Permasalahan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Desa

53 Sekolah Menengah Atas. Selain itu para perangkat desa, pada umumnya juga tidak memiliki pendidikan informal atau pendidikan di luar sekolah. Pendidikan informal yang dimaksudkan adalah, pendidikan atau pelatihan – pelatihan yang berkaitan. Pendidikan informal bertujuan untuk membuka wawasan baru dan melahirkan inovasi baru dalam pembangunan dan pengelolaan desa ke depannya. Tetapi dengan pendidikan yang minim, perangkat desa hanya mampu menerapkan kegiatan dan pembangunan yang monoton dan tidak ada pembaharuan sama sekali, sehingga desa menjadi tetap ketinggalan. Sumber Daya Manusia SDM yang baik dihasilkan dari manusia yang berpendidikan yang baik pula. Maka, melihat kondisi sumber daya manusia yang masih rendah di Desa Sibaganding ini, membuat desa ini menjadi semakin sulit untuk maju dari desa – desa lain di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan membuat kemajuan pada desa tersebut

3.1.2. Permasalahan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Desa

Permasalahan ini adalah permasalahan yang paling signifikan yang terjadi pada Desa Sibaganding, Masih banyak fasilitas masyarakat desa, sarana dan prasarana desa yang masih sangat kurang memadai. Mulai dari fasilitas kantor kepala Desa Sibaganding yang masih sangat membutuhkan perbaikan – perbaikan, misalnya kantor kepala desa ini tidak memiliki ruang rapat atau Universitas Sumatera Utara 54 tempat musyawarah desa, biasanya musyawarah desa diadakan di rumah penduduk yang lebih memadai dan memungkinkan untuk diadakan musyawarah. Begitu juga dengan peralatan kantor kepala desa yang kurang, seperti tidak tersedianya komputer atau hal lain yang mendukung, sehingga akan memperlama proses administrasi desa ini. Sarana dan prasarana desa juga sangat membutuhkan perbaikan yang lebih baik lagi, karena desa ini tidak memiliki angkutan umum yang memadai diakibatkan kondisi jalan yang sangat sempit dan terjal dan tidak diaspal, ditambah lagi tidak adanya tembok penahan jalan di sepanjang jalan desa ini. Maka, pengguna jalan harus sangat berhati – hati karena pinggir jalan yang dilalui tidak memiliki pembatas jalan dan berbatasan langsung pada jurang yang dalam dan curam yang sewaktu – waktu dapat longsor karena tidak adanya tembok penahan jalan tersebut. Kondisi lain, akses jalan ke dusun lain maupun ke desa lain juga masih membutuhkan rabat jalan. Hal ini disebabkan, karena jalan yang hendak dibangun untuk akses jalan tersebut terkendala atau hanya setengah jadi karena kurangnya anggaran untuk melanjutkan proyek tersebut. Rata – rata, akses jalan di Desa Sibaganding adalah sangat buruk, yaitu kondisi jalan yang sangat tidak memungkinkan dilewati oleh kendaraan. Melihat kondisi jalan yang demikian, seharusnya jalan – jalan tersebut sudah harus diperbaiki dan diaspal dengan baik agar penduduk tidak mengalami kesulitan. Pada malam hari, akses ke desa ini maupun akses dari satu Universitas Sumatera Utara 55 lingkungan dusun ke lingkungan dusun yang lain juga sangat gelap, karena tidak adanya penerangan atau lampu jalan di sepanjang jalur jalan di desa ini. Kurangnya penerangan di jalan, membuat aktifitas warga ketika malam hari terbatas hanya didalam rumah. Di kondisi lain, penduduk yang menggunakan jembatan penyeberangan untuk melewati sungai, memiliki kondisi jembatan yang sangat buruk yang dapat membahayakan pengguna jembatan tersebut. Pada tahun 2011, jembatan ini sudah dalam perbaikan namun belum sepenuhnya rampung karena permaslahan anggaran yang kurang, sehingga jembatan setengah jadi ini sangat tidak nyaman digunakan oleh penduduk desa. Untuk menuju ke ibu kota kecamatan ataupun ke ibu kota kabupaten, penduduk desa harus berjalan ke Kelurahan Parapat untuk menggunakan angkutan umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya di pedesaan masalah yang paling banyak dihadapi dan perlu adanya pemecahan masalah adalah masalah insfrastruktur seperti jalanan yang berkibat kurang lancarnya transportasi, karena dengan kurangnya transportasi maka komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik, demikian juga distribusi komoditi baik hasil yang ada di desa maupun yang diperlukan didesa tidak menjadi lancar. Tidak hanya itu, akses jalan menuju pekuburan umum juga masih belum dibangun dengan layak, sehingga penduduk desa memiliki akses yang tidak baik menuju pekuburan umum tersebut. Salah satu dusun di Desa Sibaganding ini, juga memiliki keadaan perpipaan air minum yang sangat buruk, yaitu di Huta III. Kondisi perpipaan di Universitas Sumatera Utara 56 Huta tersebut adalah, tidak tersedianya perpipaan air minum yang dialiri air yang yang bersumber langsung dari gunung. Penduduk desa sebagian besar menggunakan air gunung untuk kebutuhan air minum, sedangkan untuk sehari – hari biasanya penduduk desa menggunakan air sungai maupun langsung ke Danau Toba. Namun, dari keempat huta, Huta III yang memiiki kondisi perpipaan air minum yang sangat buruk, sehingga membutukan perbaikan. Fasilitas lainnya yang membutuhkan perbaikan yang layak adalah, fasilitas pendidikam di desa ini. Tingkat pendidikan secara umum dapat mencerminkan tingkat kecerdasan seorang manusia. Permasalahan yang ada di desa adalah tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat kurang berinovasi dan mencari solusi-solusi yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah juga menyebabkan pola pikir dari masyarakat menjadi sempit, akhirnya mereka sulit untuk beradaptasi terhadap kondisi yang baru atau kurang peka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat. Kualitas sumber daya masyarakat semakin berkurang akibat tingkat pendidikan yang rendah. Seperti yang terlihat di lapangan, Desa Sibaganding hanya memiliki dua 2 buah bangunan Sekolah Dasar SD, yaitu SD Negeri 091470 dan SD Negeri 091486 dengan fasilitas sekolah yang sangat rendah pula. Dua sekolah ini juga memiliki tenaga pengajar yang sangat minim, tenaga pengajar di desa ini adalah rata – rata sebagai honor dan digaji sendiri oleh orangtua siswa dengan gaji Rp. Universitas Sumatera Utara 57 15.000 limabelas ribu rupiah dalam satu mata pelajaran yang diajarkan. Fasilitas mobiler belajar, seperti meja belajar, kursi belajar dan lemari buku juga sangat sedikit dan memiliki kualitas rendah. Fasilitas lainnya pada sekolah yaitu, tidak adanya kamar mandi atau toilet bagi guru dan siswa di sekolah tersebut. Namun, orangtua terpaksa menyekolahkan anak – anak mereka di sekolah di desa tersebut karena mengingat jauhnya akses sekolah ke kelurahan Parapat maupun ke Kelurahan Tiga Raja. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran untuk pendidikan dan tidak adanya lahan yang tepat untuk digunakan membangun sekolah. Orangtua sering mengeluhkan fasilitas pendidikan yang sangat rendah di desa ini, sehingga tak jarang mereka tidak menyekolahkan anak mereka akibat jarangnya belajar di sekolah ini dikarenakan jarangnya tenaga pengajar di sekolah tersebut. Demikian juga dengan fasilitas kesehatan. Desa Sibaganding memiliki fasilitas kesehatan masyarakat yang sangat buruk, karena desa ini tidak memiliki sarana kesehatan yang baik. Desa ini hanya memiliki satu orang bidan desa saja, dan tidak memiliki puskesmas pembantu, sementara untuk pelayanan kesehatan yang lainnya penduduk desa harus menuju ke kelurahan untuk mendapatkan pengobatan dan fasilitas kesehatan. Kondisi yang seperti ini tentunya berpengaruh besar pada penduduk desa, karena permasalahan kesehatan adalah permasalahan yang sensitif bagi masyarakat. Universitas Sumatera Utara 58

3.1.3. Permasalahan Perekonomian Penduduk Desa