Permasalahan Kemiskinan Permasalahan – Permasalahan Desa Sibaganding

60

3.1.4. Permasalahan Kemiskinan

Salah satu masalah penting yang banyak dihadapi masyarakat sepanjang sejarah adalah kemiskinan. Kemiskinan dan permalasahan di pedesaan adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena sebagian besar penduduk Indonesia yang miskin adalah yang tinggal di daerah pedesaan dan kemiskinan ini sesungguhnya bisa digolongkan sebagai masalah sosial ekonomi yang juga berkaitan erat dengan masalah lainya. Begitu kompleksitasnya masalah - masalah yang diahadapi pedesaan, padahal masyarakat kita kebanyakan tinggal di daerah pedesaan. Begitupun yang terjadi di Desa Sibaganding. Tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Indonesia,. salah satu problem yang dihadapi adalah bagaimana rencana aksi yang akan disusun dapat menjawab seluruh dimensi sehingga mampu menjawab akar permasalahan kemiskinan. Kemiskinan selalu menjadi ciri khas masyarakat pedesaan. Contoh hal dalam Alokasi dana APBD ketergantungan terhadap dana dari pusat masih sangat tinggi, dimana alokasi 60 untuk belanja tidak langsung dan 40 untuk belanja langsung. Kemiskinan desa adalah masalah yang dihadapi Indonesia dari dulu kala dan sangat membutuhkan perhatian oleh pemerintah. Faktor penyebab kemiskinan desa terdiri dari faktor internal maupun faktor eksternal. Karena masyarakat Indonesia yang heterogen, kriteria kemiskin desa tidak bisa ditentukan dengan pasti, dan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi kemiskinan desa tersebut tidak dapat diterapkan di semua desa yang berbeda di seluruh Universitas Sumatera Utara 61 Indonesia. Namun, sejak berlakunya otonomi daerah di Indonesia yang berasas desentralisasi dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk menentukan sendiri program kebijakan yang tepat untuk daerahnya, terutama kebijakan pengentasan kemiskinan, karena pemerintah daerah lebih mengetahui kebutuhan, karakteristik, potensi dan adat-istiadat daerahnya. Maka dengan adanya otonomi daerah diharapkan masalah kemiskinan teratasi. Masalah kemiskinan desa ini tidak akan terselesaikan jika tidak ada kerjasama dari pemerintahdan masyarakat, tentunya juga pemerintahan yang bersih dari penyelewengan. Mayoritas penduduk Indonesia merupakan kaum miskin. Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, kebijakan-kebijakan pengurangan kemiskinan harus fokus pada daerah perdesaan. Apabila tujuan pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya, maka pembangunan desa dimana mayoritas manusia Indonesia berada tentulah hal yang merupakan prioritas. Walaupun urbanisasitelah lama berlangsung namun tingkat kemiskinan di pedesaan masih lebih tinggidaripada di kota. Hal ini disebabkan karena di desa pertumbuhan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologinya lambat. Definisi desa sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1 ayat 23, kawasan pedesaan merupakan wilayah yangmempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengolahan sumber daya alam dengansusunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, Universitas Sumatera Utara 62 pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desa merupakan kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempatyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penduduk miskin di pedesaan antara lain buruh tani, tidak memilikilahan atau faktor produksi, petani gurem, petani tadah hujan, nelayan, peternak penggembala, masyarakat disekitar hutan dan lahan kritis, masyarakat di daerahterpencil, masyarakat yang direlokasikan karena suatu keadaan bencana alam,dansebagainya. Kemiskinan di Indonesia tidak hanya karena budaya malas bekerja. Faktor-faktor kemiskinan di desa lainnya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Sulitnyaakses ke desa tersebut, keterbatasan lapangan kerja, kebijakan pembangunan yang tidak tepat dan KKN adalah faktor eksternal. Sedangkan faktor internalnya antara lain adalahrendahnya tingkat pendidikan, kurangnya ketrampilan, tingkat kesehatan yang buruk,etos kerja yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah. Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan keadaan penduduk Desa Sibaganding Tahun 2014. Data berikut ini disajikan sesuai dengan dusun dan lingkungan dari masing – masing dusun. Dari data yang Universitas Sumatera Utara 63 akan disajikan berikut, kita akan mengetahui seberapa banyak penduduk Desa Sibaganding yang miskin dalam hitungan KK Kepala Keluarga Tabel 3.1 Data Keadaan Desa Sibaganding Tahun 2014 No. Nama Dusun Lingkungan Jumlah Penduduk Jiwa Miskin KK 1. Huta I Sualan, Hubuan, Sait Dolok 380 26 2. Huta II Sibaganding, Siuhan, Simpang Patra Jasa 294 21 3. HutaIII Panahatan, Sileutu, Sigaol-gaol, Repa Dolok 343 27 4. Huta IV Tanjung Dolok, Aek Nauli 401 43 Sumber : Kantor Kepala Desa Sibaganding, 2014 Data di atas adalah data komposisi penduduk yang diuraikan berdasarkan keadaan penduduk dilihat dari keadaan penduduk miskin yang ada pada tiap lingkungan yang berada pada huta tersebut. Dari data tersebut diatas, Universitas Sumatera Utara 64 setiap huta memiliki jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin dan memiliki jumlah kepala keluarga yang cukup banyak. Tiap kepala keluarga rata – rata memiliki 4 empat sampai 5 lima anggota keluarga. Maka, jika dalam satu huta memiliki 380 tigaratus delapanpuluh jiwa, dan 26 duapuluh enam kepala keluarga yang tergolong miskin, maka ada 130 seratus tigapuluh jiwa yang miskin. Dari data diatas, maka Desa Sibaganding memiliki rata – rata memiliki penduduk yang miskin. Masalah kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh, terbatasnya cakupan pangan dan mutu pangan, hal ini dapat diketahui bahwa di pedesaan pada umumnya bahan pangan diperoleh dan diolah dengan cara yang sederhana yang berakibat rendahya mutu pangan, mereka lebih akrab dengan alam yang telah menyediakan bahan pangan. Seperti halnya Desa Sibaganding yang rata – rata penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan ataupun tambak ikan yang hasilnya tidak stabil. Belum lagi, dengan permasalahan masalah transportasi terutama jalan darat sangat minim sekali. Hal inilah faktor utama kenapa masyarakat Desa Sibaganding cenderung miskin, karena keterbatasan infomasi dan komunikasi dengan daerah luar, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja diperlukan biaya yang cukup tinggi, sedangkan apabila ada hasil komoditas yang harus dijual juga memerlukan biaya tinggi akibatnya komoditas dihargai dengan harga yang sangat rendah. Apabila disediakan jalan maka harga komoditas yang dimiliki masyarakat harganya Universitas Sumatera Utara 65 akan naik yang akan menambah kekayaan masyarakat Desa Sibaganding, yang pada akhirnya akan lepas dari kemiskinan. Terbatasnya trasnportasi di pedesaan berakibat lambatnya perputaran perekonomian di daerah pedesaan. Petugas dari kelurahan maupun kota yang bisa mentransfer teknologi juga sangat jarang sekali, akibatnya kehidupan di pedesaan terkesan monoton. Apabila ada jalan yang mudah dilalui ke desa tersebut maka proses alih teknologi juga akan berjalan dengan cepat, sehingga akan memacu perekonomian di pedesaan. Dengan sentuhan teknologi tepat guna pertanian maka cara bertani akan semakin berkembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahateraan masyarakat Desa Sibaganding. 3.2. Strategi dan Kesiapan Pemerintahan Desa yang Ditempuh Untuk Mengatasi Permasalahan di Desa Sibaganding Strategi pembangunan di pedesaan perlu dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat desa. Pembangunan yang dipandang sebagai proses transformasi pada dasarnya akan membawa perubahan dalam masyarakat. Pembangunan desa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional adalah merupakan titik sentral dari pembangunan nasional. Pemerintah pusat pada dasarnya tidak mempunyai wilayah sehingga wilayah pembangunan daerah atau desa identik dengan pembangunan nasional. Pembangunan yang sedang giat-giatnya kita laksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga ke daerah pedesaan, tidak Universitas Sumatera Utara 66 hanya mengejar kemajuan lahiriah belaka, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan bathin seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya 10 Namun, pada dasarnya tidak ada permasalahan yang tidak memiliki pemecahan. Setiap permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan diambil pemecahannya, salah satunya dengan kesiapan ataupun strategi desa dengan menggunakan Undang – Undang tentang desa yang baru, yaitu UU No. 6 Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang digunakan pada dasarnya adalah di samping bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di daerah pedesaan, juga untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia baik lewat pendayaangunaan sumber-sumber maupun alokasinya. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak jarang menjumpai berbagai hambatan baik struktural maupun moral, untuk itu agar hambatan tersebut dapat di atasi maka sebelum menetapkan strategi dan kebijaksanaan pembangunan desa terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi terhadap keadaan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa, sehingga dalam menyusun kebijaksanaan pokok dalam pembangunan desa benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meskipun terdapat banyak permasalahan. 10 Hasan, Hasbullah. 1993. Masalah Kebijaksanaan Pembangunan Desa, Yogyakarta: PAU-Studi Sosial UGM. Universitas Sumatera Utara 67 Tahun 2014 khususnya mengenai anggaran desa yang sudah memiliki Peraturan Pemerintah PP yaitu PP No. 43 Tahun 2014. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut. Namun, mengingat dana desa bersumber dari belanja pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa dan Badan Permusyawaratan Desa BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari Universitas Sumatera Utara 68 penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa memiliki kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut pada desa diberikan biayaanggaran yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang prosentasenya sekitar 10. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dan oleh karenanya keberadaan desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah masalah keuangan desa, yang mengatur tentang sumber pendapatan desa yaitu berdasarkan pendapatan asli desa hasil Universitas Sumatera Utara 69 usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain - lain pendapatan asli desa yang sah, kemudian bantuan dari Pemerintah Kabupaten berupa bagian yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten, selain itu bantuan dari pemerintah dan Pemerintah Provinsi, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa. Beberapa hal yang dimuat dalam keuangan desa ini merupakan hal yang baru bagi Pemerintah Desa karena selama ini mereka belum terbiasa untuk berkreasi mencari pendapatan asli desa. Sumber pendapatan desa tersebut, yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemberdayaan Desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan antara lain dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama dengan pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Sedangkan sumber pendapatan daerah yang berada di desa, baik pajak mapun retribusi yang sudah dipungut oleh Daerah Kabupaten, tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. Pendapatan daerah dari sumber tersebut harus diberikan kepada desa yang bersangkutan dengan pembagian secra proporsional dan adil. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan beban biaya ekonomi tinggi dan dampak lainnya. Selanjutnya sumber pendapatan desa tersebut dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Kegiatan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ditetapkan setiap tahun, dengan meliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan Universitas Sumatera Utara 70 tata usaha keuangan, dan perubahan serta penghitungan anggaran. Kepala Desa bersama Badan Perwakilan Desa BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan peraturan desa. Adapun pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tersebut ditetapkan oleh Bupati, sedangkan tata cara dan pungutan objek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa. Selanjutnya keuangan desa selain didapat dari sumber - sumber yang telah disebutkan di atas, juga dapat memiliki badan usaha sesuai dengan peraturan perundang - undangan. Alokasi anggaran untuk dana desa ditetapkan sebesar 10 sepuluh perseratus dari total dana transfer ke daerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBN. Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10 sepuluh perseratus, anggaran dana desa dipenuhi melalui realokasi dari belanja pusat dari program yang berbasis desa. Kementerianlembaga mengajukan anggaran untuk program yang berbasis desa kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional untuk ditetapkan sebagai sumber dana desa. Dalam hal dana desa telah dipenuhi sebesar 10 sepuluh perseratus dari total dana transfer ke daerah, penganggaran sepenuhnya mengikuti mekanisme penganggaran dana bendahara umum negara yang sudah diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 71 Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaandan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa ADD dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan. Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa ADD antara lain meliputi: a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan kewenangannya. b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki. c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Universitas Sumatera Utara 72 d. Menorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat. Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa ADD dibagi menjadi 2 dua komponen, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Sebesar 30 dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. b. Sebesar 70 dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Biaya Operasional Pemerintah Desa, BPD, dan LPMD diantaranya dipergunakan untuk: a. Biaya Operasional Pemerintah Desa, meliputi: 1 Insentif Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PJOK, Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan PJAK, dan BendaharaPemegang Kas Kegiatan ADD. 2 Pengadaan Belanja Barang dan Jasa Pemerintah Desa. Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa ADD harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi: a. Penyaluran dana harus langsung ditujukan kepada pengelolapenerima. Universitas Sumatera Utara 73 b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka. c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi. d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran yang sedang berjalan. e. Apabila sampai akhir bulan Desember belum dapat selesai atau belum mencapai 100 dan terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dikembalikanke Kas Daerah. f. Hasil kegiatanproyek yang dibangun menjadi milik desa dan dapat dilestarikan serta dikembangkan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Pengelola Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa ADD adalah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD, terdiri dari: a. Penanggung jawab operasional kegiatan adalah Kepala Desa. b. Penanggung jawab administrasi kegiatan adalah Sekretaris Desa. c. Bendaharapemegang kas adalah Kepala Urusan Keuangan atau Bendahara Desa. Universitas Sumatera Utara 74 Maka, dalam hal ini Pemerintahan Desa Sibaganding sudah memiliki strategi dalam mengatasi permasalahan di Desa Sibaganding, seperti yang dipaparkan oleh Kepala Desa Sibaganding : “ Kami, Desa Sibaganding sudah memiliki beberapa strategi dalam menghadapi masalah di Desa Sibaganding ini. Salah satunya ya, dengan keluarnya Undang – Undang Desa yang baru ini, ya banyak membantulah untuk Desa dan kalu bicara soal kesiapan, kami Desa Sibaganding siap untuk menjalankan Undang – Undang yang baru itu. Apalagi kami juga sudah menyelesaikan MUSRENBANG kami. Sudah kami susun sesuai dengan yang dibutuhkan desa ini. ” wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding Hal yang senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa, Ibu Juniarli Sinaga saat diwawancara bersamaan dengan Bapak Kepala Desa di Kantor Kepala Desa Sibaganding : “Ya betul. Sebenarnya sudah tepat sekali Undang – Undang itu keluar. Kenapa tidak di tahun – tahun sebelumnya saja begini ? Kan bisa lebih maju desa ini “ wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding Demikian juga salah satu penduduk Desa Sibaganding, Vera Situmorang 30 tahun, ibu rumah tangga menyatakan : Universitas Sumatera Utara 75 “ Kami penduduk berharap permasalahan di Desa sibaganding ini segera dapat teratasi dengan adanya bantuan dana sebesar 1 Milyar lebih itu untuk kemajuan desa ini. Apalagi yang listriknya belum ada. Bagus sekali lah program ini. “ wawancara 18 September 2014 di warung kopi Desa Sibaganding Wawancara dengan salah satu penduduk Desa Sibaganding ini, memperlihatkan bahwa penduduk juga merasa terbantu dengan adanya kesiapan dan strategi desa ini untuk menghadapi Undang – Undnag Desa yang baru mengenai anggaran desa. Berdasarkan fokus penelitian, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan informan yang telah dipilih. Adapun hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

3.2.1. Implementasi Pelaksanaan Alokasi Anggaran Desa ADD Desa Sibaganding