37
II. SP1 :
S : Klien mengatakan bisa menyapu dan mengepel. O : Klien terlihat mampu melakukan kegiatan yang sesuai kemampuan
nya. A : Masalah sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
III. SP1 :
S : Klien mengatakan malas bergabung dengan temannya, takut kalau nanti ada yang memancing emosinya.
O : Klien tampak selalu menyendiri. A : Masalah sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
IV. S : Klien mengatakan sulit menghilangkan kebiasaannya dengan mabuk-
mabukkan. O : Klien terlihat mengerti dan mau mengubah kebiasaan buruknya.
A : Masalah sebagian teratasi P : Intervensi dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
33
DAFTAR PUSAKA
Purba, dkk, 2008 . Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
. Medan : USU Press. Fitria, Nita, 2009 . Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan LP dan SP . Jakarta :
Salemba Medika. Fitria, Nita, 2010 . Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan LP dan SP . Jakarta :
Salemba Medika. Dalani, Ernawati Suliswati, 2009 . Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Jiwa . Jakarta : Trans Info Media.
Riyadi, Suyono Purwanto, Teguh, 2009 . Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami klien tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu
klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan
akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya
dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.2 Saran
Untuk pasien : Saran penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah
yang dihadapi. 1. Agar dapat menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu
mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Agar dapat mengekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang
dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain. 3. Agar mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan. 4.
Agar klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter. 5.
Agar klien tetap kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit. Untuk di Rumah Sakit :
1. Dapat mempertahankan keperawatan yang komprehensif yang telah
dilakukan selama ini.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Dapat mempertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien,
dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa : 1.
Untuk meningkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, dalam mengelola kasus agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. 2.
Untuk mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Perilaku Kekerasan
Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan Stuart Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009 . Perilaku kekerasan sangat berhubungan dengan kemarahan. Kemarahan adalah suatu
perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis Berkowitz, dikutip dari Harnawati, 1993 dalam Fitria,
2010 . Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian Stuart
Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2010 . Suatu keadaan di mana individu mengalami yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain
Towsend, 1998 dalam Fitria, 2010 . Dan suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang
lain, dan barang – barang Maramis, 1998 dalam Fitria, 2009 . Perilaku
kekerasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik Ketner et al, 1995 dalam Fitria, 2009 .
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat kita lihat dari beberapa sudut pandang diantaranya yaitu ; Fisik : mata melotot pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata
– kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri orang
lain, merusak lingkungan, amuk agresif. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Intelektual :
Universitas Sumatera Utara
5
mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata
– kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu
– raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Serta pada Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Asertif Frustasi
Pasif Agrersif kekerasan
Gambar Rentang Respons Perilaku Kekerasan Sumber : Purba, dkk 2008
a. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah. b.
Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya
hambatan dalam proses pencapaian. c.
Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan.
d. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai
kekerasan. e.
Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif kekerasan maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu
merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat menyelesaikan. Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik
mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh , psikologis emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang , spritual merasa dirinya sangat
berkuasa, tidak bermoral Stuart Laraia, 1998 dalam Purba, 2008 .
Universitas Sumatera Utara
6
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Ada 4 faktor yang mencakup perilaku tersebut, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi
korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku individu. Morrison 1993 dalam Purba, dkk, 2008 menambahkan bahwa perilaku kekerasan seperti
perilaku mencederai orang lain dapat berupa ancaman melukai diri sendiri ; perilaku merusak lingkungan berupa seperti perabot rumah tangga, membanting
pintu ; ancaman verbal berupa kata – kata kasar, nada suara yang tinggi dan
bermusuhan.
2.1.1 PENGKAJIAN Faktor Predisposisi
Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural Dalami Suliswati, 2009 . 1. Faktor biologis
a. Instinctual drive theory teori dorongan naluri Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat. b. Psycomatic theory teori psikomatik
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem
limbvik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2. Faktor psikologis
a. Frustasion aggresion theory teori agresif frustasi
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
7
b. Behaviororal theory teori perilaku
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada
saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan. c.
Existensial theory teori eksistensi Bertindak sebagai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3. Faktor sosial kultural
a. Sosial environment theory teori lingkungan
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam
pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah
– olah perilaku kekerasan diterima. b.
Social learning theory teori belajar sosial Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
Faktor Presipitasi
Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stresor
yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain –
lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan
lain – lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
Universitas Sumatera Utara
8
adalah mekanisme pertahanan ego seperti diplacement, sublimasi, proyeksi, depresi, denial dan reaksi formasi.
Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1.
Menyerang atau menghindar Pada keadaan ini respons fisiologi timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom reaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, disertai ketegangan
otot seperti ; rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan
dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri. 3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukkan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
2.1.2 ANALISA DATA Masalah Keperawatan
Data yang Perlu Dikaji Perilaku Kekerasan
Subjektif : Klien mengancam.
Klien mengumpat dengan kata – kata kotor. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
Klien mengatakan ingin berkelahi.
Universitas Sumatera Utara
9
Klien menyalahkan dan menuntut. Klien meremehkan.
Objektif : Mata melotot pandangan tajam.
Tangan mengepal. Rahang mengatup.
Wajah memerah dan tegang. Postur tubuh kaku.
Suara keras.
2.1.3 RUMUSAN MASALAH
Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang lain, dan Lingkungan
Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi
Regimen Terapeutik Inefektif
Harga Diri Rendah Isolasi Sosial Kronis
Koping Individu Inefektif
Berduka Disfungsional
Gambar Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Fitria, 2009 .
Universitas Sumatera Utara
10
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Perilaku kekerasan.
2.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
4.
Harga diri rendah kronis.
5.
Berduka disfungsional.
6.
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
7.
Koping individu inefektif.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan,
antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
2. Stimulus lingkungan.
3. Konflik interpersonal.
4. Status mental.
5. Putus obat.
6. Penyalahgunaan narkoba alkohol.
2.1.4 PERENCANAAN Tindakan keperawatan untuk klien
Tujuan :
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan.
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya. d.
Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
Universitas Sumatera Utara
11
Tindakan :
No. Kemampuan Kompetensi
A Kemampuan Merawat Pasien
1. SP1
1. Mengidentifikasi penyebab PK. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK.
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan. 4. Mengidentifikasi akibat PK.
5. Menyebutkan cara mengontrol PK. 6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I.
2. SP2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. 3.
SP3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih paien mengontrol PK dengan cara verbal. 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. SP4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih mengontrol PK dengan cara spritual.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 5.
SP5 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat. 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B Kemampuan Merawat Keluarga
1. SP1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK.
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK. 2.
SP2 1.
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK. 2.
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK.
3. 1.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
Universitas Sumatera Utara
12
SP3 minum obat discharge planning .
2. Menjelaskan follow up pasien dan melakukan rujukan.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
2.2.1 PENGKAJIAN BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 34 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Security
Alamat : Desa Pertempuran Dsn. III P. Batu
Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013
No. Register : 02.58.37
Ruangan Kamar : Sibual - buali
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Tanggal Operasi
: - Diagnosa Medis
: Skizofrenia
I. KELUHAN UTAMA
Klien masuk ke Rumah Sakit Jiwa karena sering memukul, marah, mengamuk dan bahkan melempar adik dan pamannya di rumah, akibat
permintaan klien tidak disetujui oleh keluarga yaitu klien ingin bertani dan berhenti dari kerjanya sebagai security di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
14
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative Palliative
1. Apa penyebabnya
Klien stres karena apa yang diinginkannya tidak dibolehkan oleh keluarganya.
2. Hal – hal yang memperbaiki keadaan
Jika keluarga mengizinkan memberi lahan orang tua mereka untuk ditanam cabai atau bertani oleh klien.
B. Quantity Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan stres berada di rumah sakit jiwa. 2.
Bagaimana dilihat Jika dilihat, klien tampak mondar
– mandir seperti orang bingung atau gelisah.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dulu pernah mengalami halusinasi pendengaran, namun tidak lama dan tidak terlalu mengganggu.
B. Pengobatan tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan bahwa keluarganya menyerahkan ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan melalui IGD kemudian dirawat.
C. Pernah dirawat dioperasi
Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan di ruang Sorik Merapi pada tahun 2011.
D. Lama dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat selama ± 1 bulan.
E. Alergi
Klien mengatakan tidak menderita alergi apapun.
F. Imunisasi
Klien mengatakan tidak ingat.
Universitas Sumatera Utara
15
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua