BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Psoriasis adalah suatu penyakit kulit inflamasi kronik dan bersifat relaps serta mempunyai gambaran klinis bervariasi, dengan lesi khas berupa eritroskuamosa.
Pada keadaan normal, sel germinativum yang terletak di epidermis bagian basal membelah diri dan bergerak ke lapisan tanduk secara teratur, kemudian menjadi
keratin yang dilepas serta diganti menjadi sel baru.Proses ini disebut epidermal turn over, dan berlangsung selama 14-21 hari. Pada psoriasis proses tersebut hanya
berlangsung 3-4 hari, sehingga terbentuk skuama tebal, kering dan kemerahan yang terkadang juga menimbulkan rasa nyeri.
Dari beberapa studi diperkirakan prevalensi psoriasis bervariasi antara 1,5 – 2,6. Di AS prevalensi psoriasis antara 2-2,6, atau hampir mencapai 5,8-7 juta
orang, sedangkan di Eropa Tengah sekitar 1,5 .
1-3
1-2
Di rumah sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis
selama periode Januari-Desember 2011, dari total 5.644 orang yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 46 pasien 0.81 diantaranya
merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari jumlah tersebut 25 pasien 54.3 berjenis kelamin pria dan 21 pasien 45.6 berjenis kelamin wanita.
Psoriasis merupakan suatu penyakit yang tidak hanya menyebabkan gangguan fisik tetapi juga memberikan dampak psikologis pada penderitanya yaitu
4
Universitas Sumatera Utara
rasa malu, rendah diri dan depresi. Hal ini menyebabkan percobaan bunuh diri pada lebih dari 5 penderita psoriasis.
Etiopatogenesis dari psoriasis bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.Penyakit ini berkaitan dengan faktor genetik, defek pada sistem imun,
lingkungan, dan gangguan metabolisme salah satunya asam urat.
5,6
7
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh.Dalam keadaan normal terjadi
keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan dan
penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang disebut dengan hiperurisemia.
Pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa dugaan bahwa asam urat berperan dalam etiopatogenesis psoriasis dengan derajat keparahan psoriasis.
Penelitian yang dilakukan oleh H.H Kwon dkk, Isha V.K dkk, menyatakan bahwa asam urat berperan dalam patogenesis psoriasis yang mana dikatakan peningkatan
katabolisme purin dapat menyebabkan pergantian sel epidermis yang cepat, sehingga terjadi korelasi peningkatan asam urat dalam serum dengan luas keterlibatan kulit
pada psoriasis.
8,9
Beberapa laporan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar asam urat serum pada pasien dengan psoriasis dibandingkan dengan populasi normal. Meskipun
demikian hasil dari berbagai penelitian mengenai kadar asam urat pada psoriasis masih bersifat kontroversial.Seperti yang tampak pada sebuah studi oleh Robert
Walton dkk, yang meneliti kadar asam urat pada 48 pasien dengan psoriasis
10-14
Universitas Sumatera Utara
kemudian membandingkannya dengan 48 orang kontrol. Pada studi ini tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada kadar serum asam urat diantara pasien dan
kontrol.
18
Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar asam urat pada penderita psoriasis serta hubungannya dengan derajat keparahan
psoriasis belum menunjukkan hasil yang konsisten. Oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai kadar asam urat dan hubungannya dengan
derajat keparahan psoriasis. Demikian juga pada sebuah studi yang dilakukan oleh Walker A dkk, yang
meneliti 17 pasien dengan psoriasis kemudian membandingkan dengan 23 orang kontrol, pada studi ini tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kadar asam urat
serum yang diamati diantara kedua kelompok.
1.2 Rumusan Masalah