Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun

(1)

Lampiran Interview 1

Narasumber : Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si (Camat Girsang Sipangan Bolon) Tgl : 15 September 201

Penulis (P) :”Apakah Bapak tahu mengenai Undang-Undang Desa No.32 Tahun 2004 dimana masa jabatan seorang Kepala Desa adalh 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan, dimana keadaan di Desa Sibaganding tidak sesuai dengan Undang-Undang ini. Bagaimana menurut Bapak ?”

Narasumber (N) :”Saya tahu Undang – Undang Desa yang menyatakan jabatan Kepala Desa itu 6 tahun. Tapi, kondisinya di Desa Sibaganding kan tidak memungkinkan. Lagian, saya membiarkan Desa memiliki daulat penuh atas pemerintahan desanya sendiri. Bukan saya ngga peduli, tapi kan kita juga harus lihat kondisinya bagaimana” P :”Bagaimana penyusunan rencana kegiatan Anggaran

Dana Desa (ADD) di desa Kecamatan Girsang Sipangan Bolon ini pak ? Dan apakah Bapak tahu mengenai Undang-Undang Desa yang baru, dimana anggran langsung akan turun ke Desa sebesar 1,4 Milyar?”

N :”Bagi desa – desa di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, penyusunan rencana kegiatan ADD telah berjalan


(2)

dengan baik terbukti dari tersusunnya MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan),halini dikarenakan MUSRENBANG menjadi syarat pencairan ADD, khususnya anggaran baru dalam Undang – Undang yang baru yang kabarnya akan diberikan langsung kepada desa sebesar 1 Milyar untuk pembangunan desa, dimana desa bekerjasama dengan PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga)”

P :”Bagaimana dengan penyelesaian dan

pertanggungjawaban ADD nya nanti pak ?”

N :”Menurut pengamatan kami, semua kegiatan ADD di wilayah Girsang Sipangan Bolon telah berjalan dan diselesaikan dengan baik meski seringkali terlambat. Pertanggungjawaban kegiatan ADD yaitu dalam bentuk SPJ (Surat Pertanggungjawaban) akan dibuat oleh tiap-tiap desa, baik untuk pencairan termin pertama maupun yang kedua, demikian pula nanti setelah 1 Milyar itu turun dan dipakai sesuai MUSRENBANG mereka, desa harus membuat SPJ”


(3)

Interview 2

Narasumber : Rudi Pohan (Kepala Desa Sibaganding) Juniarli Sinaga (Sekretaris Desa Sibaganding) Tgl : 18 September 2014

P :”Bapak sudah menjadi Kepala Desa Sibaganding selama 21 tahun lebih. Apa yang menjadikan Bapak demikian ?” N1 :”Warga tidak ada yang mau jadi Kepala Desa. Katanya

repotlah kerjanya, repotlah ngurusnya, kerjaan lain ngga bisa ditinggalkanlah. Jadi mau tak mau harus sayalah yang lanjutkan. Dari sekitar tahun ’92 saya menjabat, ya saya bikinlah semampu saya jadi kepala desa. Mau gimana lagi, kan gitu.”

P :”Di desa Bapak terdapat beberapa masalah-masalah. Apakah pemerintahan Desa Sibaganding sudah memiliki strategi dalam mengatasi masalah-masalah tersebut ?” N1 :”Kami, Desa Sibaganding sudah memiliki beberapa


(4)

Sibaganding ini. Salah satunya ya, dengan keluarnya Undang – Undang Desa yang baru ini, ya banyak membantulah untuk Desa dan kalu bicara soal kesiapan, kami Desa Sibaganding siap untuk menjalankan Undang – Undang yang baru itu. Apalagi kami juga sudah menyelesaikan MUSRENBANG kami. Sudah kami susun sesuai dengan yang dibutuhkan desa ini”

N2 :”Ya betul. Sebenarnya sudah tepat sekali Undang – Undang itu keluar. Kenapa tidak di tahun – tahun sebelumnya saja begini ? Kan bisa lebih maju desa ini” P :”Bagaimana persiapan dan strategi Desa Sibaganding

dalam menghadapi Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014?”

N :”Di desa kami MUSRENBANG untuk persiapan UU No. 6 Tahun 2014 khususnya untuk menghadapi kebijakan anggaran sudah tersusun dengan melibatkan masyarakat Kami sudah tau akan kebijakan anggaran yang baru yang akan turun sekitar 1 Milyar dan juga akan langsung dikelola oleh desa Jadi kan desa bisa langsung mengolah 1 Milyar itu untuk keperluan desa”


(5)

P :”Bagaimana kegiatan ADD selama ini terlaksana dan apa rencana kegiatan ADD yang berkaitan dengan Undang-Undang No.6 khususnya mengenai kebijakan anggaran desa ?”

N :”Sudah semua dek, dan bisa dicek ke lapangan untuk membuktikan bahwa semua kegiatan ADD yang sudah tertera dalam MUSRENBANG itu sudah kami laksanakan semuanya dimana kami yang bekerjasama dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karna pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan”

P :”Bagaimana dengan pertanggungjawabannya nanti pak ?” N :”Pasti dek, kami buat SPJ ADD karena dipakai sebagai


(6)

Interview 3

Narasumber : Jamidin Silitonga (Warga Desa Sibaganding, 57 thn) Vera Situmorang (Warga Desa Sibaganding, 30 thn) Tgl : 18 September 2014

P :”Apa yang menjadikan Bapak Rudi Pohan dapat menjabat sebagai Kepala Desa begitu lama, Pak ?”

N1 :”Bapak Pohan udah jadi kepala desa sekitar 21 tahun setengah. Karena memang ngga ada yang mau. Repot jadi kepala desa. Gajinya juga ngga banyak. Bagusan jadi petani atau nelayan lah. Lebih ngerti dan lebih enak ngerjakannya.”

P :”Apakah sudah banyak warga yang tau mengenai Undnag-Undang yang baru,dimana desa akan mendapat dana langsung sebesar 1 Milyar lebih dan apa harapan ibu sebagai masyarakat terhadap undnag-undang ini ?”

N2 :”Kami penduduk berharap permasalahan di Desa sibaganding ini segera dapat teratasi dengan adanya bantuan dana sebesar 1 Milyar lebih itu untuk kemajuan


(7)

desa ini. Apalagi yang listriknya belum ada. Bagus sekali lah program ini”


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Boleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bungaran Antonius Simanjuntak, 2013. Dampak Otonomi Daerah di Indonesia,

Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia, Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia

H. Nawawi, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.

Hanif, Nurcholis, 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta:Erlangga.

Hassan,Hasbullah.1993.Masalah Kebijaksanaan PembangunanDesa, Yogyakarta:Erlangga

Innesa Destifani, Suwondo, Ike Wanusmawatie, Pelaksanaan Kewenangan Desa Dalam rangka Mewujudkan Otonomi Desa (Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora).

M. Arif Nasution, 2008. Metodologi Penelitian, Medan: FISIP USU PRESS. Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid, 2009. Otonomi Daerah dalam Negara

Kesatuan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Widjaja, 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Winarno, Budi, 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Presindo.

Undang-Undang :

Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 Undang-Undang Desa No.22 Tahun 1999 Undang-Undang Desa No. 32 Tahun 2004 Website :


(9)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan dan dianalisis data yang telah diperoleh langsung dari Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Data yang akan disajikan adalah berupa masalah – masalah yang terdapat di desa tersebut dan juga akan disertakan strategi kesiapan desa yang akan ditempuh dengan menggunakan Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai anggaran desa untuk mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut.

Pada dasarnya, pembangunan merupakan salah satu istilah yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bila hal itu terkait usaha memajukan kehidupan masyarakat. Masyarakat desa sebagai bagian dari warga Negara juga tidak terlepas dari proses atau usaha dalam memajukan kehidupannya baik melalui usaha perorangan maupun lewat program-program yang dlaksanakan oleh pemerintah dalam upaya memajukan dan mensejahterakan masyarakat sesuai dengan amanat UUD 1945 dan tujuan pembangunan nasional yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera di berbagai bidang kehidupan. Pembangunan nasional adalah proses perubahan yang terus menerus yang merupakan kemajuan dan pembaharuan menuju kearah tercapainya tujuan nasional. Hakikat pembangunan nasional adalah


(10)

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya, atau kepuasan bathiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya. Pembangunan desa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional mempunyai arti dan peranan yang strategis, karena desa berserta masyarakatnya merupakan landasan dari kekuatan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Pembangunan desa dapat pula diartikan sebagai titik sentral dari pembangunan nasional sebab segala sesuatu yang menyangkut masalah pembangunan bermuara dan berakhir di pedesaan dan sebagian terbesar dari penduduk Indonesia tinggal di pedesaan termasuk jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sehingga, wajar dalam setiap kebijaksanaan pembangunan nasional, pembangunan desa mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Kebijaksanaan dan strategi pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya lapisan bawah yang umumnya mereka lebih banyak dan berasal dari pedesaan. Model dan strategi pembangunan desa di Indonesia pada dasarnya adalah untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia baik lewat pendayaangunaan sumber-sumber maupun alokasinya.


(11)

Dalam pembangunan desa ada hal yang tidak bisa dihindarkan yaitu akses pembangunan lebih banyak dinikmati oleh para elit desa lapisan atas. Hal ni tidak hanya disebabkan oleh kegiatan pembangunan tidak bisa menyentuh semua lapisan masyarakat dalam waktu yang bersamaan karena terbatasnya sumber-sumber pembangunan sehingga mengharuskan ditentukan skala prioritas tetapi juga karena adanya beberapa hambatan struktural dan moral yang menghalangi hubungan dengan masyarakat lapisan bawah. Pembangunan yang sudah menjangkau desa-desa saat ini menyebabkan desa mengalami perubahan yang cukup besar. Beberapa aspek perubahan ini bahkan belum pernah terjadi sebelumnya sehingga telah mengubah wajah desa. Berbagai karakteristik yang ditemukan pada desa-desa tradisional kini tidak ditemukan lagi melainkan digantikan dengan berbagai kemajua teknologi yang terasa asing dan merupaan hal baru bagi masyarakat desa. Masyarakat desa sebagai sebuah komunitas yang sedang mengalami perubahan karena pembangunan tidaklah lepas dari masalah. Beberapa diantara masalah-masalah tersebut adalah masalah lama yang belum terselesaikan atau masalah baru yang muncul akibat perubahan secara keseluruhan atau sebagai dampak negatif dari pembangunan itu sendiri.


(12)

3.1. Permasalahan – Permasalahan Desa Sibaganding

Setiap pemerintahan memiliki masalah – masalah umum atau masalah – masalah mendasar. Masyarakat Desa juga memiliki harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Demikian juga permasalahan yang timbul di desa, dimana desa adalah sebagai pemerintahan terkecil di sebuah negara pun memiliki masalah – masalah sendiri. Desa Sibaganding adalah satu dari banyak desa di Indonesia yang memiliki pemasalahan sendiri, baik permasalahan yang terdapat pada pemerintahan desa itu sendiri maupun permasalahan yang datang dari masyarakat maupun daerah itu sendiri. Masyarakat desa sebagai sebuah komunitas yang sedang mengalami perubahan karena pembangunan tidaklah lepas dari masalah. Beberapa diantara masalah-masalah tersebut adalah masalah lama yang belum terselesaikan atau masalah baru yang muncul akibat perubahan secara keseluruhan atau sebagai dampak negatif dari pembangunan itu sendiri.

Sesuatu disebut masalah apabila terjadi keadaan di mana harapan atau cita-cita tidak terpenuhi karena sesuatu hal atau apa yang diharapkan terjadi berbeda dengan kenyataan. Dengan demikian suatu masalah senantiasa memerlukan penyelesaian atau pemecahan melaui upaya-upaya tertentu agar apa yang dicita-citakan itu tercapai. Disini ditemukan bahwa tidak semua keadaan desa yang dicita-citakan itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak sedikit desa-desa yang taraf perkembangannya masih sangat jauh dari cita-cita masyarakat dan pemerintanya. Keadaan seperti ituah yang disebut


(13)

masalah-masalah di pedesaan. Masalah-masalah tersebut terjadi sebagai akibat pengaruh dari luar desa, maupun sebagai akibat dinamika atau perkembangan intern dari desa itu sendiri. Beberapa contoh yang biasa digolongkan masalah pedesan tersebut adalah mash tingginya angka kemiskinan, terbatasnya lapangan kerja, masih redahnya tingkat pendidikan rat-rata penduduk, munculnya pengangguran dan setegah pengangguran, pencemaran air dan udara yang mulai merambah beberapa kawasan pedesaan, erosi, keterbatasan prasarana dan saran pelayanan umum, dan fasilitas sosial lainnya. Berikut akan dibahas secara terbatas beberapa di antara masalah-masalah tersebut yang terdapat di Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

3.1.1. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah permasalahan umum atau permasalahan dasar yang banyak dialami pemerintahan pada umumnya. Permasalahan ini timbul akibat rendahnya tingkat pendidikan penduduk yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh pada kemajuan (increase) pada desa. Pada bab sebelumnya, telah dideskripsikan dan dijelasskan bahwa tingkat pendidikan penduduk sangat dipengaruhi oleh adanya fasilitas pendidikan yang terdapat pada desa tersebut dan tingkat ekonomi penduduk. Sumber daya manusia yang rendah mengakibatkan tidak adanya pembaharuan pada pemerintahan Desa Sibaganding ini, seperti yang dilihat di lapangan, sistem pemerintahan di Desa Sibaganding merupakan sistem demokrasi, dimana yang memimpin sistem


(14)

pemerintahan desa ini adalah seorang Kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah desa. Sistem pemerintahan kelembagaan Desa Sibaganding menganut sistem yang tidak tentu. Masa jabatan seorang kepala desa tidak ditentukan secara pasti jangka waktu periode jabatannya sehingga stabilitas kelembagaan tidak baik karena dipimpin oleh seorang yang tidak tentu waktu masa jabatannya. Hal ini juga dipaparkan oleh salah seorang penduduk Desa Sibaganding, Jamidin Silitonga (57 tahun buruh keramba ikan) :

“ Bapak Pohan udah jadi kepala desa sekitar 21 tahun setengah. Karena memang ngga ada yang mau. Repot jadi kepala desa. Gajinya juga ngga banyak. Bagusan jadi petani atau nelayan lah. Lebih ngerti dan lebih enak ngerjakannya...” (wawancara 18 September 2014 di Desa Sibaganding)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Kepala Desa Sibaganding, Bapak Rudi Pohan ;

“ Warga tidak ada yang mau jadi Kepala Desa. Katanya repotlah kerjanya, repotlah ngurusnya, kerjaan lain ngga bisa ditinggalkanlah. Jadi mau tak mau harus sayalah yang lanjutkan. Dari sekitar tahun ’92 saya menjabat, ya saya bikinlah semampu saya jadi kepala desa. Mau gimana lagi, kan gitu..” (wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding)


(15)

Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Desa serta penduduk tidak menjalankan pemerintahan desa sesuai dengan Undang – Undang Desa yang berlaku. Akibat dari situasi dan kondisi, dimana tidak adanya masyarakat Desa Sibaganding yang bersedia untuk menggantikan Kepala Desa yang lama. Sementara, berdasarkan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004, masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan. Hal ini mengakibatkan, stabilitas politik di tatanan kelembagaan desa menjadi tidak baik, karena tidak adanya pengkaderisasian yang baik.

Di posisi lain Camat Girsang Sipangan Bolon, Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si menyatakan bahwa, Pemerintah Daerah tidak tahu menahu dengan hal ini, dimana hal – hal yang berhubungan dengan pemerintahan desa diserahkan seutuhnya kepada desa yang bersangkutan.

“ Saya tahu Undang – Undang Desa yang menyatakan jabatan Kepala Desa itu 6 tahun. Tapi, kondisinya di Desa Sibaganding kan tidak memungkinkan. Lagian, saya membiarkan Desa memiliki daulat penuh atas pemerintahan desanya sendiri. Bukan saya ngga peduli, tapi kan kita juga harus lihat kondisinya bagaimana “ (wawancara 15 September 2014 di kediaman beliau di Parapat)

Dalam hal ini, pemerintah merupakan payung masyarakat, yang mengayomi, mewadahi serta memberikan pelayanan yang optimal kepada


(16)

masyarakat. Pemerintah harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang masyarakat inginkan.

Pemerintah Desa Sibaganding (terutama Kepala Desa) belum terlalu peka terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapai oleh masyarakat, seperti keterbelakangan pendidikan, ekonomi dan sosial. Pemerintah seharusnya peka terhadap masyarakat agar dapat mengayomi segala kepentingan dan dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Pemerintah Desa Sibaganding belum peka terhadap permasalahan yang timbul dan berkembang di masyarakat, seperti prasarana jalan yang masih buruk dan pembangunan yang belum merata. Untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi desa perlu adanya pemerintah yang tanggap dan peka terhadap aspirasi serta kebutuhan masyarakat. Pemerintah desa harus menjadi pelayan masyarakat bukan sebagai penguasa masyarakat.

Demikian juga dengan penduduk yang tinggal di desa ini, yang memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah yang diakibatkan tingkat ekonomi yang sangat rendah juga. Penduduk Desa Sibaganding ini, paling tiggi adalah tamatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan masih banyak penduduk desa yang tidak bersekolah,sehingga melihat tingkat pendidikan maka penduduk sulit mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi. Hal ini terlihat juga pada latar belakang pendidikan perangkat desa, seperti Kepala Desa, Kepala Penatua Adat, Sekretaris Desa, KAUR Pemerintahan, KAUR Pembangunan dan Kepala Dusun adalah pada umumnya tamatan SMA


(17)

(Sekolah Menengah Atas). Selain itu para perangkat desa, pada umumnya juga tidak memiliki pendidikan informal atau pendidikan di luar sekolah. Pendidikan informal yang dimaksudkan adalah, pendidikan atau pelatihan – pelatihan yang berkaitan. Pendidikan informal bertujuan untuk membuka wawasan baru dan melahirkan inovasi baru dalam pembangunan dan pengelolaan desa ke depannya. Tetapi dengan pendidikan yang minim, perangkat desa hanya mampu menerapkan kegiatan dan pembangunan yang monoton dan tidak ada pembaharuan sama sekali, sehingga desa menjadi tetap ketinggalan.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dihasilkan dari manusia yang berpendidikan yang baik pula. Maka, melihat kondisi sumber daya manusia yang masih rendah di Desa Sibaganding ini, membuat desa ini menjadi semakin sulit untuk maju dari desa – desa lain di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan membuat kemajuan pada desa tersebut

3.1.2. Permasalahan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Desa

Permasalahan ini adalah permasalahan yang paling signifikan yang terjadi pada Desa Sibaganding, Masih banyak fasilitas masyarakat desa, sarana dan prasarana desa yang masih sangat kurang memadai. Mulai dari fasilitas kantor kepala Desa Sibaganding yang masih sangat membutuhkan perbaikan – perbaikan, misalnya kantor kepala desa ini tidak memiliki ruang rapat atau


(18)

tempat musyawarah desa, biasanya musyawarah desa diadakan di rumah penduduk yang lebih memadai dan memungkinkan untuk diadakan musyawarah. Begitu juga dengan peralatan kantor kepala desa yang kurang, seperti tidak tersedianya komputer atau hal lain yang mendukung, sehingga akan memperlama proses administrasi desa ini.

Sarana dan prasarana desa juga sangat membutuhkan perbaikan yang lebih baik lagi, karena desa ini tidak memiliki angkutan umum yang memadai diakibatkan kondisi jalan yang sangat sempit dan terjal dan tidak diaspal, ditambah lagi tidak adanya tembok penahan jalan di sepanjang jalan desa ini. Maka, pengguna jalan harus sangat berhati – hati karena pinggir jalan yang dilalui tidak memiliki pembatas jalan dan berbatasan langsung pada jurang yang dalam dan curam yang sewaktu – waktu dapat longsor karena tidak adanya tembok penahan jalan tersebut. Kondisi lain, akses jalan ke dusun lain maupun ke desa lain juga masih membutuhkan rabat jalan. Hal ini disebabkan, karena jalan yang hendak dibangun untuk akses jalan tersebut terkendala atau hanya setengah jadi karena kurangnya anggaran untuk melanjutkan proyek tersebut. Rata – rata, akses jalan di Desa Sibaganding adalah sangat buruk, yaitu kondisi jalan yang sangat tidak memungkinkan dilewati oleh kendaraan. Melihat kondisi jalan yang demikian, seharusnya jalan – jalan tersebut sudah harus diperbaiki dan diaspal dengan baik agar penduduk tidak mengalami kesulitan. Pada malam hari, akses ke desa ini maupun akses dari satu


(19)

lingkungan dusun ke lingkungan dusun yang lain juga sangat gelap, karena tidak adanya penerangan atau lampu jalan di sepanjang jalur jalan di desa ini.

Kurangnya penerangan di jalan, membuat aktifitas warga ketika malam hari terbatas hanya didalam rumah. Di kondisi lain, penduduk yang menggunakan jembatan penyeberangan untuk melewati sungai, memiliki kondisi jembatan yang sangat buruk yang dapat membahayakan pengguna jembatan tersebut. Pada tahun 2011, jembatan ini sudah dalam perbaikan namun belum sepenuhnya rampung karena permaslahan anggaran yang kurang, sehingga jembatan setengah jadi ini sangat tidak nyaman digunakan oleh penduduk desa. Untuk menuju ke ibu kota kecamatan ataupun ke ibu kota kabupaten, penduduk desa harus berjalan ke Kelurahan Parapat untuk menggunakan angkutan umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pada umumnya di pedesaan masalah yang paling banyak dihadapi dan perlu adanya pemecahan masalah adalah masalah insfrastruktur seperti jalanan yang berkibat kurang lancarnya transportasi, karena dengan kurangnya transportasi maka komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik, demikian juga distribusi komoditi baik hasil yang ada di desa maupun yang diperlukan didesa tidak menjadi lancar. Tidak hanya itu, akses jalan menuju pekuburan umum juga masih belum dibangun dengan layak, sehingga penduduk desa memiliki akses yang tidak baik menuju pekuburan umum tersebut.

Salah satu dusun di Desa Sibaganding ini, juga memiliki keadaan perpipaan air minum yang sangat buruk, yaitu di Huta III. Kondisi perpipaan di


(20)

Huta tersebut adalah, tidak tersedianya perpipaan air minum yang dialiri air yang yang bersumber langsung dari gunung. Penduduk desa sebagian besar menggunakan air gunung untuk kebutuhan air minum, sedangkan untuk sehari – hari biasanya penduduk desa menggunakan air sungai maupun langsung ke Danau Toba. Namun, dari keempat huta, Huta III yang memiiki kondisi perpipaan air minum yang sangat buruk, sehingga membutukan perbaikan.

Fasilitas lainnya yang membutuhkan perbaikan yang layak adalah, fasilitas pendidikam di desa ini. Tingkat pendidikan secara umum dapat mencerminkan tingkat kecerdasan seorang manusia. Permasalahan yang ada di desa adalah tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat kurang berinovasi dan mencari solusi-solusi yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tingkat pendidikan yang rendah juga menyebabkan pola pikir dari masyarakat menjadi sempit, akhirnya mereka sulit untuk beradaptasi terhadap kondisi yang baru atau kurang peka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat. Kualitas sumber daya masyarakat semakin berkurang akibat tingkat pendidikan yang rendah. Seperti yang terlihat di lapangan, Desa Sibaganding hanya memiliki dua (2) buah bangunan Sekolah Dasar (SD), yaitu SD Negeri 091470 dan SD Negeri 091486 dengan fasilitas sekolah yang sangat rendah pula. Dua sekolah ini juga memiliki tenaga pengajar yang sangat minim, tenaga pengajar di desa ini adalah rata – rata sebagai honor dan digaji sendiri oleh orangtua siswa dengan gaji Rp.


(21)

15.000 (limabelas ribu rupiah) dalam satu mata pelajaran yang diajarkan. Fasilitas mobiler belajar, seperti meja belajar, kursi belajar dan lemari buku juga sangat sedikit dan memiliki kualitas rendah. Fasilitas lainnya pada sekolah yaitu, tidak adanya kamar mandi atau toilet bagi guru dan siswa di sekolah tersebut. Namun, orangtua terpaksa menyekolahkan anak – anak mereka di sekolah di desa tersebut karena mengingat jauhnya akses sekolah ke kelurahan Parapat maupun ke Kelurahan Tiga Raja. Hal ini dikarenakan kurangnya anggaran untuk pendidikan dan tidak adanya lahan yang tepat untuk digunakan membangun sekolah. Orangtua sering mengeluhkan fasilitas pendidikan yang sangat rendah di desa ini, sehingga tak jarang mereka tidak menyekolahkan anak mereka akibat jarangnya belajar di sekolah ini dikarenakan jarangnya tenaga pengajar di sekolah tersebut.

Demikian juga dengan fasilitas kesehatan. Desa Sibaganding memiliki fasilitas kesehatan masyarakat yang sangat buruk, karena desa ini tidak memiliki sarana kesehatan yang baik. Desa ini hanya memiliki satu orang bidan desa saja, dan tidak memiliki puskesmas pembantu, sementara untuk pelayanan kesehatan yang lainnya penduduk desa harus menuju ke kelurahan untuk mendapatkan pengobatan dan fasilitas kesehatan. Kondisi yang seperti ini tentunya berpengaruh besar pada penduduk desa, karena permasalahan kesehatan adalah permasalahan yang sensitif bagi masyarakat.


(22)

3.1.3. Permasalahan Perekonomian Penduduk Desa

Aktivitas ekonomi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Dalam aktivitas ini kita dapat meneliti kebutuhan biologis manusia yang mendorongnya bekerja dalam lingkungan tersebut. Budaya manusia sendiri membentuk cara-cara berfikir yang secara simbolik menandai kegiatan-kegiatan sosial termasuk mengorganisasi dirinya dimana peranan-peranan yang ditetapkan menunjukkan interaksi dari setiap institusi yang memposisikan partisipasi dalam merencanakan dan melakukan aktivitasnya.

Desa Sibaganding ini juga memiliki permasalahan ekonomi. Faktor ekonomi merupakan salah satu penghambat kemajuan masyarakat. Keterbelakangan dalam hal ekonomi dapat menjadi hambatan untuk peningkatan dan pengembangan kualitas desa. Masyarakat desa masih banyak yang belum memiliki mata pencaharian yang tetap, terutama yang masyarakat yang berada di dusun. Hal ini menimbulkan kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil, sehingga berdampak pada kestabilan ekonomi masyarakat secara umum. Sebagian besar warga yang menjadi petani juga belum memiliki lahan sendiri untuk bertani, hal ini menyebabkan pendapatan mereka tiap bulan tidak menentu. Dalam hal ini, khususnya permasalahan masyarakat yang memiliki mata pencaharian tambak ikan (keramba) dan perkebunan. Pada umumnya, penduduk Desa Sibaganding memiliki mata pencaharian sebagai tambak ikan penggarap atau keramba sendiri, petani penggarap maupun petani yang memiliki tanah sendiri dan sebagian kecil adalah sebagai peternak. Namun,


(23)

permasalahannya adalah penduduk desa tidak memiliki modal cukup untuk membeli bibit ikan dan bibit untuk lahan untuk dilanjutkan kembali. Hal ini membuat mata rantai perekonomian penduduk tersendat dan usaha penduduk tersebut tidak dapat diperluas karena tidak cukupnya modal untuk membeli bibit – bibit baru. Bibit – bibit yang diperlukan diantaranya, bibit tanaman keras seperti, gelugur, kopi dan coklat, bibit ikan seperti bibit ikan nila dan juga bantuan hewan ternak, seperti lembu. Biasanya, penduduk desa menjual hasil –hasil usaha mereka ke Kelurahan Parapat, Kelurahan Tiga Raja, ibu kota kecamatan maupun ke ibu kota kabupaten. Para penduduk yang memiliki usaha keramba, petani dan peternak membutuhkan bantuan bibit yang cukup untuk dijual untuk perekonomian yang lebih baik lagi. Melihat kondisi yang demikian, penduduk yang memang mayoritas memiliki usaha keramba dan lahan pertanian sangat membutuhkan bantuan berupa bibit – bibit tersebut.

Namun, tidak sedikit juga penduduk Desa Sibaganding yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal ini diakibatkan karena kurangnya lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh pemerintah kabupaten untuk desa. Alasan lain adalah, karena tingkat pendidikan penduduk desa yang sangat rendah. Tingkat pendidikan dan pekerjaan adalah dua hal yang berkaitan. Pendidikan yang rendah mengakibatkan penduduk desa tersebut sulit mendapatkan pekerjaan tetap atau bahkan tidak memiliki pekerjaan.


(24)

3.1.4. Permasalahan Kemiskinan

Salah satu masalah penting yang banyak dihadapi masyarakat sepanjang sejarah adalah kemiskinan. Kemiskinan dan permalasahan di pedesaan adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena sebagian besar penduduk Indonesia yang miskin adalah yang tinggal di daerah pedesaan dan kemiskinan ini sesungguhnya bisa digolongkan sebagai masalah sosial ekonomi yang juga berkaitan erat dengan masalah lainya. Begitu kompleksitasnya masalah - masalah yang diahadapi pedesaan, padahal masyarakat kita kebanyakan tinggal di daerah pedesaan. Begitupun yang terjadi di Desa Sibaganding. Tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Indonesia,. salah satu problem yang dihadapi adalah bagaimana rencana aksi yang akan disusun dapat menjawab seluruh dimensi sehingga mampu menjawab akar permasalahan kemiskinan. Kemiskinan selalu menjadi ciri khas masyarakat pedesaan. Contoh hal dalam Alokasi dana APBD ketergantungan terhadap dana dari pusat masih sangat tinggi, dimana alokasi 60% untuk belanja tidak langsung dan 40% untuk belanja langsung.

Kemiskinan desa adalah masalah yang dihadapi Indonesia dari dulu kala dan sangat membutuhkan perhatian oleh pemerintah. Faktor penyebab kemiskinan desa terdiri dari faktor internal maupun faktor eksternal. Karena masyarakat Indonesia yang heterogen, kriteria kemiskin desa tidak bisa ditentukan dengan pasti, dan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi kemiskinan desa tersebut tidak dapat diterapkan di semua desa yang berbeda di seluruh


(25)

Indonesia. Namun, sejak berlakunya otonomi daerah di Indonesia yang berasas desentralisasi dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah pusat memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk menentukan sendiri program kebijakan yang tepat untuk daerahnya, terutama kebijakan pengentasan kemiskinan, karena pemerintah daerah lebih mengetahui kebutuhan, karakteristik, potensi dan adat-istiadat daerahnya. Maka dengan adanya otonomi daerah diharapkan masalah kemiskinan teratasi. Masalah kemiskinan desa ini tidak akan terselesaikan jika tidak ada kerjasama dari pemerintahdan masyarakat, tentunya juga pemerintahan yang bersih dari penyelewengan.

Mayoritas penduduk Indonesia merupakan kaum miskin. Dalam upaya menurunkan angka kemiskinan, kebijakan-kebijakan pengurangan kemiskinan harus fokus pada daerah perdesaan. Apabila tujuan pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya, maka pembangunan desa dimana mayoritas manusia Indonesia berada tentulah hal yang merupakan prioritas. Walaupun urbanisasitelah lama berlangsung namun tingkat kemiskinan di pedesaan masih lebih tinggidaripada di kota. Hal ini disebabkan karena di desa pertumbuhan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologinya lambat. Definisi desa sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1 ayat 23, kawasan pedesaan merupakan wilayah yangmempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengolahan sumber daya alam dengansusunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan,


(26)

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desa merupakan kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempatyang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penduduk miskin di pedesaan antara lain buruh tani, tidak memilikilahan atau faktor produksi, petani gurem, petani tadah hujan, nelayan, peternak penggembala, masyarakat disekitar hutan dan lahan kritis, masyarakat di daerahterpencil, masyarakat yang direlokasikan karena suatu keadaan bencana alam,dansebagainya.

Kemiskinan di Indonesia tidak hanya karena budaya malas bekerja. Faktor-faktor kemiskinan di desa lainnya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Sulitnyaakses ke desa tersebut, keterbatasan lapangan kerja, kebijakan pembangunan yang tidak tepat dan KKN adalah faktor eksternal. Sedangkan faktor internalnya antara lain adalahrendahnya tingkat pendidikan, kurangnya ketrampilan, tingkat kesehatan yang buruk,etos kerja yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah.

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan keadaan penduduk Desa Sibaganding Tahun 2014. Data berikut ini disajikan sesuai dengan dusun dan lingkungan dari masing – masing dusun. Dari data yang


(27)

akan disajikan berikut, kita akan mengetahui seberapa banyak penduduk Desa Sibaganding yang miskin (dalam hitungan KK (Kepala Keluarga))

Tabel 3.1

Data Keadaan Desa Sibaganding Tahun 2014

No. Nama Dusun (Lingkungan)

Jumlah Penduduk

Jiwa Miskin (KK)

1.

Huta I (Sualan, Hubuan, Sait Dolok)

380 26

2.

Huta II (Sibaganding, Siuhan, Simpang Patra Jasa)

294 21

3.

HutaIII (Panahatan, Sileutu, Sigaol-gaol, Repa Dolok)

343 27

4.

Huta IV (Tanjung Dolok, Aek Nauli)

401 43

Sumber : Kantor Kepala Desa Sibaganding, 2014

Data di atas adalah data komposisi penduduk yang diuraikan berdasarkan keadaan penduduk dilihat dari keadaan penduduk miskin yang ada pada tiap lingkungan yang berada pada huta tersebut. Dari data tersebut diatas,


(28)

setiap huta memiliki jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin dan memiliki jumlah kepala keluarga yang cukup banyak. Tiap kepala keluarga rata – rata memiliki 4 (empat) sampai 5 (lima) anggota keluarga. Maka, jika dalam satu huta memiliki 380 (tigaratus delapanpuluh) jiwa, dan 26 (duapuluh enam) kepala keluarga yang tergolong miskin, maka ada 130 (seratus tigapuluh) jiwa yang miskin. Dari data diatas, maka Desa Sibaganding memiliki rata – rata memiliki penduduk yang miskin.

Masalah kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh, terbatasnya cakupan pangan dan mutu pangan, hal ini dapat diketahui bahwa di pedesaan pada umumnya bahan pangan diperoleh dan diolah dengan cara yang sederhana yang berakibat rendahya mutu pangan, mereka lebih akrab dengan alam yang telah menyediakan bahan pangan. Seperti halnya Desa Sibaganding yang rata – rata penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan ataupun tambak ikan yang hasilnya tidak stabil. Belum lagi, dengan permasalahan masalah transportasi terutama jalan darat sangat minim sekali. Hal inilah faktor utama kenapa masyarakat Desa Sibaganding cenderung miskin, karena keterbatasan infomasi dan komunikasi dengan daerah luar, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja diperlukan biaya yang cukup tinggi, sedangkan apabila ada hasil komoditas yang harus dijual juga memerlukan biaya tinggi akibatnya komoditas dihargai dengan harga yang sangat rendah. Apabila disediakan jalan maka harga komoditas yang dimiliki masyarakat harganya


(29)

akan naik yang akan menambah kekayaan masyarakat Desa Sibaganding, yang pada akhirnya akan lepas dari kemiskinan.

Terbatasnya trasnportasi di pedesaan berakibat lambatnya perputaran perekonomian di daerah pedesaan. Petugas dari kelurahan maupun kota yang bisa mentransfer teknologi juga sangat jarang sekali, akibatnya kehidupan di pedesaan terkesan monoton. Apabila ada jalan yang mudah dilalui ke desa tersebut maka proses alih teknologi juga akan berjalan dengan cepat, sehingga akan memacu perekonomian di pedesaan. Dengan sentuhan teknologi tepat guna pertanian maka cara bertani akan semakin berkembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahateraan masyarakat Desa Sibaganding. 3.2. Strategi dan Kesiapan Pemerintahan Desa yang Ditempuh Untuk

Mengatasi Permasalahan di Desa Sibaganding

Strategi pembangunan di pedesaan perlu dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat desa. Pembangunan yang dipandang sebagai proses transformasi pada dasarnya akan membawa perubahan dalam masyarakat. Pembangunan desa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional adalah merupakan titik sentral dari pembangunan nasional. Pemerintah pusat pada dasarnya tidak mempunyai wilayah sehingga wilayah pembangunan daerah atau desa identik dengan pembangunan nasional. Pembangunan yang sedang giat-giatnya kita laksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga ke daerah pedesaan, tidak


(30)

hanya mengejar kemajuan lahiriah belaka, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan bathin seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya10

Namun, pada dasarnya tidak ada permasalahan yang tidak memiliki pemecahan. Setiap permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan diambil pemecahannya, salah satunya dengan kesiapan ataupun strategi desa dengan menggunakan Undang – Undang tentang desa yang baru, yaitu UU No. 6 Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang digunakan pada dasarnya adalah di samping bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di daerah pedesaan, juga untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia baik lewat pendayaangunaan sumber-sumber maupun alokasinya. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak jarang menjumpai berbagai hambatan baik struktural maupun moral, untuk itu agar hambatan tersebut dapat di atasi maka sebelum menetapkan strategi dan kebijaksanaan pembangunan desa terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi terhadap keadaan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa, sehingga dalam menyusun kebijaksanaan pokok dalam pembangunan desa benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meskipun terdapat banyak permasalahan.

10

Hasan, Hasbullah. 1993. Masalah Kebijaksanaan Pembangunan Desa,Yogyakarta: PAU-Studi Sosial UGM.


(31)

Tahun 2014 khususnya mengenai anggaran desa yang sudah memiliki Peraturan Pemerintah (PP) yaitu PP No. 43 Tahun 2014. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan Undang-Undang-Undang-Undang tersebut, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut.

Namun, mengingat dana desa bersumber dari belanja pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan dana desa, pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari


(32)

penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa memiliki kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut pada desa diberikan biaya/anggaran yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang prosentasenya sekitar 10%.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dan oleh karenanya keberadaan desa perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah masalah keuangan desa, yang mengatur tentang sumber pendapatan desa yaitu berdasarkan pendapatan asli desa (hasil


(33)

usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain - lain pendapatan asli desa yang sah), kemudian bantuan dari Pemerintah Kabupaten berupa bagian yang diperoleh dari pajak dan retribusi serta bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten, selain itu bantuan dari pemerintah dan Pemerintah Provinsi, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa. Beberapa hal yang dimuat dalam keuangan desa ini merupakan hal yang baru bagi Pemerintah Desa karena selama ini mereka belum terbiasa untuk berkreasi mencari pendapatan asli desa. Sumber pendapatan desa tersebut, yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemberdayaan Desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan antara lain dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama dengan pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Sedangkan sumber pendapatan daerah yang berada di desa, baik pajak mapun retribusi yang sudah dipungut oleh Daerah Kabupaten, tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. Pendapatan daerah dari sumber tersebut harus diberikan kepada desa yang bersangkutan dengan pembagian secra proporsional dan adil. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan beban biaya ekonomi tinggi dan dampak lainnya. Selanjutnya sumber pendapatan desa tersebut dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Kegiatan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ditetapkan setiap tahun, dengan meliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan


(34)

tata usaha keuangan, dan perubahan serta penghitungan anggaran. Kepala Desa bersama Badan Perwakilan Desa (BPD) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan peraturan desa. Adapun pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tersebut ditetapkan oleh Bupati, sedangkan tata cara dan pungutan objek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa. Selanjutnya keuangan desa selain didapat dari sumber - sumber yang telah disebutkan di atas, juga dapat memiliki badan usaha sesuai dengan peraturan perundang - undangan.

Alokasi anggaran untuk dana desa ditetapkan sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari total dana transfer ke daerah dan akan dipenuhi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBN. Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10% (sepuluh perseratus), anggaran dana desa dipenuhi melalui realokasi dari belanja pusat dari program yang berbasis desa. Kementerian/lembaga mengajukan anggaran untuk program yang berbasis desa kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional untuk ditetapkan sebagai sumber dana desa. Dalam hal dana desa telah dipenuhi sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari total dana transfer ke daerah, penganggaran sepenuhnya mengikuti mekanisme penganggaran dana bendahara umum negara yang sudah diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.


(35)

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaandan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa. Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan. Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain meliputi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial


(36)

d. Menorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat. Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi 2 (dua) komponen, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sebesar 30 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.

b. Sebesar 70 % dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Biaya Operasional Pemerintah Desa, BPD, dan LPMD diantaranya dipergunakan untuk:

a. Biaya Operasional Pemerintah Desa, meliputi:

1) Insentif Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan (PJAK), dan Bendahara/Pemegang Kas Kegiatan ADD.

2) Pengadaan Belanja Barang dan Jasa Pemerintah Desa.

Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi:


(37)

b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi.

d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran yang sedang berjalan.

e. Apabila sampai akhir bulan Desember belum dapat selesai atau belum mencapai 100 % dan terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dikembalikanke Kas Daerah.

f. Hasil kegiatan/proyek yang dibangun menjadi milik desa dan dapat dilestarikan serta dikembangkan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Pengelola Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD, terdiri dari: a. Penanggung jawab operasional kegiatan adalah Kepala Desa.

b. Penanggung jawab administrasi kegiatan adalah Sekretaris Desa.

c. Bendahara/pemegang kas adalah Kepala Urusan Keuangan atau Bendahara Desa.


(38)

Maka, dalam hal ini Pemerintahan Desa Sibaganding sudah memiliki strategi dalam mengatasi permasalahan di Desa Sibaganding, seperti yang dipaparkan oleh Kepala Desa Sibaganding :

“ Kami, Desa Sibaganding sudah memiliki beberapa strategi dalam menghadapi masalah di Desa Sibaganding ini. Salah satunya ya, dengan keluarnya Undang – Undang Desa yang baru ini, ya banyak membantulah untuk Desa dan kalu bicara soal kesiapan, kami Desa Sibaganding siap untuk menjalankan Undang – Undang yang baru itu. Apalagi kami juga sudah menyelesaikan MUSRENBANG kami. Sudah kami susun sesuai dengan yang dibutuhkan desa ini. ” (wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding) Hal yang senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa, Ibu Juniarli Sinaga saat diwawancara bersamaan dengan Bapak Kepala Desa di Kantor Kepala Desa Sibaganding :

“Ya betul. Sebenarnya sudah tepat sekali Undang – Undang itu keluar. Kenapa tidak di tahun – tahun sebelumnya saja begini ? Kan bisa lebih maju desa ini “ (wawancara 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa Sibaganding)

Demikian juga salah satu penduduk Desa Sibaganding, Vera Situmorang (30 tahun, ibu rumah tangga) menyatakan :


(39)

“ Kami penduduk berharap permasalahan di Desa sibaganding ini segera dapat teratasi dengan adanya bantuan dana sebesar 1 Milyar lebih itu untuk kemajuan desa ini. Apalagi yang listriknya belum ada. Bagus sekali lah program ini. “ (wawancara 18 September 2014 di warung kopi Desa Sibaganding)

Wawancara dengan salah satu penduduk Desa Sibaganding ini, memperlihatkan bahwa penduduk juga merasa terbantu dengan adanya kesiapan dan strategi desa ini untuk menghadapi Undang – Undnag Desa yang baru mengenai anggaran desa.

Berdasarkan fokus penelitian, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan informan yang telah dipilih. Adapun hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

3.2.1. Implementasi Pelaksanaan Alokasi Anggaran Desa (ADD) Desa Sibaganding

Secara umum pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) telah berjalan dengan baik. Namun demikian pelaksanaan kebijakan ADD di Desa Sibaganding masih terdapat kendala. Hal tersebut dapat diketahui melalui berbagai fenomena yang penulis temukan selama melaksanakan penelitian.

a. Proses Implementasi Kebijakan 1). Penyusunan Rencana Kegiatan.


(40)

Hasil wawancara dengan Camat Girsang Sipangan Bolon, Jhonri Wilson Purba, SH, M.Si terhadap penyusunan rencana kegiatan ADD sebagai berikut :

” Bagi desa – desa di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, penyusunan rencana kegiatan ADD telah berjalan dengan baik terbukti dari tersusunnya MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan),halini dikarenakan MUSRENBANG menjadi syarat pencairan ADD, khususnya anggaran baru dalam Undang – Undang yang baru yang kabarnya akan diberikan langsung kepada desa sebesar 1 Milyar untuk pembangunan desa, dimana desa bekerjasama dengan PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga)...” (wawancara tanggal 15 September 2014 )

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Sibaganding yang menyatakan :

” Di desa kami MUSRENBANG untuk persiapan UU No. 6 Tahun 2014 khususnya untuk menghadapi kebijakan anggaran sudah tersusun dengan melibatkan masyarakat Kami sudah tau akan kebijakan anggaran yang baru yang akan turun sekitar 1 Milyar dan juga akan langsung dikelola oleh desa Jadi kan desa bisa langsung mengolah 1 Milyar itu untuk keperluan desa...”(wawancara tanggal 18 September 2014).


(41)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan Desa Sibaganding sudah mengetahui tentang Undang – Undang Desa No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai kebijakan anggaran dan telah menyusun rencana kegiatan ADD melalui MUSRENBANG juga sebagai kesiapan Desa Sibaganding dalam menghadapi Undang – Undang tersebut yang khususnya membahas kebijakan anggaran. 2). Penyelesaian Kegiatan ADD

Berkaitan dengan penyelesaian kegiatan ADD sebelumnya, para informan memberikan pernyataan yang senada yaitu bahwa semua kegiatan ADD telah diselesaikan semuanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Camat Girsang Sipangan Bolon sebagai berikut :

” Menurut pengamatan kami semua kegiatan ADD di wilayah

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon telah berjalan dan diselesaikan dengan baik, meskipun seringkali terlambat...”(wawancara tanggal 15 September 2014).

Demikian juga Kepala Desa Sibaganding memberikan pernyataan yang senada sebagai berikut :

”Sudah semua dek, dan bisa dicek ke lapangan untuk membuktikan bahwa semua kegiatan ADD yang sudah tertera dalam MUSRENBANG itu sudah kami laksanakan semuanya dimana kami yang bekerjasama


(42)

dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karna pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan...”(wawancara tanggal 18 September 2014). Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat penyelesaian kegiatan ADD yang sudah direncanakan dalam MUSRENBANG juga strategi kesiapan Desa Sibaganding untuk menghadapi UU No. 6 Tahun 2014 khususnya mengenai kebijakan anggaran nanti. Dimana, rencana pembangunannya adalah melanjutkan pembangunan yang tertunda dan membuat rencana pembangunan yang baru yang diperlukan oleh desa.

3). Pertanggungjawaban Kegiatan ADD

Hasil penelitian terhadap pertanggungjawaban kegiatan ADD terdapat kesamaan dari para informan, antara lain disampaikan oleh Camat Girsang Sipangan Bolon, sebagaimana pernyataan berikut :

”Pertanggungjawaban kegiatan ADD yaitu dalam bentuk SPJ (Surat Pertanggungjawaban) akan dibuat oleh tiap-tiap desa, baik untuk pencairan termin pertama maupun yang kedua, demikian pula nanti setelah 1 Milyar itu turun dan dipakai sesuai MUSRENBANG mereka, desa harus membuat SPJ...” ( wawancara tanggal 15 September 2014).


(43)

Kepala Desa Sibaganding saat ditemui oleh peneliti juga memberikan pernyataan yang senada dengan Camat Girsang Sipangan Bolon :

” Pasti dek, kami buat SPJ ADD karena dipakai sebagai persyaratan untuk pencairan yang berikutnya ...” ( wawancara tanggal 18 September 2014).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akan terdapat pertanggungjawaban kegiatan ADD. Memperhatikan kesimpulan pada proses implementasi kebijakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses implementasi kebijakan ADD di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dan khususnya di Desa Sibaganding telah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari pengetahuan mereka tentang adanya Undang – Undang tentang desa yang baru dan mereka bahkan sudah menyusun serangkaian rencana strategi dan kesiapan dan juga akan memberikan pertanggungjawaban mengenai hal tersebut.

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian lapangan dan dari hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding yang berupa perencanaan pembangunan desa beserta analisis lapangan yang ditemukan, yaitu sebagai berikut :


(44)

Tabel 3.2

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Fisik Prasarana Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jlh. Dana (Rp) Keterangan

1. Pengaspalan jalan

Sibaganding dari simpang Patra Jasa – Huta

Sibaganding dengan hotmix

II 2700 M x 3 M

27.000.000 Rusak parah

2. Pembangunan tembok penahan jalan di jalan Huta Sibaganding (3 titik)

II 3(30 M x 60 M x 0,6 M)

50.000.000 Akan longsor

3. Pengaspalan jalan dengan hotmix jalan

I 800 M x 3 M

80.000.000 Rusak Sedang

4. Peningkatan Jalan dengan lapen jalan Sileutu – Parhutingan

III 1000 M x 3 M

30.000.000 Perkerasan

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa daftar prioritas pembangunan di Desa Sibaganding di bidang fisik prasarana pada tahun 2015 nantinya memiliki


(45)

prioritas pembangunan yang cukup banyak. Pengaspalan jalan Sibaganding, dari simpang Patra Jasa ke Huta Sibaganding yang terletak di Huta II ini dengan volume 2700 M x 3 M ini membutuhkan pengaspalan hotmix (pengaspalan dengan aspal beton). Pengaspalan dengan hotmix ini karena jalan tersebut telah mengalami rusak sedang. Jalan ini termasuk jalan lintas maka harus menggunkan pengaspalan hotmix karena dengan pengaspalan hotmix lebih kuat daripada aspal biasa agar tidak gampang rusak atau hancur dengan mudah.

Pengaspalan ini diprioritaskan karena jalan ini termasuk jalan utama atau jalan pintas ke ibukota kabupaten dan akses lintas antar provinsi. Selain itu, pembangunan tembok penahan jalan di jalan Huta Sibaganding juga menjadi prioritas pembangunan, dikarenakan kondisi penahan jalan yang akan longsor. Tembok penahan jalan ini jika longsor, akan riskan akan kecelakaan lalu lintas dikarenakan tembok penahan jalan ini berada pada jalan lintas dan tepat di bawah penhan jalan ini adalah jurang yang memiliki kedalaman 8 m. Kondisi tembok penahan jalan yang akan longsor ini berada di tiga titik yang berada tepat di Huta II dan harus segera diperbaiki agar tidak sampai longsor darurat. Jika longsor, maka akses menuju Desa Sibaganding akan putus dan tidak dapat diakses sama sekali. Demikian juga dengan jalan Sigualon ke Pantai Danau Toba juga membutuhkan pembangunan pengaspalan dengan hotmix, karena jalan ini juga mengalami rusak sedang. Sama halnya dengan pengaspalan jalan Sibaganding dari simpang Patra jasa ke Huta Sibaganding,


(46)

jalan Sigualon ke pantai Danau Toba ini juga menjadi prioritas pembangunan karena akan rawan kecelakaan jika tidak segera diperbaiki. Jalan yang tepatnya berada di Huta I ini memiliki perbatasan langsung pada jurang curam dan pantai Danau Toba. Pembangunan fisik prasarana lain yang menjadi prioritas pembangunan adalah peningkatan jalan dengan lapen yaitu jalan Sileutu ke Parhutingan. Jalan yang terletak di Huta III ini, pembangunannya sebenarnya telah dijalankan tahun lalu dan sudah hampir rampung. Hanya saja, jalan ini membutuhkan perkerasan jalan dengan lapen (lapis perkerasan jalan yang terdiri dari agregat atau batu pecah yang diikat oleh aspal yang disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis), agar jalan ini kuat menahan beban di atasnya dan tidak gampang hancur. Peningkatan jalan ini dilakukan agar akses tidak gampang hancur dan mengganggu aksebilitas pengguna jalan.


(47)

Tabel 3.3

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Fisik Sarana - Prasarana Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan

1. Rabat beton jalan Hubuan I 120 M x 3M

50.000.000 Rusak Sedang

2. Rabat beton jalan Said Dolok

I 120 M x 2,5 M

45.000.000 Rusak Sedang

3. Pembukaan jalan Sitoru – toru

I 450 M x 3M

50.000.000 Pembukaan Jalan

4. Pembukaan jalan menuju pekuburan umum

Sibaganding

II 150 M x 2M

50.000.000 Pembukaan Jalan

5. Perpipaan air minum di Huta Parhutingan

III 2000 M 150.000.000 Pembangunan perpipaan 6. Perkerasan (telford) Jalan

Bottean (lanjutan)

III 1000 M 100.000.000 Lanjutan Pembangunan Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014


(48)

Tabel di atas adalah tabel daftar prioritas pembangunan Desa Sibaganding dalam bidang fisik sarana – prasarana. Fisik sarana – prasarana adalah salah satu bagian yang penting dalam pembangunan, karena bidang ini adalah akses utama agar dapat masuk ke desa dan faktor penting untuk akses aktifitas yang dilakukan oleh warga desa tersebut. Pada daftar tabel diatas, pembangunan diprioritaskan pada rabat beton atau penguat jalan dengan menggunakan rangkaian besi beton di jalan Hubuan yang terletak di Huta I, rabat beton jalan Said Dolok yang berlokasi di Huta I juga. Karena akses jalan Desa Sibaganding ini rata – rata adalah jalan yang terjal, bebatuan dan langsung berbatasan dengan jurang curam, maka rabat beton ini menjadi suatu kebijakan yang menjadi prioritas.

Selanjutnya, adalah kebijakan untuk pembukaan jalan Sitoru – toru, yang berlokasi di Huta I. Jalan Sitoru – toru ini tidak memiliki akses jalan yang layak ke huta lainnya maupun jalan ke kota. Sehingga warga menjadi kesulitan untuk melakukan aktifitas mereka. Selama ini, warga tersebut menggunakan jalan setapak yang sangat sempit dan dapat membahayakan mereka,adapun jalan lain yaitu warga harus memutar jauh dan memakan waktu yang lama. Sehingga akses jalan ini harus dibuka untuk mempermudah akses warga.

Pekuburan umum sebagai prasarana sosial, haruslah diberikan perhatian. Seperti halnya Desa Sibaganding juga memiliki area pekuburan umum yang berlokasi di Huta II yang dikelola oleh warga desa itu sendiri.


(49)

Namun, jalan menuju pekuburan umum ini masih belum ada dan membutuhkan pembukaan jalan karena jalan meuju pekuburan umum tersebut adalah tanjakan dan masih berbatu, sehingga menyulitkan warga untuk mengaksesnya. Oleh karena itu, pembukaan jalan menuju pekuburan umum ini masuk ke dalam daftar prioritas pembangunan Desa Sibaganding. Demikian juga dengan pemasangan perpipaan air minum di huta parhutingan yang berada di Huta III. Pemasangan pipa air minum ini dikarenakan karena Huta Parhutingan tidak memiliki perpipaan air minum, namun huta ini mengandalkan air dari pegunungan maupun air dari Danau Toba.

Adapun pengairan yang bersumber langsung dari gunung dengan menggunakan selang seadanya, sehingga membuat warga huta ini kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang layak untuk digunakan. Daftar prioritas lain juga yaitu, perkerasan jalan pada jalan Bottean yaitu jalan menuju Desa Sibaganding dimana pembangunan jalan ini adalah pembangunan lanjutan yang sempat terhenti akibat kurangnya dana. Maka, lanjutan perkerasan jalan ini diharapkan akan menjadi akses ke desa yang nyaman aman untuk dilalui oleh penggunanya.


(50)

Tabel 3.4

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Perekonomian Tahun 2015

No. Uraian Kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan 1.

Bantuan bibit tanaman keras (gelugur)

I, II, III, IV

5000 btng 50.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

2.

Bantuan bibit kopi unggul

I, II, III, IV

150.000 btng 75.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

3.

Bantuan bibit coklat I, II, III, IV

10.000 btng 35.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

4.

Bantuan bibit ikan nila I, II, III, IV

1000.000ekor 40.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat

5.

Bantuan hewan ternak (lembu)

III, IV 30 ekor 60.000.000 Peningkatan pendapatan masyarakat


(51)

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014.

Tidak hanya dalam bidang fisik sarana dan prasarana, bidang ekonomi juga diprioritaskan dalam pembangunan tahun 2015 untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan juga menjadi kesiapan desa untuk menghadapi UU Desa No. 6 mengenai kebijakan anggaran. Bantuan bibit tanaman keras (gelugur) sebanyak 5000 (lima ribu) batang diberikan kepada Huta I, II, III dan IV sebagai bantuan dalam bidang ekonomi di Desa Sibaganding, dimana warga dari keempat desa ini memang rata – rata adalah petani tanaman gelugur. Dengan adanya bantuan bibit tanaman gelugur ini, diharapkan petani tanaman ini dapat memasok gelugur dengan jumlah yang lebih besar lagi dan lebih luas lagi, dengan demikian akan meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut. Selain tanaman gelugur, keempat huta ini direncanakan akan diberikan bantuan bibit kopi unggul sebanyak 150.000 (seratuslimapuluh ribu).

Desa Sibaganding adalah tanah yang cocok untuk tanaman keras dan kopi, maka keempat desa ini dapat meningkatkan pendapatan dari hasil kopi yang ditanam. Selain tanaman gelugur dan kopi unggul, diberikan bantuan bibit coklat sebanyak 10000 (sepuluh ribu) batang kepada empat huta tersebut. Karena hasil tanaman coklat juga berkembang di desa ini. Lebih banyaknya bibit tanaman kopi unggul daripada gelugur dan coklat, dikarenakan kopi unggul adalah tanaman komoditas utama dari Desa Sibaganding ini dibandingkan tanaman gelugur dan tanaman coklat.


(52)

Selain pertanian, masyarakat Desa Sibaganding juga memproduksi ikan nila langsung dari keramba (tambak ikan nila) langsung dari Danau Toba. Keberadaan Danau Toba yang memiliki lokasi yang sangat strategis dengan Desa Sibaganding menjadi salah satu sumber pendapatan dari masyarakat desa, yaitu produksi ikan nila. Oleh sebab itu, di bidang perekonomian bantuan bibit ikan nila masuk ke dalam daftar prioritas pembangunan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Sebanyak 100.000 (seratus ribu) ekor bibit ikan nila akan diberikan kepada empat huta di Desa Sibaganding, karena desa ini adalah salah satu produksi terbesar ikan nila yang akan didistribusikan ke kelurahan, kecamatan, kabupaten maupun ibukota kabupaten.

Maka, bantuan bibit ikan nila ini diharapkan akan membantu peningkatan perekonomian masyarakat desa. Daftar selanjutnya yang masuk ke dalam prioritas pembangunan Desa Sibaganding, adalah bantuan hewan ternak yaitu lembu. Jika bantuan – bantuan lainnya diberikan ke empat huta, maka bantuan ternak lembu ini hanya diberikan kepada Huta III dan IV karena kedua huta ini juga memproduksi daging lembu.


(53)

Tabel 3.5

Daftar Prioritas Pembangunan Desa Sibaganding di Bidang Pendidikan Tahun 2015

No. Uraian kegiatan

Lokasi (Huta) Volume Jumlah Dana (Rp) Keterangan 1.

Pengadaan mobiler SD. Neg. 091470

a. Meja belajar b. Kursi belajar

II

1 set 1 set

2.

Rehab kamar mandi SD. Neg. 091470

II 1 unit

3.

Penambahan guru di SD. Neg. 091470 a. Guru kelas

b. Guru bidang studi

II

3 orang 3 orang

4.

Pengadaan mobiler SD. Neg. 091486

a. Meja belajar b. Kursi belajar c.Lemari buku

IV 1 set

1 set 6 buah 5. Penambahan guru di IV


(54)

SD. Neg. 091486 a. Guru kelas

b. Guru bidang studi

3 orang 3 orang

Sumber : Hasil MUSRENBANG Desa Sibaganding, 2014

Bidang lain yang menjadi prioritas utama pembangunan di Desa Sibaganding ini adalah, pembangunan di bidang pendidikan. Desa Sibaganding hanya memiliki 2 (dua) unit sekolah yaitu SD Negeri 091470 dan SD. Negeri 091486 yang sarana pendidikannya masih sangat butuh perhatian dari pemerintah. Dua sekolah ini membutuhkan bantuan – bantuan untuk mendukung pendidikan bagi warga Desa Sibaganding. Setelah ditelusuri, SD Negeri 091470 yang terletak di Huta II membutuhkan bantuan mobiler pendidikan seperti meja belajar dan kursi belajar. Selain itu sekolah ini juga memiliki kamar mandi sekolah yang sangat tidak layak untuk digunakan, oleh karena itu dibutuhkan rehab untuk kamar mandi sekolah tersebut. Kurangnya guru kelas dan guru bidang studi di sekolah ini juga salah satu kekurangan yang sangat penting untuk diperhatikan untuk proses belajar mengajar yang lebih baik lagi. Kekurangan tenaga pengajar di sekolah ini dikarenakan oleh tidak tersedianya gaji yang memadai yang diberikan kepada tenaga pengajar tersebut, sehingga tidak ada guru yang betah bertahan di sekolah ini. Jadi selama ini, kekurangan tenaga pengajar tersebut ditutupi oleh guru tetap yang memang mengajar di sekolah tersebut tanpa penambahan gaji. Sementara itu,


(55)

SD. Negeri 091486 yang terletak di Huta IV juga memiliki kekurangan yang hampir sama dengan SD. Negeri 091470.

Sekolah ini juga membutuhkan bantuan pengadaan mobiler sekolah seperti, meja belajar dan kursi belajar. Bedanya, sekolah ini membutuhkan 1 (satu) buah lemari buku untuk setiap kelas karena tidak tersedianya lemari buku di sekolah ini. Sama dengan kondisi SD Negeri 091470, sekolah ini juga membutuhkan penambahan guru kelas dan guru bidang studi untuk kelangsungan proses belajar mengajar yang lebih baik lagi. Pada tabel di atas tidak dicantumkan taksasi dana untuk bantuan di bidang pendidikan, karena pada saat musyawarah perencanaan pembangunan Desa Sibaganding, belum diambil kesepakatan bantuan mobiler tersebut apakah dari pengerjaan tukang atau ahli, ataukah mobiler tersebut dibeli langsung.


(56)

3.2.2. Analisis Kritis: Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai dengan UU DESA NO 6 TAHUN 2014 DI DESA SIBAGANDING

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional karena desa meemberikan sumbangan dalam menciptakan stabilitas nasional. Pemerintah menyadari akan pentingnya pembangunan di tingkat desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan pedesaaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilakukan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa. Artinya pembangunan desa harus terencana dengan baik berdasarkan hasil analisis atau kajian yang menyeluruh terhadap segenap potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (kelemahan/hambatan) yang dihadapi desa. Hasil analisis terhadap potensi dan permasalahan yang ada dan mungkin akan muncul di masa mendatang inilah yang menjadi bahan dasar bagi perencanaan dan program pembangunan desa di masa mendatang dengan melibatkan seluas-luasnya partisipasi masyarakat.

Dalam Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014 Pasal 71 dijelaskan bahwa sumber pendapatan desa berasal dari :

a. pendapatan ali desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lain-lain pendapatan asli Desa ;


(57)

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ;

c.bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota ;

d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota ;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota ;

f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari piak ketiga ; dan g. lain-lain pendapatan belanja desa yang sah

Dengan disahkannya Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014 maka tiap desa akan mendapakan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih kurang 1,4 Milyar per tahun. Ini bisa kita baca pada pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa dalam huruf d. Selanjutnya dalam ayat (4) pasal yang sama disebutkan “Alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepulu perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Dengan melihat pendapatan desa yang sangat besar, sudah seharusnya


(58)

pembangunan di desa dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan desa dan masyarakat.

Untuk mewujudkan pembangunan desa yang terencana,maka pemerintah desa dan seluruh elemen masyarakat harus terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.Bentuk perencanaan pembangunan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa dan rencana kerja tahunan merupakan beberapa contoh perencanaan pembangunan tersebut. Namun, bila dana tersebut tidak dikelola dengan dengan baik dalam penggunaannya, maka terbuka kemungkinan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa akan gagal. Karena dalam proses implementasi selalu terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang direncanakan dengan apa yang akan dicapai. Hogwood dan Gun (dalam Abdulwahab, 2004 : 61) membagi pengertian kegagalan kebijakan ke dalam dua kategori, yaitu non implementation dan unsuccessful implementation. Tidak terimplementasikan mengandung arti bahwa satu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tidak mau bekerja sama, atau mereka telah bekerja secara tidak efisien atau mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan. Akibatnya, implementasi yang efektif sukar untuk dipenui, Sementara implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi ketika sesuatu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal ternyata tidak menguntungkan(misalnya tiba-tiba terjadi pergantian kekuasaan, bencana alam dan lain sebagainya)


(59)

kebijakan tersebut tidak berhasil mewujudkan atau hasil akhir yang dikehendaki.

Untuk mewujudkan pembangunan desa yang terencana,maka pemerintah desa dan seluruh elemen masyarakat harus terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.Bentuk perencanaan pembangunan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) desa dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang) merupakan beberapa contoh perencanaan pembangunan tersebut. Musyawarah perencanaan pembangunan desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrembang desa dilakukan untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/memperhatikan kepada rencana pembangunan desa (RPJM Desa) yang sudah disusun11

” Di desa kami MUSRENBANG untuk persiapan UU No. 6 Tahun 2014 khususnya untuk menghadapi kebijakan anggaran sudah tersusun dengan melibatkan masyarakat. Kami sudah tau akan kebijakan anggaran yang baru yang akan turun sekitar 1 Milyar dan juga akan langsung dikelola oleh desa Jadi kan desa bisa langsung mengolah 1 . Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Desa Sibaganding, yaitu sebagai berikut ;

11


(60)

Milyar itu untuk keperluan desa...”(wawancara tanggal 18 September 2014).12

Kebijakan ini berlaku secara nasional namun kita mengetahui pemerintah pusat juga harus memberikan pengawasan dan standard yang berbeda disesuaikan dengan Sumber Daya desa-desa yang terkait. Untuk itu

Pembangunan desa akan terlaksana dengan baik apabila pemerintah desa memainkan perannya secara langsung dan melibatkan diri dalam pembangunan desa. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perangkat desa terutama kepala desa, sekretaris desa dan bendahara desa serta para ketua RW dan RT membuat dibutuhkan kordinasi antara perangkat desa dan masyarakat Desa Sibaganding. Apalagi UU ini baru saja keluar dan partisipasi dari seluruh masyarakat akan menjadi kontribusi yang sangat besar dalam menunjang program pemerintah desa. Kemudian dibutuhkan pendampingan dari pihak-pihak yang terkait tentang penyusunan anggaran desa baik itu dari kalangan pemerintah, birokrat maupun akademisi dalam mendampingi desa dalam penyusunan anggaran agar benar-benar tepat sasaran dan berguna untuk kesejahteraaan masyarakat di desa Sibaganding. Proses ini dilakukan juga secara mandiri oleh desa masing-masing, untuk mengantisipasi dugaan korupsi, padahal hanya salah dalam penyusunan anggaran dan alokasi dana anggaran.

12

Hasil wawancara dengan Kepala Desa Sibaganding, pada 18 September 2014 di Kantor Kepala Desa.


(61)

penyusunan anggaran dalam musrembang di desa Sibaganding membutuhkan skala prioritas dalam pengelolaannya misalnya Prioritas Pengaspalan karena jalan ini termasuk jalan utama atau jalan pintas ke ibukota kabupaten dan akses lintas antar provinsi, pembangunan gedung sekolah dan infrasutur yang memang prioritas di desa Sibaganding. Pemerintahan desa Sibaganding telah menyusun secara detail apa-apa saja yang menjadi kebutuhan desa tersebut, walaupun anggarannya baru akan turun di tahun 2015 tetapi persiaapan desa Sibaganding untuk menyambut implementasi UU Desa tersebut sudah dimulai sejak thaun 2014 ini. Penting untuk desa membuat sendiri anggaran karena hal ini berkaitan dengan dana yang akan dikelola oleh desa lebih dari 1 mIlyar untuk itu desa melakukan serangkaian kegian perencanaan apa yang akan dibangun di desa Sibaganding.

Perencanaan ini dilakukan dengan metode Botton up dimana kepala desa Sibaganding akan menerima setiap aspirasi masyarakat desa Sibaganding tentang apa yang menjadi kebutuhan desa. Tidak hanya soal pembangunan Jalan, sekolah dan kesehatan yang menjadi prioritas desa Sibaganding akan tetapi di dalam anggaran desa yang telah disusun oleh pemerintahan desa juga akan memuat soal pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh desa misalnya pelatihan ibu PKK, Penyuluhan tentang bahaya Narkoba kepada pelajar di desa Sibaganding, pelatihan tentang kerajinan buat masyarakat yang masih menganggur dan pelatihan-pelatihan yang lalu. Aspirasi-aspirasi dari kaum muda (karang taruna) di desa Sibaganding juga akan di terima, misalnya


(62)

pentingnya sarana olah raga seperti sepak bola, sepak takraw, bulu tangkis dan Volly. Desa telah menyusun anggaran yang memfasilitasinya dengan penyediaan bola, net dan tiang yang dibutuhkan.

Pensusunan anggran desa yang diatur dalam musrembang desa Sibaganding kedepannya akan bersinergi terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat, perangkat desa, karang taruna dan masyarakat kedepannya akan terus berkordinasi mengenai hal-hal yang berkembang seputar desa. Bahkan kedepannya desa Sibaganding juga akan membuat semacam taman bacaan buat masyarakat, dimana ini dibuat untu merangsang minat baca masyarakat di desa Sibaganding. Persiapan proses implementasi anggaran desa Sibaganding dapat diwujudkan dengan tujuan yang diinginkan harus mendayagunakan sumber yang ada, melibatkan orang atau sekelompok orang dalam implementasi, menginterprestasikan dan program yang dilaksanakan harus direncanakan dengan manajemen yang baik, dan menyediakan layanan dan manfaat pada masyarakat Sibaganding

Berkaitan dengan penyelesaian kegiatan ADD sebelumnya, para informan memberikan pernyataan yang senada yaitu bahwa semua kegiatan ADD telah diselesaikan semuanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Camat Girsang Sipangan Bolon sebagai berikut :

“Menurut pengamatan kami semua kegiatan ADD di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon telah berjalan dan diselesaikan


(63)

dengan baik, meskipun seringkali terlambat...”(wawancara tanggal 15 September 2014)13

”Sudah semua dek, dan bisa dicek ke lapangan untuk membuktikan bahwa semua kegiatan ADD yang sudah tertera dalam MUSRENBANG itu sudah kami laksanakan semuanya dimana kami yang bekerjasama dengan PKK, meskipun ada yang belum selesai. Dan untuk persiapan kami untuk UU Desa yang baru ini, kami melanjutkan pembangunan yang masih belum selesai/tertunda dan memasukkan rencana pembangunan yang baru. Karena pasti anggaran baru yang akan turun itu pasti cukup kan...”(wawancara tanggal 18 September 2014). Demikian juga Kepala Desa Sibaganding memberikan pernyataan yang senada sebagai berikut :

14

Sebagai upaya untuk mewujudkan rencana pembangunan yang terencana berdasarkan situasi, kondisi, tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh Desa Sibaganding bahwa semua Alokasi Dana Desa (ADD) hasil musrembang tahun lalu sudah berjalan, namun belum selesai dalam pelaksanaan dimana hambatan yang utama masalah dana yang mana dana yang ada tidak cukup untuk alokasi pembangunan yang telah direncanakan oleh MUSRENBANG tahun lalu. Selain itu dalam MUSRENBANG yang telah

13 Hasil wawancara dengan Camat Girsang Sipangan Bolon, pada 15 September 2014 di kediaman beliau


(64)

disepakati oleh Desa Sibaganding, desa belum dapat memahami secara jelas pengalokasian dana desa yang tertera dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3, dimana dana desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pajak dan retribusi daerah. Dana desa akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Sementara, pada hasil MUSRENBANG dimana Desa Sibaganding belum sepenuhnya memenuhi pembiayaan desa sesuai dengan yang tertera pada Undang – Undang tersebut.

Desa belum dapat membedakan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan (seperti, penyelenggaraan pelatihan – pelatihan dan bimbingan teknis untuk pemerintah desa), pembangunan (seperti, perbaikan jalan, pembukaan jalan, jembatan dan sarana prasarana fisik sosial lainnya), pemberdayaan masyarakat (seperti, dalam bidang ekonomi yaitu bantuan untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat desa lebih baik lagi, penyuluhan untuk masyarakat desa dalam hal pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa lainnya yang akan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang lebih baik lagi) dan juga bagi kemasyarakatan (hal ini berupa peningkatan sarana sosial seperti pembangunan rumah ibadat, sarana kesehatan yang baik dan memadai dan sarana pendidikan yang baik dan bermutu). Desa masih memusatkan pembangunan pada permasalahan – permasalahan dominan yang terlihat di desa, padahal pengalokasian anggaran desa yang tertera pada


(65)

UU Desa No. 6 Tahun 2014 akan lebih optimal jika dialokasikan sesuai dengan Undang – Undang tersebut.

Hambatan tersebut berdampak sistemik terhadap waktu dan pelaksanaan yang dilakukan oleh desa, di sisi yang lain MUSRENBANG ini sifatnya botton up dimana semuanya aspirasi dari masyarakat diterima dulu. Namun ada bagian-bagian yang perlu didahulukan misalnya pembangunan struktur dan infrastrukur desa. Masalah utama dari terhambatnya itu semua ada di anggran yang diterima oleh desa terkait dengan rencana pembangunan desa, yang juga berpengaruh kepada lama pembangunan karena berhubungan dengan para tukang (kontraktor) yang telah ditentukan sebelumnya. Pencapaian pembangunan di desa baganding bergerak cukup dinamis. Sejumlah sektor pembangunan yang menjadi prioritas berjalan dengan baik sedangkan ada beberapa Program-program yang belum berjalan dengan baik. Pemecahan masalah yang menjadi pokok berlangsungnya suatu musyawarah, terutama dalam mengelola, mengendalikan jalannya musyawarah. Untuk itu, para peserta musyawarah harus terampil berkomunikasi, dan juga mempunyai ide-ide yang menarik serta penuh daya kreativitas. MUSRENBANG memberikan gambaran kepada seluruh jajaran pelaksana pembangunan desa tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah agar diketahui dan dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan pertanggungjawaban kepada pemerintah kecamatan serta masyarakat. Melalui penyusunan MUSRENBANG kan tampak jelas dan terarah serta hasil yang


(66)

ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi Badan Perencanaan desa dan bidang pembangunan dan bidang Kemasyarakatan melalui pelaksanaan kegiatan yang terencana, melembaga serta berkesinambungan sehingga diharapakan benar-benar mencapai hasil yang maksimal.

Disisi lain misalnya usulan-usulan yang dilakukan oleh masyarakat desa Sibaganding lebih kepada penafsiran-penafsiran semata yang mana, Pihak-pihak yang berwenang tidak melakukan observasi langsung terhadap pemasalahan-permasalahan pembangunan desa karena memang disebabkan minimnya dana yang diberikan oleh pemerintah terhadap hal ini. Akibatnya desa tidak sepenuhnya melakukan perbaikan baik. Didalam agenda yang dilaksanakan pada saat MUSRENBANG Desa Sibaganding telah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan rencana tim penyelenggara. Agenda yang direncanakan berupa pembagian kelompok pembahasan sesuai dengan masing-masing permasalahan, agenda tersebut menghasilkan rancangan akhir berupa skala prioritas desa. Hanya saja didalam pembahasan tersebut masih terlihat sebagian masyarakat yang tidak terlibat dalam menentukan skala prioritas, hal tersebut terindikasi akibat masih lemahnya pengetahuan masyarakat untuk menjunjung tinggi prinsip penyelenggaraan MUSRENBANG. Di lain sisi fasilitator belum optimal dalam menentukan tujuan serta sasaran pertemuan. Dari sisi data pendukung tim penyelenggara telah mampu menyiapkan fasilitas bantu untuk peserta baik berupa alat tulis menulis hingga kertas usulan, alat


(1)

Karya ini dipersembahkan untuk Ayahanda Trcinta dan Ibunda Tercinta


(2)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN SESUAI DENGAN UNDANG -

UNDANG DESA NO.6 TAHUN 2014 DI DESA SIBAGANDING KABUPATEN

SIMALUNGUN”

Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis terhadap kebijakan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis pengimplementasian kebijakan anggaran oleh Desa Sibaganding sesuai dengan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 dan bagaimana strategi dan kesiapan Desa Sibaganding dalam menghadapi Undang-Undang Desa yang baru tersebut.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terimakasih kepada :

1. Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan. 3. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing, yang sudah

banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai dengan baik.


(3)

4. Kepada Bapak/Ibu Dosen Departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

5. Kepada saudari Emma Sari Munthe, S.E yang telah banyak membantu penulis dalam urusan perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai.

6. Kepada Orangtua penulis yaitu, Bapak T. Situmorang, S.E dan Ibu D. Sihaloho yang telah banyak memberikan bantuan baik materil maupun moril serta doa yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada saudara penulis, Nico Mula Mario Situmorang dan Todo Marolop Situmorang yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis

8. Kepada teman-teman penulis di Departemen Ilmu Politik stambuk 2010, kepada teman-teman kontrakan Sofyan 18, kepada teman-teman TOAS dan khususnya kepada Maicky Baliandri, Karla Debora Sitorus, S.H, Barry Calvin, Albert Samrey dan Sartika Sitorus, S.E yang selama ini memberikan motivasi dan menjadi tempat bertukar pikiran dan selalu ada untuk penulis.

9. Kepada Desa Sibaganding yang telah memberikan waktunya untuk mendukung terselesainya skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun intelektualitas untuk perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014


(4)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Teori ... 10

E.1. Desa ... 10

E.2. Kebijakan Publik ... 20

E.3. Kebijakan Anggaran ... 22

F. Metodologi Penelitian ... 25


(5)

F.2. Lokasi Penelitian ... 26

F.3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F.4. Teknik Analisis Data ... 27

G. Sistematika Penulisan ... 28

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 30

2.1. Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun ... 30

2.2. Demografi Desa Sibaganding ... 33

2.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 34

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama ... 35

2.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa ... 35

2.2.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36

2.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 37

2.3. Jenis – Jenis Sarana Desa Sibaganding ... 38

2.3.1. Sarana Sosial ... 39

2.3.2. Sarana dan Prasarana Perhubungan ... 40

2.4. Kelembagaan Desa ... 41

2.4.1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sibaganding... 41

2.4.2. Badan Permusyaratan Desa Sibaganding (BPD) ... 43


(6)

x

3.1. Permasalahan – Permasalahan Desa Sibaganding ... 48

3.1.1. Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM)... 49

3.1.2. Permasalahan Fasilitas, Sarana dan Prasarana Desa ... 53

3.1.3. Permasalahan Perekonomian Penduduk Desa ... 58

3.1.4. Permasalahan Kemiskinan ... 60

3.2. Strategi dan Kesiapan Pemerintahan Desa yang Ditempuh Untuk Mengatasi Permasalahan di Desa Sibaganding ... 65

3.2.1. Implementasi Pelaksanaan Alokasi Anggaran Desa (ADD) Desa Sibaganding ... 75

3.2.2. Analisis Kritis : Implementasi Kebijakan Anggaran Sesuai Dengan UU Desa No. 6 Tahun 2014 di Desa Sibaganding ... 92

BAB IV PENUTUP ... 105

4.1. Kesimpulan ... 105

4.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110