeyer
Dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
C selama 15 menit
Dituangkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml Diambil koloni jamur Candida albicans dari stok kultur
jamur dengan jarum ose Disuspensikan kedalam media NaCl
Diinkubasi selama 1-2 jam pada suhu 22 C
Diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580- 600 nm sampai diperoleh transmitan 25-28
Dilakukan perlakuan yang sama untuk jamur Microsporum gypseum
3.4.2.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
2,25 gram NaCl
Media NaCl 0,9 steril
Inokulum jamur Candida albicans
Hasil
Hasil Dimasukkan kedalam cawan petri
Ditambahkan 15 ml media MHA dengan suhu 45 -50
C Dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata
Dibiarkan sampai media memadat Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan
ekstrak etanol daun Keji Beling dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri
Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35
C Diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan
jangka sorong
Dilakukan perlakuan yang sama untuk bakteri Shigella dysentriae
3.4.2.7 Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Dimasukkan kedalam cawan petri Ditambahkan 15 ml media PDA dengan suhu 45
-50 C
Dihomogenkan sampai media dan jamur tercampur rata Dibiarkan sampai media memadat
Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan ekstrak etanol daun Keji Beling dengan berbagai
konsentrasi kedalam cawan petri Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 22
C Diukur diameter zona bening disekitar cakram dengan
jangka sorong
Dilakukan perlakuan yang sama untuk jamur Microsporum gypseum 0,1 ml inokulum bakteri Bacillus cereus
0,1 ml inokulum jamur Candida albicans
0,025 g Estrak Etanol Daun Keji Beling
20 ppm
25 ml Larutan Induk 1000 ppm
25 ml Larutan Induk 100 ppm
40 ppm 60 ppm
80 ppm
3.4.3 Uji Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling dengan Metode
DPPH
Dimasukkan dalam labu takar 25 ml Ditambahkan etanol p.a hingga garis
batas
Dihomogenkan
Dipipet 2,5 ml Larutan Induk 1000 ppm
Dimasukkan dalam labu takar 25 ml Ditambahkan etanol p.a hingga garis
batas
Dihomogenkan
Dibuat variasi 20, 40, 60 dan 80 ppm
Dimasukkan 2,5 ml masing – masing variasi ekstrak kedalam tabung reaksi yang berisi 1
mllarutan DPPH 0,3 mM
Dihomogenkan Dibiarkan selama 30 menit dalam ruangan
gelap
Diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm
Hasil
Dipipet 5 ml dengan pipet
volume
Dimasukkan kedalam labu
takar 25 ml
Ditambahkan etanol p.a
hingga garis batas
Dihomogenkan Dipipet 10 ml
dengan pipet volume
Dimasukkan kedalam labu
takar 25 ml
Ditambahkan etanol p.a
hingga garis batas
Dihomogenkan Dipipet 15 ml
dengan pipet volume
Dimasukkan kedalam labu
takar 25 ml
Ditambahkan etanol p.a
hingga garis batas
Dihomogenkan Dipipet 20 ml
dengan pipet volume
Dimasukkan kedalam labu
takar 25 ml
Ditambahkan etanol p.a
hingga garis batas
Dihomogenkan
1 kg Daging ikan nila
3.4.4 Aplikasi Antioksidan Terhadap Daging Ikan Nila
3.4.4.1 Preparasi Daging Ikan Nila
Dibersihkan Dipotong kecil-kecil
Diblender Dibagi menjadi 5 bagian
Sampel 1 Sampel 2
Sampel 3 Sampel 4
Sampel 5
Disimpan selama 5
hari pada suhu ±
5
o
C
Ditambah- kan 1 ml
ekstrak etanol
daun keji beling 20
ppm
Disimpan selama 5
hari pada
suhu ± 5
o
C
Ditambah- kan 1 ml
ekstrak etanol
daun keji beling 40
ppm
Disimpan selama 5
hari pada
suhu ± 5
o
C
Ditambah- kan 1 ml
ekstrak etanol
daun keji beling 60
ppm
Disimpan selama 5
hari pada
suhu ± 5
o
C
Ditambah- kan 1 ml
ekstrak etanol daun
keji beling 80 ppm
Disimpan selama 5
hari pada
suhu ± 5
o
C 100 g
daging ikan nila
100 g daging
ikan nila 100 g
daging ikan nila
100 g daging
ikan nila 100 g
daging ikan nila
3.4.4.2 Ekstraksi Minyak Daging Ikan Nila
Ditambah 400ml n-heksan : isopropanol 3:2 dan diblender selama 2 menit
Disaring dengan corong Buchner
Ditambah 180ml n-heksan : isopropanol 3:2 dan diblender
Disaring
Ditambah 150ml n–heksan : isopropanol 3:2 dan diblender
Disaring
Dimasukkan ke dalam corong pisah Dimasukkan 80 ml larutan Na
2
SO
4
6,67 Dihomogen selama 1 menit
Didiamkan Dipisahkan
Dimasukkan ke labu Erlenmeyer
Ditambahkan 5 g Na
2
SO
4
Anhidrous Disaring
Dipekatkan dengan rotary vacum evaporator
Dengan prosedur yang sama lakukan untuk sampel 2, 3, 4, dan 5
Sampel 1
Larutan Suspensi
Residu I Filtrat I
Residu II Filtrat II
Filtrat III Residu III
Filtrat bening kekuningan
Lapisan bawah Lapisan tengah
Lapisan atas
Filtrat bening kekuningan Residu
Minyak Ikan
3.4.4.3 Penentuan Bilangan Peroksida
Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer Ditambahkan 30ml asam asetat glasial : kloform 3:2
Ditambahkan 0,5 ml KI jenuh Ditutup
Dikocok selama 2 menit Ditambahkan 30ml akuades
Dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,0036 N
Ditambahkan 1 ml indikator amilum 1 Dititrasi kembali dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,0036 N
Dicatat volume larutan Na
2
S
2
O
3
0,0036 N yang terpakai Dihitung bilangan peroksidanya
Dengan prosedur yang sama dilakukan untuk sampel 2, 3, 4, dan 5.
0,5 g Minyak Sampel 1
Larutan Kuning Pucat
Larutan Bening
Hasil
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Ekstrak etanol daun keji beling diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96 , diskrining fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder golongan alkaloid, fenolik, saponin dan terpen yang ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Table 4.1 Hasil skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Golongan Pereaksi
Hasil Skrining Fitokimia
Saponin Akuades
- Terpen
CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 -
Fenolik FeCl
3
1 +
Alkaloid Bouchardat
+ Wagner
+ Meyer
- Dragendorf
+ Keterangan :
- : tidak terjadi perubahan warnaendapan + : terjadi perubahan warnaendapan
Perubahan warnaendapan menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, fenolik, saponin, dan terpen.
4.1.2 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Aktivitas antimikroba ditentukan beradasarkan metode difusi agar.Kemampuan ekstrak etanol daun keji beling dalam menghambat pertumbuhan mikroba
ditentukan berdasarkan diameter zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram dan ditentukan dengan menggunakan jangka sorong. Ekstrak etanol daun
keji beling menunjukkan zona bening pada pertumbuhan jamur Candida albicans dan tidak menunjukkan zona bening yang efektif pada pertumbuhan jamur
Microsporum gypseum, serta bakteri Shigella dysentriae dan Bacillus cereus seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar 4.1 Zona Hambat Jamur Candida albicans
Gambar 4.2 Zona Hambat Jamur Microsporum gypseum
Gambar 4.3 Zona Hambat Bakteri Bacillus cereus
Gambar 4.4 Zona Hambat Bakteri Shigella dysentriae
Adapun hasil pengukuran diameter zona bening dari mikroba tersebut yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Mikroba
Konsentrasi Ekstrak
Diameter Zona Hambat mm Candida
albicans Microsporum
gypseum Bacillus cereus
Shigella dysentriae
100 mgml 11,53
- -
- 200 mgml
13,96 -
- -
300 mgml 15,46
- -
- 400 mgml
16,8 -
- -
500 mgml 18,2
10,6 -
- Keterangan :
- : Tidak ada hambatan
4.1.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun keji beling dilakukan dengan metode radikal bebas DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada panjang
gelombang 517 nm untuk memperoleh nilai IC
50
, dengan mengamati perubahan absorbansi pada larutan DPPH yang ditunjukkan pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Absorbansi Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Konsentrasi Sampel Absorbansi
Peredaman
Blanko 0,955
- 20 ppm
0,849 11,099
40 ppm 0,772
19,162 60 ppm
0,745 21,989
80 ppm 0,720
24,607 dari persamaan garis linier diperoleh IC
50
sebesar 155,2 ppm
4.1.4 Hasil Aplikasi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Terhadap Daging Ikan Nila
Ekstraksi minyak dari daging ikan nila dilakukan dengan menggunakan pelarut n- heksana : isopropanol. Dimana sebanyak 100 g daging ikan nila ditambahkan
dengan 1 ml ekstrak etanol daun keji beling 20, 40, 60, dan 80 ppm dan disimpan selama 5 hari pada suhu ± 5
C. Minyak yang diperoleh dari hasil ekstraksi daging ikan nila yang telah
ditambahkan ekstrak etanol daun keji beling dan tanpa penambahan ekstrak diuji bilangan peroksida dengan metode titrasi iodometri. Hasil bilangan peroksida
dijtunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Penentuan Bilangan Peroksida dari Minyak Daging Ikan Nila
Bilangan Peroksida
meqkg Sampel Minyak daging ikan Nila
S1 S2
S3 S4
S5 25,5
21,6 18,72
15,84 14,4
Keterangan : S1 = Daging ikan nila penyimpanan 5 hari
S2 = Daging ikan nila + ekstrak 20 ppm penyimpanan 5 hari S3 = Daging ikan nila + ekstrak 40 ppm penyimpanan 5 hari
S4 = Daging ikan nila + ekstrak 60 ppm penyimpanan 5 hari S5 = Daging ikan nila + ekstrak 80 ppm penyimpanan 5 hari
4.2 Pembahasan
4.2.1 Skrining Fitokimia Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Etanol Daun Keji Beling
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diperoleh bahwa ekstrak etanol daun keji beling pada golongan saponin dengan penambahan akuades, tidak menunjukkan
adanya pembentukan busa yang stabil saat dikocok.Pada golongan terpen dengan pereaksi CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 , tidak membentuk endapan berwarna coklat kemerahan.Pada golongan fenolik dengan pereaksi FeCl
3
1 terbentuk endapan kehitaman.Pada golongan alkaloid dengan pereaksi Wagner, Bouchardat,
dan Dragendorf terjadi perubahan warna dan pembentukan endapan, sedangkan dengan pereaksi Meyer tidak terjadi pembentukan endapan putih
kekuningan.Sehingga, ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid dan fenolik.Isnawati,
A dkk 2004 juga telah melakukan penelitian tentang karakterisasi simplisia dan ekstrak daun Strobilanthus crispus.Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun Strobilanthus crispus positif mengandung senyawa alkaloid dan fenolik.
4.2.2 Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun keji beling terhadap empat jenis mikroba yaitu Candida albicans, Microspoprum gypseum, Bacillus cereus dan
Shigella dysentriae memberikan hasil zona hambat yang berbeda.Mikroba uji yang paling sensitif terhadap ekstrak etanol daun keji beling adalah candida
albicans.Mikroba uji Microsporum gypseum, Bacillus cereus dan Shigella dysentriae tidak dapat dihambat dengan baik oleh ekstrak etanol daun keji beling.
Davis dan Stout dalam Kesuma 2010 mengemukakan bahwa kekuatan daya antibakteri adalah daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat,
daerah hambatan 10-20 mm kategori kuat, daerah hambatan 5-10 mm kategori sedang, dan daerah hambatan 5 mm atau kurang termasuk kategori lemah. Adanya
perbedaan diameter zona hambat pada keempat mikroba menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sensitivitas ekstrak pada mikroba uji tersebut. Senyawa yang
bersifat sebagai antimikroba dapat menyebabkan kerusakan pada dinding sel serta kerusakan pada membran sel berupa denaturasi protein dan lemak yang menyusun
membran sel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat terjadi pada jamur Candida abicans dimulai pada konsentrasi 100 mgml dan terus meningkat hingga
konsentrasi 500 mgml. Sedangkan pada jamur Microsporum gypseum, zona hambat terbentuk dimulai pada konsentrasi 500 mgml. Hal ini disebabkan karena
jamur Microsporum gypseum merupakan jamur berfilamen yang multiseluler, sedangkan jamur Candida albicans merupakan jamur uniseluler. Namun, pada
bakteri Bacillus cereus dan Shigella dysentriae tidak mampu dihambat pertumbuhannya oleh ekstrak etanol daun keji beling.
Hal ini diperkirakan karena berdasarkan hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa alkaloid dan fenolik. Dimana dalam
penelitian ini diduga alkaloid yang lebih berperan terhadap aktivitas antijamur pada jamur Candida albicans. Alkaloid merupakan suatu senyawa yang bersifat
basa, yang mengandung atom nitrogen. Rahayu et al 2009, mengatakan bahwa alkaloid memiliki sifat basa pH7 dan pahit. Sifat basa ini kemungkinan akan
menekan pertumbuhan jamur Candida albicans, karena jamur tersebut tumbuh pada pH 3,8-5,6.
Pada penelitian ini juga dilakukan pembanding dengan menggunakan antibiotik Chloramphenicol terhadap bakteri Bacillus cereus dan Shigella
dysentriae serta antibiotik Nystatin terhadap jamur Candida albicans dan Microsporum gypseum. Antibiotik Chloramphenicol 50 mgml menghasilkan
zona hambat sebasar 36,15 mm pada bakteri Bacillus cereus dan 30,63 mm pada bakteri Shigella dysentriae. Dapat dilihat bahwa, ekstrak etanol daun keji beling
tidak menunjukkan aktivitas sebagai antibakteri jika dibandingkan dengan antibiotik tersebut.
Berbeda halnya dengan antibiotik Nystatin. 10000 unit Nystatin menghasilakn zona hambat sebesar 16,37 mm pada jamur Candida albicans dan
12,56 mm pada jamur Microsporum gypseum. Bardasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun keji beling pada konsentrasi 400 mgml
menunjukkan aktivitas yang sebanding dengan 10000 unit antibiotik Nystatin pada jamur Candida albicans. Sedangkan pada konsentrasi 500 mgml tidak
menunjukkan aktivitas yang sebanding dengan 10000 unit Nystatin pada jamur Microsporum gypseum.
Adapun zona hambat yang dibentuk oleh antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba, ditunjukkan pada gambar berikut ini :
a b
c d
Gambar 4.5 Antibiotik Pembanding Chloramphenicol terhadap bakteri a Bacillus cereus b Shigella dysentriae
Antibiotik Pembanding Nystatin terhadap jamur c Candida albicans d Microsporum gypseum
4.2.3 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
Ekstrak etanol daun keji beling dilakukan uji aktivitas antioksidan demgan menggunakan DPPH sebagai radikal sintetik yang stabil dan diukur absorbansinya
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visble pada panjang gelombang 517 nm. Mekanisme umum peredaman radikal bebas DPPH oleh antioksidan
dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut :
Gambar 4.6 Mekanisme Peredaman Radikal DPPH Yuhernita dan Juniarti. 2011
Prinsip dari metode DPPH ini adalah inetraksi antara senyawa yang bersifat sebagai antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer elektron ataupun
hidrogen pada DPPH maka akan menetralkan sifat radikal bebas dari DPPH. Setelah semua elektron pada radikal bebas DPPH berpasangan, maka larutan akan
berubah warna dari ungu tua menjadi kuning terang dan diikuti dengan penurunan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm Green, R.J. 2004
Pada tabel 4.3 menunjukkan telah terjadi peredaman radikal bebas DPPH setelah penambahan ekstrak etanol daun keji beling.Dimana semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka peredaman semakin tinggi yang disertai dengan penurunan absorbansi dari larutan radikal bebas DPPH tersebut.
Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50 atau IC
50
, yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal bebas DPPH
sebanyak 50 .Nilai IC
50
diperoleh dari persamaan garis regresi setelah mengganti y dengan 50 Bendra, A. 2012. Sehingga diperoleh nilai IC
50
untuk ekstrak etanol daun keji beling sebesar 155,2 ppm.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid dan fenolik. Senyawa
fenolik mempunyai gugus –OH yang terikat pada karbon cincin aromatik. Aktivitas peredaman radikal bebas senyawa fenolik diyakini dipengaruhi oleh
jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam molekulnya. Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan dihasilkan pada senyawa fenolik yang
mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih banyak. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen. Produk radikal bebas
yang terbentuk pada senyawa fenolik akan terstabilkan oleh resonansi, sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan yang efektif. Senyawa alkaloid, terutama
indol, memiliki kemampuanuntuk menghentikan reaksi rantai radikal bebas secara efisien. Mekanisme alkaloid sebagai antioksidan adalah dengan cara mendonorkan
atom hidrogen pada radikal bebas. Beberapa senyawa alkaloid lain yang bersifat antioksidan adalah quinolon, kafein yang dapat bertindak sebagai peredam radikal
hidroksil dan melatonin yang berperan penting menjaga sel dari pengaruh radiasi dan toksisitas obat-obatan Yuhernita dan Juniarti. 2011.
Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa fenolik dan alkaloid dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut :
O
O O
O
OH + DPPH O
+ DPPH-H
Gambar 4.7 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa fenolik Fessenden dan Fessenden. 1994
Gambar 4.8 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa alkaloid Yuhernita dan Juniarti. 2011
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuhernita dan Juniarti 2011, IC
50
untuk vitamin C sebagai kontrol positif antioksidan adalah sebesar 9,23 mgL. Jika dibandingkan dengan IC
50
ekstrak etanol daun keji beling, maka aktivitas antioksidan nya masih kecil dibandingkan dengan aktivitas antioksidan
dari vitamin C.
4.2.4 Aplikasi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji beling Terhadap
Daging Ikan Nila
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun keji beling dengan metode DPPH menghasilkan nilai IC
50
sebesar 155,2 ppm. Sehingga untuk mengetahui pengaruh sifat antioksidannya, maka ekstrak etanol daun keji beling diaplikasikan terhadap
daging ikan nila yang disimpan selama 5 hari pada suhu ± 5 C. Sifat antioksidan
nya ditentukan dengan bilangan peroksida. Bilangan peroksida adalah bilangan yang menentukan derajat kerusakan suatu minyak. Asam lemak tak jenuh dalam
minyak diketahui dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida Ketaren. 1986
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa bilangan peroksida dari minyak dari daging ikan nila semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak
eatnol daun keji beling dan lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol yaitu minyak dari daging ikan nila tanpa penambahan ekstrak.Hal ini memperlihatkan
bahwa adanya penambahan ekstrak etanol daun keji beling, memberikan pengaruh untuk menghambat oksidasi yang terjadi.Berdasarkan hasil skrining fitokimia,
ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa metabolit sekunder golongan fenolik dan alkaloid yang mampu bersifat sebagai antiokisidan.
Antioksidan mampu menghambat terbentukanya radikal bebas dan menghambat kelanjutan reaksi autooksidasi.Hal ini desebabkan karena
antioksidan memiliki energi aktivasi yang rendah untuk melepaskan satu atom hidrogen kepada radikal lemak, sehingga tahap oksidasi lebih lanjut dapat dicegah
Khamidinal, dkk. 2007.Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi,
dapat disebabkan oleh bebrapa macam mekanisme reaksi yaitu, pelepasan hidrogen dari antioksidan, pelepasan elektron dari antioksidan. Ketaren.1986
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa metabolit sekunder
golongan alkaloid dan fenolik. 2.
Ekstrak etanol daun keji beling Strobilanthes crispus BI memiliki aktivitas sebagai antimikroba yang efektif terhadap jamur Candida albicans dan tidak
efektif pada jamur Microsporum gypseum, Bakteri Bacillus cereus dan Shigella dysentriae.
3. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun keji beling dengan metode DPPH
memiliki nilai IC
50
sebesar 155,2ppm. Sifat antioksidan terhadap daging ikan nila menunjukkan bilangan peroksida yang semakin kecil seiring
dengan penambahan konsentrasi ekstrak etanol daun keji beling yang
semakin besar.
5.2 Saran