10 3. Bagi peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan politik yaitu strategi dan
kesiapan desa Sibaganding Kabupaten Simalungun dalam
mengimplementasikan kebijakan anggaran sesuai Undang – Undang No. 6 Tahun 2014.
E. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan teori berfikir untuk
menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih
2
Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan rural. Di Indonesia, istilah desa adalah
pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa
Hal ini tentu bersinergi terhadap fokus masalah yang akan diteliti oleh
peneliti. Menurut F. N. Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain, suatu set dari proporsi yang
mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena. Jadi dapat dikatakan kerangka teori merupakan bagian penting dalam penelitian karena
merupakan kostruksi ataupun dasar dari sebuah penelitian. Adapun beberapa teori yang digunakan oleh peneliti, adalah :
E.1. Desa
2
H. Nawawi, 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.
Universitas Sumatera Utara
11 unit pemukiman kecil yang disebut kampung Banten, Jawa Barat atau dusun
Yogyakarta atau banjar Bali atau jorong Sumatera Barat. Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di
Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, di
Aceh dengan istilah gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa
dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan
Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat. Dalam UU Desa No.62014 yang dimaksud dengan desa adalah, desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak assal usul dan atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih lanjut, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
Universitas Sumatera Utara
12 kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupatenkota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat
ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. Kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selain itu, menurut Undang – Undang No. 22 Tahun 1999, desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten.
Kewenangan desa, merupakan hak yang dimiliki desa untuk mengatur secara penuh untuk mengatur rumah tangga sendiri. Berdasarkan sejarahnya,
Undang – Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa memposisikan desa berada di bawah kecamatan dan kedudukan desa
Universitas Sumatera Utara
13 diseragamkan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
tentunya menghambat tumbuhnya kreatifitas dan partisipasi masyarakat desa setempat karena mereka tidak dapat mengelola desa sesuai dengan kondisi
budaya dan adat istiadat dari desa itu sendiri. Pada era reformasi, diterbitkan Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi
Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan keleluasaan kepada desa untuk dapat mengatur rumah tangganya
sendiri sesuai adat istiadat dan kondisi budaya setempat. Dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa mencakup: 1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul
desa. 2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa. 3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah kabupaten kota. 4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, danatau pemerintah
Kabupatenkota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
Universitas Sumatera Utara
14 Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa BPD. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi
untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD
3
3
Hanif Nurcholis, 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga
.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 6 mengenai definisi pemerintahan desa, yaitu : Pemerintah desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintah oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal – usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Peraturan
Pemerintah tersebut, menyebutkan mengenai perangkat desa, yaitu : a. Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 terdiri dari
Kepala Desa dan perangkat Desa. b. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. c. Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri
dari :
Universitas Sumatera Utara
15 1 Sekretaris Desa
2 Pelaksanaan Teknis Lapangan 3 Unsur Kewilayahan
4Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. 5 Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa
ditetapkan dengan Peraturan Desa Selanjutnya, pada Pasal 30 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 memberikan penjelasan mengenai keanggotaan BPD, yaitu : Anggota BPD adalah wakil dari desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat. Adapun kewenangan-kewenangan dari BPD, adalah :
1. Mengayomi adat istiadat, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang
kelangsungan pembangunan desa. 2. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan desa bersama-
sama dengan Pemerintah Desa.
Universitas Sumatera Utara
16 3. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta Keputusan Desa 4. Menampung aspirasi masyarakat, yaitu menumbuhkan demokrasi dan
menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau institusi yang berwenang.
Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa,
desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di
muka pengadilan
4
Dengan dimulai dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan landasan kuat bagi desa dalam mewujudkan “Development Community” dimana desa
tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak
berbicara atas kepentingan masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi.
4
Widjaja, HAW, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Universitas Sumatera Utara
17 Dengan adanya kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik. Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang
dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat
istiadatnya,bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat. Widjaja menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi
asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki
oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan
hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan. Dengan dimulai
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan landasan kuat bagi desa dalam
Universitas Sumatera Utara
18 mewujudkan “Development Community” dimana desa tidak lagi sebagai level
administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan
masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya
kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik.
Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota.
Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya,bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa
atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan pemberdayaan
masyarakat. Pengakuan otonomi di desa, dijelaskan sebagai berikut :
a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga ketergantungan
Universitas Sumatera Utara
19 masyarakat desa kepada “kemurahan hati” pemerintah dapat
semakin berkurang. b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan
seperti sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan
5
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai
tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan
negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan
bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada
pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang
menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak
tanpa kewajiban.
5
Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid, 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Universitas Sumatera Utara
20 untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku
6
Kebijakan Publik adalah, keputusan atau peraturan yang dibuat oleh yang berwenang untuk mengatasi masalah publik, sehingga diharapkan tujuan
organisasi dapat dicapai denga baik. Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut
sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran
akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas
menjatuhkan sanksi. Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan
suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut
kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati
oleh para pejabat yang berwenang. Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah
menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus
E.2 Kebijakan Publik
6
opcit
Universitas Sumatera Utara
21 ditaati. Ciri –ciri utama kebijakan publik adalah, suatu peraturan atau
ketentuan yang diharapkan dapat mengatasi masalah publik. Cochran dan Malone mengemukakan : “Public Policy is a study of goverments decisions
and actions designed to deal with matter of Public Concern” Dari pengertian di atas, maka Keputusan Menteri, Keputusan Direktoral
Jendral, Keputusan Direktur Departemen terkait pada dasarnya merupakan Public Policy. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai apa yang
dilakukan oleh pemerintah, bagaimana mengerjakannya, mengapa perlu dikerjakan dan perbedaan apa yang dibuat. Dye seperti yang dikutip Winarno
berpandangan lebih luas dalam merumuskan pengertian kebijakan, yaitu sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
whatever goverments choose to do or not to do,
7
7
Winarno, Budi, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Presindo, 2002.
atau dengan kata lain bahwa kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan atau tidak dikerjakan
oleh pemerintah, mengapa suatu kebijakan harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik
agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak menimbulkan persoalan yang merugikan,
walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu
kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
22 Dengan mengacu pada pandangan Dye tersebut, maka keputusan –
keputusan pemerintah adalah merupakan suatu kebijakan, namun membiarkan sesuatu tanpa adanya keputusan juga merupakan kebijakan. Kebijakan publik,
pada dasarnya tidak permanen tetapi harus selalu disesuaikan, karena adanya perubahan keadaan, baik masalah politik, sosial, ekonomi maupun adanya
informasi yang berubah. Perubahan kebijakan publik, dilakukan setelah adanya evaluasi.
Suatu kebijakan adalah “arah tindakan yang mempunyai tujuan yang diambil oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah
atau persoalan”. Pembuatan kebijakan secara khusus mencakup suatu pola tindakan yang membutuhkan cukup banyak waktu dan meliputi banyak
keputusan, baik yang rutin maupun tidak.
E.3. Kebijakan Anggaran
Kebijakan anggaran adalah suatu teknik untuk mengubah pengeluaran atau penerimaan Negara yang bertujuan untuk menentukan arah dan tujuan
pembangunan serta pertumbuhan ekonomi. Yang diharapkan dari rencana kerja tahunan pemerintah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Kebijakan anggaran tersebut, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Universitas Sumatera Utara
23 Dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus
dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran 1 Januari - 31 Desember. APBN,
perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang
8
1. Anggaran seimbang. Semua pengeluaran didasarkan pada penerimaan. Pada akhirnya, jumlah pengeluaran sama dengan jumlah
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, yakni : Belanja Pemerintah Pusat
adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat
dan Belanja Daerah belanja yang dibagikan ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan
APBD ke daerah yang bersangkutan. Macam-macam kebijakan anggaran
8
Bungaran Antonius Simanjuntak, 2013. Dampak Otonomi Daerah di Indonesia, Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia, Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia
Universitas Sumatera Utara
24 penerimaan. Tujuan penyusunan anggaran seimbang adalah untuk memelihara
stabilitas ekonomi dan mencegah terjadinya anggaran defisit. 2. Anggaran dinamis. Dalam anggaran dinamis berarti bahwa jumlah
mutlak dari anggaran dari tahun ke tahun semakin besar. 3. Anggaran defisit. Penerimaan negara lebih kecil daripada
pengeluaran negara. Kebijakan ini dijalankan karena pemerintah akan memperbaiki keadaan perekonomian negara yang sedang menurun atau dilanda
deflasi. Dalam hal ini pemerintah menutup kekurangan anggaran dengan pinjaman dalam dan luar negeri.
4. Anggaran surplus. Penerimaan negara lebih besar daripada pengeluaran negara. Kebijakan ini dijalankan bila keadaan ekonomi sedang
dilanda inflasi untuk menyesuaikan anggaran dengan kenaikan harga barang atau jasa. Dalam hal ini pemerintah meningkatkan penerimaan negara dari
pajak dan non pajak dan melakukan penghematan Dengan disahkannya Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 mengenai
kebijakan anggaran pada desa, peluang untuk mewujudkan desa yang lebih baik dan solusi yang tepat untuk memberdayakan masyarakat desa. Dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan, bahwa salah satu sumber pendapatan Desa berasal dari alokasi APBN. Aturan ini mengatur
seluruh aspek dari penyelenggaraan pemerintah desa, termasuk pengaturan pengelolaan dan sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa.
Universitas Sumatera Utara
25 Pemerintah pusat harus menyalurkan dana khusus bagi penyelenggaraan
pemerintah desa yang disebut sebagai Alokasi Dana Desa ADD. ADD bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD kabupatenkota .
Dalam UU Desa No. 6 Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 3, alokasi dana desa paling sedikit 10 sepuluh persen dari pajak dan retribusi daerah. Dana desa
akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Penggunaan
dana ini diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, jelaslah diketahui bahwa kebijakan anggaran adalah salah satu kebijakan publik yang diharapkan
pencapaiannya adalah untuk kemakmuran seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat desa.
F. Metodologi Peneltitian F.1. Jenis Penelitian