2.5.2 Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Salah satunya adalah dengan metode DPPH 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil. Metode
menggunakan DPPH yang bertindak sebagai radikal bebas merupakan metode yang paling sering digunakan untuk pengukuran aktivitas antioksidan dari
berbagai tanaman obat.
Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Prinsip dari metode DPPH adalah penghilangan warna untuk mengukur aktivitas antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan
absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer. Aktivitas antioksidan tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi inhibisi
Inhibition Concentration atau IC
50
. IC
50
adalah nilai yang menunjukkan kemampuan penghambatan proses oksidasi sebesar 50 suatu konsentrasi sampel
ppm. Nilai IC
50
yang semakin kecil menunjukkan semakin tingginya aktivitas antioksidan. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat apabila nilai IC
50
kurang dari 50 ppm, antioksidan kuat jika IC
50
bernilai 50-100 ppm, antioksidan sedang jika IC
50
bernilai 100-150 ppm, dan antioksidan dikatakan lemah jika IC
50
bernilai 151-200 ppm Blois, 1958.
2.5.3 Aplikasi Sifat Antioksidan terhadap Daging Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal
dari Sungal Nil dan danau-dana sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis.
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kelas
: Osteichthyes Sub-kelas
: Acanthoptherigii Ordo
: Percomorphi Sub-ordo
: Percoidea Famili
: Cichlidae Genus
: Oreochromis Spesies
: Oreochromis niloticus. Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah nirah dan nila
Albino Deputi Menegristek. Ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti misalnya asam
lemak omega-3, omega-6. Asam-asam lemak tak jenuh sangat mudah mengalami proses oksidasi. Penyimpanan ikan yang kurang baik, dapat menyebabkan
perubahan fisik maupun komposisi kimianya. Asam-asam lemak tak jenuh pada ikan yang rentan teroksidasi menghasilkan hidroperoksida dan hasil uraian lain
seperti aldehid dan keton yang dapat meyebabkan mutu ikan segar menurun Khamidinal, dkk. 2007
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi dan hidrolitik. Secara umum yang membedakan antara ketengikan
hidrolitikdan oksidatif selain kadar air adalah kondisi suhu dimana produkmakanan tersebut disimpan. Biasanya ketengikan hidrolitik tidak terjadi
pada penyimpanan suhu rendah, sedangkan ketengikan oksidatif masih bisa berlangsung pada suhu rendah sekalipun.
Bilangan peroksida merupakan nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat
oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida.peroksida ini dapat ditentukan dengan metode iodometri. Cara yang paling sering dilakukan
untuk mentukan bilangan peroksida adalah berdasarkan pada reaksi antara alkali iodida dalam larutan asam dengan ikatan peroksida. Iod yang dibebaskan pada
reaksi ini kemudian dittrasi dengan natrium tiosulfat. Ketaren. 1986
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang