Teori Fenomenologi TINJAUAN PUSTAKA

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fenomenologi

Fenomenologi merupakan suatu pemikiran yang tidak hanya memandang segala sesuatu dari luarnya saja tetapi berusaha untuk menggali makna apa yang ada dibalik gejala itu Campbell dalam Wirawan, 2012 : 133. Teori fenomenologi berusaha mengkaji lebih dalam lagi akan fakta yang selama ini muncul di permukaan, dimana biasanya makna tersebut tersembunyi. Serupa dengan Campbell, Collins mengatakan bahwa fenomenologi sebagai proses penelitian yang menekankan pada “meaningfulness”, bukan hanya hendak melihat apa yang tampak di permukaan, namun lebih kepada pemahaman mengapa fakta sosial itu terjadi Collins dalam Wirawan, 2012 : 133 Dalam proses pemahaman terhadap tindakan, Max Weber memperkenalkan konsep pendekatan verstehen yang menganggap bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang lain. Konsep pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive Waters dalam Wirawan, 2012 : 134 Pemahaman makna tindakan dengan pendekatan verstehen mendapat koreksi dari Alfred Schutz. Menurut Schutz, tindakan subjektif para aktor tidak muncul begitu saja, tetapi ia ada melalui suatu proses panjang untuk di evaluasi dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan norma etika agama, atas dasar tingkat kemampuan pemahaman sendiri sebelum masuk pada tataran in order to motive. Menurut Schutz ada tahapan because motive yang mendahuluinya Waters dalam Wirawan, 2012 : 134. Seperti pada pelajar SMA, dimana peilaku seksual pranikah yang mereka lakukan merupakan suatu proses pertimbangan yang Universitas Sumatera Utara 8 panjang dengan tingkat kemampuan pemahaman sendiri. Sebagai contoh, biasanya pelajar SMA mau melakukan hubungan seksual karena desakan dari pasangan mereka atau takut dikatakan tidak mencintai pasangannya. Lebih lanjut, Schutz beranggapan bahwa dunia sosial keseharian senantiasa merupakan suatu yang intesubjektif dan pengalaman penuh dengan makna. Dengan demikian, fenomena yang ditampakkan oleh individu merupakan refleksi dari pengalaman transdental dan pemahaman tentang makna atau verstehen tersebut Collins dalam Wirawan, 2012 : 134. Seperti pelajar SMA yang pernah mencoba perilaku seks pranikah akan terkonsep di kepalanya bahwa seks itu nikmat dan seks itu sudah menjadi kebutuhan. Maka olehnya ketika pelajar SMA tersebut memiliki pasangan, dia akan menerapkan konsep tersebut pada pasangannya. Menurut Orleans, fenomenologi adalah instrumen untuk memahami lebih jauh hubungan antara kesadaran individu dan kehidupan sosialnya. Fenomenologi berupaya mengungkap bagaimana aksi sosial, situasi sosial, dan masyarakat sebagai produk kesadaran manusia.Teknik fenomenologi dalam sosiologi lebih dikenal dengan pengurungan.Pendekatan ini melakukan serangkaian investigasi dari makna konteks dalam pandangan dunia umum, yang semuanya tergantung penafsiran.Dunia kehidupan sosial ditetapkan oleh pengalaman berdasarkan kesadaran.Melalui kesadaran pelaku berusaha mencapai maksud–maksudnya. Jadi kehidupan sehari–hari adalah orientasi pragmatis masa depan. Pengandaiannya adalah bahwa manusia memiliki motif tertentu, dan mereka berusaha mengubah dunia yang mereka tangkap Dimyati dalam Wirawan, 2012 : 139 – 140. Sebagai contoh biasanya para pelajar SMA putri ketika memiliki pasangan maka yang akan memenuhi kebutuhannya saat mereka bersama adalah pasangannya atau dalam bahasa sehari–hari adalah ditraktir oleh sang pria. Ketika mengalami Universitas Sumatera Utara 9 kesulitan ekonomi, mereka mau disuruh oleh pasangannya untuk melakukan apapun termasuk pada melakukan hubungan seksual agar dapat diberi sejumlah uang.

2.2 Teori Interaksionisme Simbolik