Latar Belakang Badan Permusyawaratan Desa BPD

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah sebuah organisasi pemerintahan paling rendah di negara Indonesia. Pengaturan desa merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi untuk menjalankan rumah tangga desa yang lebih baik. Telah banyak pengaturan desa yang telah lahir sebagai bentuk kepengurusan pemerintah terhadap desa. Diantaranya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan Daerah, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan yang terakhir adalah Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Namun dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai desa belum dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa termasuk dalam hal kebutuhan anggaran di desa. Selain itu, pelaksanaan pengaturan desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat, demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah, Universitas Sumatera Utara 2 kemiskinan, dan masalah sosial budaya. Dewasa ini, desa menjadi salah satu targetan khusus pembangunan nasional. Sebanyak kurang lebih 32.000 tiga puluh dua ribu desa di antaranya masuk dalam arsiran daerah yang memerlukan perhatian khusus dimana sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia. Melihat banyaknya desa yang tertinggal dari sebagaimana desa normal yang seharusnya, mendorong pemerintah untuk berusaha ekstra dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan ini. Sejarah yang panjang untuk menempatkan kembali posisi desa sebagai suatu daerah yang memiliki sifat istimewa, heterogen, serta kejelasan status serta kepastian hukumnya dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Untuk itulah, pemerintah mensahkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pada sidang paripurna DPR RI, Rabu 18 Desember 2013 dan menyetujui rancangan Undang - Undang Desa untuk disahkan menjadi Undang - Undang desa. Dalam Undang – Undang tersebut, di antaranya membahas tentang Keuangan dan Aset Desa dan di dalam pembahasan tersebut, akan dibahas tentang kebijakan anggaran untuk desa. Kebijakan anggaran adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi melalui pengendalian pajak dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan anggaran untuk desa paling sedikit 10 dari pajak dan retribusi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, desa telah memiliki kewenangan sendiri untuk Universitas Sumatera Utara 3 mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri 1 Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Pemerintahan Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desakelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa, yakni terdiri atas sekretaris desa dan perangkat lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, desa telah memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur seluruh tatanan di desa, termasuk menyusun anggaran ataupun menyusun keuangan desa sendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh 1 Innesa Destifani, Suwondo, Ike Wanusmawatie, Pelaksanaan Kewenangan Desa Dalam rangka Mewujudkan Otonomi Desa Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jurnal Administrasi Publik JAP, Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 Universitas Sumatera Utara 4 pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. APBDesa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan Desa Dalam hal ini, pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desakelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya peraturan-peraturan atau Undang - Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia. Dari 73.000 tujuh puluh tiga ribu desa atau nagori yang berada di Indonesia, diantaranya terletak di Kabupaten Simalungun. Kabupaten Simalungun adalah sebuah kabupaten yang berada di Sumatera Utara dan Raya Universitas Sumatera Utara 5 adalah ibu kota kabupaten ini. Suku Bangsa di Kabupaten Simalungun masih didominasi oleh Suku Batak Simalungun, dan suku-suku pendatang seperti Suku Jawa, dan Suku Melayu. Sedangkan agama yang dianut oleh masyarakat Simalungun adalah Islam 56,6 , Kristen 37,1 , Katolik 6,1 , Buddha 0,06 , Hindu 0,05 , dan sisanya adalah agama-agama lain seperti Parmalim. Kabupaten ini memiliki 31 tiga puluh satu kecamatan dan keseluruhan kecamatan terdiri dari 345 tiga ratus empat puluh lima desa. Desa Sibaganding adalah salah satu desa yang terdapat di kabupaten Simalungun, dimana Desa Sibaganding adalah sebagai objek penelitian. Desa Sibaganding, berjarak 3 tiga kilometer dari jalan besar Siantar – Parapat. Namun, akses jalan sepanjang 2 dua kilometer ke Desa Sibaganding yang hingga saat ini sangat sulit dilalui oleh kendaraan roda 4 empat dan tidak ada angkutan yang dapat masuk ke desa karena kondisi jalan yang sangat parah untuk dilalui. Sehingga, warga kesulitan untuk menjual hasil bumi ke pasar Ajibata dan Parapat dan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk carter mobil bak terbuka. Akses ke desa ini hanya dapat dicapai dengan alat transportasi danau, yaitu kapal. Selain itu, penerangan pada akses jalan darat ke desa ini sangat minim atau bahkan hampir tidak ada. Desa Sibaganding memiliki jumlah penduduk sebanyak 1418 seribu empat ratus delapan belas jiwa yang terdiri dari 320 tiga ratus dua puluh Kepala Keluarga, yang dibagi menjadi 9 dusun yang terdiri dari 9 lingkungan. Universitas Sumatera Utara 6 Komposisi penduduk antara pria dan wanita di Desa Sibaganding hampir sama, yakni 695 pria atau sekitar 49,01 dan 723 jiwa wanita atau sekitar 50,99 . Warga Desa Sibaganding mempunyai mata pencarian yang berbeda – beda, sebagian besar adalah nelayan atau tambak ikan, sebagian kecil sebagai petani penggarap dan sisanya adalah pekerja swasta maupun sipil. Fasilitas pendidikan di Desa Sibaganding sangat rendah. Di desa ini, hanya terdapat satu bangunan sekolah saja, yaksi Sekolah Dasar SD. Sementara penduduk desa yang bersekolah pada tingkat SMP maupun SMA, bersekolah ke Kota Parapat maupun Kota Pematang Siantar. Latar belakang pendidikan penduduk desa Sibaganding, beraneka ragam, namun sebagian besar penduduk adalah tamatan SD Sekolah Dasar. Sarana pendidikan di Desa Siaganding pada umumnya sangat minim, maka tak heran jika rata – rata masyarakat desa ini memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Di kelurahan Girsang Sipangan Bolon terdapat 4 empat Sekolah Dasar SD Negeri, namun tidak tersedia Sekolah Menengah Pertama SMP maupun Sekolah Menengah Atas SMA. Begitu juga dengan kondisi di Kelurahan Girsang, dimana hanya terdapat 4 empat SD Negeri dan tidak tersedianya SMP maupun SMA. Di Kelurahan Parapat terdapat 7 tujuh SD Negeri, 1 satu SMP Negeri, 1 satu SMA Negeri dan 1 satu SMA Swasta. Sementara itu di Kelurahan Tigaraja, tidak terdapat SD dan SMA, hanya terdapat 1 SMP Negeri dan 1 SMP Swasta, sedangkan di Desa Siaganding hanya terdapat 2 SD Negeri dengan kondisi fasilitas belajar mengajar yang sangat buruk dan tidak Universitas Sumatera Utara 7 tersedianya SMP dan SMA. Sedangkan fasilitas kesehatan di desa juga sangat rendah. Tidak ada fasilitas kesehatan yang cukup memadai untuk masyarakat desa. Hanya bidan desa yang tersedia di desa ini. Sementara untuk berobat, masyarakat desa harus ke Pusat Kesehatan Masyarakat PusKesMas kota Parapat maupun Rumah Sakit di Pematang Siantar. Melihat kondisi desa Sibaganding, yaitu kondisi jalan atau akses jalan menuju desa, fasilitas masyarakat seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan yang masih kurang memadai, maka Undang –Undang No. 6 Tahun 2014 diharapkan dapat menjadi solusi dalam kekurangan atau permasalahan di desa. Dalam Undang – Undang baru yang membahas tentang anggaran itu, alokasi dana Desa paling sedikit 10 sepuluh perseratus dari pajak dan retribusi daerah atau dengan kata lain dari dana perimbangan yang diterima KabupatenKota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dengan demikian, Desa dapat membangun kesejahteraannya sendiri dengan mandiri. Desa Sibaganding tidak lagi menunggu perhatian terlalu lama dari Pemerintah Kabupaten. Namun, dengan Undang – Undang No.6 ini Desa Sibaganding mendapat anggaran langsung dan langsung membuat perubahan di Desa Sibaganding itu sendiri. Telah jelas, dalam Undang – Undang yang disambut sangat baik itu juga, satu diantaranya adalah membahas tentang anggaran desa. Selanjutnya,Badan Permusyawaratan Desa BPD memiliki fungsi untuk membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama dengan Universitas Sumatera Utara 8 Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, serta melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Selanjutnya dalam ayat 4 pasal yang sama disebutkan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka saya merasa tertarik untuk menulis skripsi tentang implementasi kebijakan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding kabupaten Simalungun.

B. Rumusan Masalah