11
yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan
memungkinkan orang beroperasi lebih efektif dalam kehidupan Ritzer, 2004 : 280. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek.Diri
adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial komunikasi antarmanusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan
sosial.Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran.Artinya di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak,
diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksifitas atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke
dalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri Ritzer, 2004 : 280
– 281.
2.3 Seks Pranikah
Pada masa remaja perkembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antarteman maupun interaksi ketika berkencan. Dalam berkencan dengan
pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dengan berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, bergandengan tangan, kissing, dan sebagainya. Atas dasar
dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks,
ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual.Misalnya dalam berpacaran, mereka mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk
Universitas Sumatera Utara
12
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berciuman hingga melakukan hubungan seksual www.academia.edu3788869.
Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem
regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut
dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual nopanova1.blogspot.co.id.
Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam.Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor
ekonomi. Berikut faktor–faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah:
1. Adanya dorongan biologis
Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.Dorongan dapat meningkat
karena ada pengaruh dari luar.Misalnya dengan membaca buku atau melihat film atau majalah yang menampilkan gambar-gambar yang membangkitkan erotisme.Di era
teknologi informasi yang tinggi sekarang ini. Remaja sangat mudah mengakses gambar- gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu dibawa dalam setiap langkah
remaja.
Universitas Sumatera Utara
13
2. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks
pranikah karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat
sirna dan tidak tersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-obat misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengaruhi pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai-nilai
agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah. 3.
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan tentang
reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberi gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual.
Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak remaja. Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangan kurang.
4. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seksual pra nikah sangat penting untuk dipertimbangkan karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu, maka
hubungan seks pranikah tidak akan terjadi. 5.
Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutankebutuhan orang hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja diluar rumah
dan menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-masing, sehingga perhatian terhadap anak remajanya terabaikan.
Universitas Sumatera Utara
14
6. Pemberian fasilitas termasuk uang pada remaja secara berlebihan.
Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini
sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah. 7.
Pergesaran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan
remaja yang menginap di hotel atau motel adalah hal biasa. Sehingga tidak ditanyakan atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte nikah.
8. Kemiskinan.
Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah.Karena kemiskinan ini remaja putri terpaksa
bekerja.Namun sering kali mereka tereksploitasi. Bekerja lebih dari 12 jam sehari atau bekerja diperumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian bahkan beberapa
mengalami kekerasan seksual dr-sparyanto.blogspot.com. 9.
Teman sebaya peers group Remaja cenderung untuk membuat standar seksual sesuai dengan standar teman sebaya
secara umum, remaja cenderung untuk menjadi lebih aktif secara seksual apabila memiliki kelompok teman sebaya yang demikian, serta apabila mereka mempercayai
bahwa teman sebayanya aktif secara seksual disamping kenyataan bahwa teman sebayanya sebenarnya memang aktif atau tidak secara seksual pengaruh kelompok
teman sebaya pada aktivitas seksual remaja terjadi melalui dua cara yang berbeda, namun saling mendukung, pertama, ketika kelompok teman sebaya aktif secara seksual,
mereka menciptakan suatu standar normatif bahwa hubungan seks bebas adalah suatu
Universitas Sumatera Utara
15
yang dapat diterima, kedua, teman sebaya menyebabkan perilaku seksual satu sama lainnya secara langsung, baik melalui komunikasi diantara teman ataupun dengan
pasangan seksualnya 10.
Kencan yang lebih awal Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya
memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk menjadi lebih aktif secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak
pasangan daripada mereka yang mulai pacaran pada usia yang lebih lanjut. 11.
Usia saat menstruasi pertama Makin muda saat usia menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks
pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan
dengan lawan jenis. 12.
Pacar Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada
remaja yang belum memiliki pacar 13.
Daya tarik seksual Mereka yang merasa paling menarik secara seksual dan sosial ternyata memiliki tingkat
yang paling tinggi dalam sikap permisif dalam melakukan seks bebas. 14.
Standar orang tua vs standar teman Remaja yang orangtuanya konservatif dan menjadikan orangtua sebagai acuan yang
utama lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan seks bebas daripada mereka yang menjadikan teman sebaya sebagai acuan utama.
Universitas Sumatera Utara
16
15. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas
Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. 16.
Penyebaran informasi melalui media massa Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi
dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi yang semakin berkembang video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet menjadi tidak terbendung
lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa http:kesehatan.kompasiana.com
Bentuk perilaku seksual adalah tingkat perilaku yang dilakukan pasangan dengan lawan jenis dan bentuk perilaku disusun berdasarkan adanya ukuran kepuasan seksual. Bentuk-
bentuk perilaku seksual menurut Sarwono, yang biasa dilakukan oleh pelajar adalah sebagai berikut:
a.
Kissing Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai
dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan.
Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalamsoul kiss
b.
Necking Berciuman di sekitar leher ke bawah.Neckingmerupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.
Universitas Sumatera Utara
17
c.
Petting Petting merujuk pada ciuman, pelukan, belaian, dan meraba–raba tubuh yang terjadi
antara pasangan.Petting juga merupakan pemanasan atau kegiatan yang mempersiapkan sepasang suami istri untuk melakukan hubungan seks. Selama petting, anak laki – laki
akan meremas–remas buah dada dan genitalia anak perempuan, dan anak perempuan akan menggosok–gosok organ seks milik anak laki–laki Wuryani, 2008: 257.
d.
Intercrouse Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang
ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789397344Chapter20II.pdf
Perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini menurut
BKKBN meliputi : 1.
Masalah penyakit menular seksual termasuk HIVAIDS Masalah Penyakit Menular Seksual dan HIVAIDS dapat menyebabkan masalah
kesehatan seumur hidup,termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis, serta meningkatkan resiko penularan HIV.Kasus HIVAIDS yang ditemukan dari tahun ke tahun kian
meningkat. Menurut WHO 2007 jumlah penderita AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri
menurutperkiraan DepkesRI pada tahun 2002penderita HIVAIDS ada sebanyak 110.000
Universitas Sumatera Utara
18
dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang.
HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Ketika virus ini masuk ke dalam tubuh, tidak timbul gejala sakit apa–apa sehingga orang yang terinfeksi tampak
segar dan sehat, walaupun virus tersebut telah berpotensi menular kepada orang lain. Selama 5–10 tahun sejak terinfeksi, orang bersangkutan tampak sehat, tergantung
dengan perilaku hidupnya. Ketika daya tahan tubuh mulai berkurang jumlahnya maka muncul gejala–gejala penyakit biasa seperti batuk, flu, diare, yang susah disembuhkan.
Ketika daya tahan tubuh semakin merosot, banyak penyakit muncul yang pada akhirnya masukke dalam fase AIDS, yaitu munculnya beberapa gejala penyakit sindrom yang
akan membawa kematian Endah Lasmadiwa, 2005 : 14 – 15 Penularan utama HIV adalah melalui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut,
yaitu: jalur hubungan seksual homoseksual heteroseksual, jalur pemindahan darah atau produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh, jalur transplasental jalur dalam
kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan infeksi perinatal. Cara penularan yang paling nyata adalah melalui hubungan seksual.AIDS saat ini bisa memasuki kehidupan
siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan, atau gaya hidup. Yang membuat orang mempunyai resiko tinggi adalah perilakunya.Apa yang
dilakukannya itu yang menentukan resiko tinggi terhadap penularan HIV, tidak peduli apapun kelompoknya Dr. Soetomo, 2008: 234.
Menurut Muma dan Borucki, kegiatan danatau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan seringkali ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan
seksual melalui anal serta kegiatan seksual lainnya yang potensial dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
19
seseorang terinfeksi oleh HIV. Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi HIV antara lain :
a. Anilungus: menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah.
b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vaginaklitoris dengan menggu
nakan lidah resiko lebih tinggi terutama saat menstruasi. c.
Fellatio: menginduksi hubungan intim di daerah genital pria dengan menggunakan lidah dan penghisapan resiko lebih tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut .
d. Fisting: memasukkan atau meletakkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan
bawah kedalam rektum atau vagina. e.
Urolagnia: menginduk si hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke kulit lebih beresiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral, vagina, atau rektum.
f. Memakai benda-benda seks pada rektum danatau vagina: memasukkan sex toyspada
rektumvagina dapat menyebabkan perobekan pada mukosa, dimana luka yang terjadi dapat merupakan jalan masuk bagi virus.
2. Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah.Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak
diinginkan.Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi.Menurut para medis aborsi menunjuk pada akhir suatu kehamilan.Ada dua jenis
aborsi yaitu “aborsi spontan” atau keguguran dan “aborsi yang disengaja” ketika janin sengaja dihilangkan.Aborsi spontan dapat terjadi jika ada sesuatu yang salah pada
kehamilan dan embrio keluar dari dalam rahim.Penyebab aborsi spontan tidak selalu diketahui.Aborsi yang disengaja dilakukan secara paksa dengan mencabut janin dari
Universitas Sumatera Utara
20
rahimibu. Dalam beberapa kasus, aborsi ini dilakukan dengan cara menyedot, dan cara lainnya dengan menggunakan tang Sri Esti, 2008: 239
Menurut BKKBN 2006, 21 persen dari 63 persen remaja yang telah pernah berhubungan seksual melakukan aborsi. Menurut WHO 2009sekitar 16 juta perempuan
berusia 15 - 19 tahun melahirkan tiap tahun, 95 kelahiran tersebut terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah. Memiliki anak di luar nikah merupakan
hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di luar nikah biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi. Sekitar 14 dari kejadian aborsi yang
tidak aman pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah dilakukan oleh remaja berusia 15-19 tahun, sekitar 2,5 juta remaja dilaporkan melakukan aborsi tiap
tahun. Kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat pada remaja seperti dikucilkan
oleh masyarakat, diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat.Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya
aborsi yang tidak aman oleh tenaga non profesional.Aborsi yang disengaja induced abortion seringkali beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada wanita
yang lebih tua.Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar
atau tahu bahwa mereka hamil. Menurut BKKBN 2008, lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan
komplikasi pengguguran aborsi bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap
keselamatan jiwa ibu, apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional unsafe
Universitas Sumatera Utara
21
abortion.Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian.Dampak
jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui
dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, sertapenghinaan terhadap masyarakat. Menurut WHO
2003, kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali http:repository.usu.ac.idbitstream123456789167264Chapter20II.pdf.
2.4 Penyimpangan Sosial