Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Prioritas Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Prioritas Masalah Defisit

Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

RIRIS NOVIANA

102500038

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri Di RS. Jiwa PROV.SU”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S. Kep, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kep, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

7. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns, M.Nurs (MntlHlth), selaku penguji yang dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Yang terhormat kepada kedua orang tua saya yaitu Ayahanda Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D dan Ibunda Delfi Masliana Br. Simangunsong, kakak Windy Eva Miranda dan Wita Ria Oktaviani, adik Elisa Putri yang tidak pernah lelah


(4)

memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2010, khususnya kepada Angga Fajar Anshari, Marisa N.A, Nur Aini, Utami Ayuningtyas, Youlanda Sari, dan Ramadhany Purba yang telah berpartisipasi dan mendukung penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, 5 Juli 2013 Penulis

Riris Noviana NIM. 102500038


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 5

A. Konsep Dasar ... 5

B. Proses Asuhan Keperawatan ... 10

1. Pengkajian ... 10

2. Analisa Data ... 11

3. Rumusan Masalah ... 11

4. Perencanaan ... 11

C. Asuhan Keperawatan Kasus ... 13

1. Pengkajian ... 13

2. Analisa Data ... 24

3. Rumusan Masalah ... 25

4. Perencanaan ... 26

5. Implementasi ... 30

6. Evaluasi ... 36

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

3.1 Kesimpulan ... 38

3.2 Saran ... 39

Daftar Pustaka ... 40 Lampiran


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan (Wartonah, 2009).

Merawat diri atau defisit perawatan diri menurut Wartonah (2006), personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.

Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO (World Health Organization) diberbagai negara menunjukkan sebesar 20-30%, pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut, 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja.

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan dirinya (defisit perawatan


(7)

diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Orang penderita Skizofrenia di Indonesia saat ini disebut dengan ODS (Orang Dengan Skizofrenia) oleh Asosiasi orang peduli Skizofren. Untuk seterusnya, penulis akan menyebut dengan ODS dalam topik bahasan Skizofrenia Paranoid ini. Tipe ini ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran tentang adanya persekongkolan atau sentimen negatif orang lain yang merupakan ancaman bagi dirinya, terlihat begitu nyata dan mencolok meski sebenarnya itu hanya skenario yang berlangsung di dalam pikirannya sendiri. Ditambah pula halusinasi pendengaran, dimana ODS mendengar suara-suara yang tidak di dengar oleh orang lain (Widyowati, 2013) (Intani dan Pratiwi, 2013).

Secara umum tipe ini terlihat paling “normal” dibanding tipe-tipe lainnya, terutama kalau yang bersangkutan mampu mengendalikan diri. ODS paranoid mampu bekerja dan bersosialisasi secara wajar. Perilaku yang muncul ke permukaan sangat tergantung pada muatan delusi/halusinasi dalam pikirannya, ODS yang meyakini adanya persekongkolan jahat akan cenderung gampang tersinggung atau marah. Kondisi yang tidak nyaman sering sekali menjadi pemicu rangkaian gejala lainnya (Widyowati, 2013) (Intani dan Pratiwi, 2013).

Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan kebutuhan maslow kebutuhan merawat diri termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar diantara kebutuhan dasar yang lainnya seperti kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Asmadi, 2008).

Berdasarkan hasil pengamatan selama menjalani praktek di RS. Jiwa PROV.SU khususnya di ruangan Sibual-buali, dari 64 orang yang dirawat inap di ruangan tersebut, 54 (84,4%) orang diantaranya mengalami Defisit Perawatan Diri. Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien, sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK.


(8)

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene sering sekali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan keterampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.

b. Mahasiswa mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.

c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien Defisit Perawatan Diri.

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.

e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri.


(9)

C. Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien defisit perawatan diri.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Jiwa

Masukan bagi perawat khususnya di rumah sakit jiwa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama Defisit Perawatan Diri. 3. Bagi Praktek Keperawatan

Menjadi bahan bagi perawat untuk pemenuhan kebutuhan terhadap klien tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama Defisit Perawatan Diri. 4. Bagi pendidikan keperawatan

Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah utama Defisit Perawatan Diri.


(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, BAB atau BAK (toileting) (Nita Fitria,2009).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2003).

Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).

Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau hygiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Lynda Juall, 2007).

2. Etiologi

Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, dan toileting (Buang air besar atau buang air kecil) secara mandiri (Purba dkk, 2011).


(11)

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2009), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Ada beberapa dampak yang sering timbul pada masalah defisit perawatan diri, antara lain:

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

3. Jenis-jenis Perawatan Diri

Menurut NANDA (2012), jenis-jenis perawatan diri dapat terbagi menjadi empat bagian, antara lain:

a. Kurang perawatan diri: Mandi atau kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian atau berhias

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri: Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri: Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.


(12)

4. Tanda dan Gejala

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri, maka tanda dan gejala yang dapat diperoleh melalui observer pada pasien yaitu:

a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK (Purba dkk, 2011).

5. Defisit Perawatan Diri menurut NANDA, 2012-2014

Menurut NANDA (2012-2014), defisit perawatan diri dapat terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Defisit Perawatan Diri Mandi

Defisit perawatan diri mandi adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi atau aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. Batasan karakteristik defisit perawatan diri mandi antara lain:

a. Ketidakmampuan mengakses kamar mandi b. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh

c. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi d. Ketidakmampuan menjangkau sumber air

e. Ketidakmampuan mengatur air mandi f. Ketidakmampuan membasuh tubuh

b. Defisit Perawatan Diri Berpakaian

Defisit perawatan diri berpakaian adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. Batasan karakteristik defisit perawatan diri berpakaian antara lain:


(13)

1. Ketidakmampuan mengancing pakaian

2. Ketidakmampuan mendapatkan dan mengenakan atribut pakaian 3. Ketidakmampuan mengenakan sepatu dan kaus kaki

4. Ketidakmampuan melepas atribut pakaian 5. Ketidakmampuan melepas sepatu dan kaus kaki. 6. Hambatan memilih pakaian

7. Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan 8. Hambatan mengambil pakaian

9. Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah 10.Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas 11.Hambatan melepas sepatu dan kaus kaki

12.Hambatan melepas pakaian 13.Hambatan melepas sepatu

14.Hambatan menggunakan resleting

c. Defisit Perawatan Diri Makan

Defisit perawatan diri makan adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan sendiri. Batasan karakteristik defisit perawatan diri makan antara lain:

1. Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut. 2. Ketidakmampuan mengunyah makanan.

3. Ketidakmampuan menghabiskan makanan.

4. Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan. 5. Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan.

6. Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat di terima secara sosial.

7. Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman.

8. Ketidakmamouan memakan makanan dalam jumlah yang mewadai. 9. Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut.

10.Ketidakmampuan membuka wadah makanan. 11.Ketidakmampuan mengambil gelas atau cangkir.

12.Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan. 13.Ketidakmampuan menelan makanan.


(14)

14.Ketidakmampuan menggunakan alat bantu. d. Defisit Perawatan Diri Eliminasi

Defisit perawatan diri eliminasi adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri. Batasan karakteristik defisif perawatan diri eliminasi antara lain:

1. Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat.

2. Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air besar (commode). 3. Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode.

4. Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi. 5. Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode. 6. Ketidakmampuan untuk duduk di tailet atau commode.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit Perawatan Diri menurut NANDA yaitu:

a. Gangguan kognitif b. Penurunan motivasi c. Ketidaknyamanan d. Kendala lingkungan e. Keletihan

f. Gangguan muskuloskeletal g. Gangguan neuromuskular h. Nyeri

i. Gangguan persepsi j. Ansietas berat k. Kelemahan


(15)

B. Proses Asuhan Keperawatan

Proses asuhan keperawatan dengan prioritas masalah Defisit Perawatan Diri terdiri dari:

1. Pengkajian

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Setelah pengkajian dilakukan maka ditemukan beberapa tanda dan gejala adanya gangguan defisit perawatan diri yaitu:

a. Gangguan kebersihan diri (mandi/hygiene)

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, meilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,mengambil cangkir atau gelas.

d. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2010).

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB dan BAK (Fitria, 2010).


(16)

2. Analisa Data

Analisa data yang didapat pada Tn. P ialah: Data Subyektif:

1. klien mengatakan mandi bukanlah hal yang penting

2. klien mengatakan ia malas untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, memakai sabun, shampo, sikat gigi, dan menggunting kuku kaki dan tangannya. Data Obyektif:

1. Klien tampak tidak rapi

2. Klien tampak mengeluarkan air liur pada saat diam atau pun berbicara 3. Badan klien bau dan berdaki

4. Rambut acak-acakan 5. Tampak ketombe

6. Giginya terlihat kuning dan kotor 7. Mulut berbau

8. Kuku kotor dan panjang 3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2009).

4. Perencanaan

Berdasarkan diagnosa yang muncul, maka yang menjadi prioritas masalah adalah defisit perawatan diri.

1. Tujuan

Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK.

2. Rencana tindakan keperawatan

• Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik - Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.


(17)

- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. - Jelaskan tujuan pertemuan.

- Jujur dan menepati janji.

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. - Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien.

• Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan, dan BAB/BAK.

• Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya meminta klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri.

• Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan tahapan tindakan sebagai berikut;

- Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.

- Peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk membersihkan diri.

- Minta klien memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri.

• Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

STRATEGI PERTEMUAN PADA PASIEN KURANG PERAWATAN DIRI

No. Kemampuan/Kompetensi

A Kemampuan Merawat Pasien

1. (SP1)

1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri 4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 2.

(SP2)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan cara makan yang baik

3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik 4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian 3.

(SP3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik

3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadwal

4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian 4.

(SP4)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan cara berdandan

3. Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan


(18)

C. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMATPENGKAJIANPASIEN DIRUMAHSAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. P

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 25 tahun

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pekerjaan : Bertani

Alamat : Dusun Lau Kersik Ds. Kuta Gajah Kec. Kutambaru Kab. Langkat

Tanggal Masuk RS : 13 Januari 2013 No. Register : 02.91.57

Ruangan/Kamar : Sibual-buali Tanggal pengkajian : 18 juni 2013

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

II. KELUHAN UTAMA :

Klien sering mengamuk kepada ibunya karena tidak dibelikan rokok; menghancurkan barang-barang seperti kaca, lemari, dan jendela; bicara dan tertawa sendiri; dan tidak bisa tidur.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Klien mengatakan jika putus rokok ia merasa stress lalu memarahi dan memukul ibunya. Teman-teman klien juga sering mengejek dirinya karena bau badan. Klien malas mandi karena menurutnya mandi itu bukanlah hal yang penting.


(19)

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Untuk memperbaiki keadaannya, klien mengatakan harus diberikan rokok setiap hari.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan :

Klien mengatakan sudah merasa tenang selama di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, akan tetapi masih sering melihat bayangan laki-laki lewat pada malam hari dan mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa klien di suruh untuk merokok dan memukul temannya pada malam hari saja.

2. Bagaimana di lihat :

Klien tampak binggung dan gelisah. C. Severity

Klien merasa tidak terganggu dengan kondisinya saat ini yaitu sering mendengar suara-suara palsu pada malam hari yang menyuruhnya untuk merokok dan memukuli temannya, melihat bayangan laki-laki yang lewat pada malam hari, dan badannya yang berbau dan kotor karena malas mandi.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Lebih kurang 1 tahun yang lalu, klien mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RS. Jiwa PROV.SU. Akan tetapi, setelah 6 bulan tinggal di rumah, klien kembali di rawat di RS. Jiwa PROV.SU karena tidak mengkonsumsi obat selama tinggal di rumah.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Usaha pengobatan yang pernah dilakukan pada klien yaitu dengan di rawat RS. Jiwa PROV.SU dan dengan meminum obat.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Lebih kurang 1 tahun yang lalu, klien pernah di rawat di RS. Jiwa PROV.SU.


(20)

D. Lama dirawat

Klien pernah dirawat di RS. Jiwa PROV.SU selama 380 hari. E. Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Saat ini kedua orang tua klien masih hidup dan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengannya. Orang tua klien hanya pernah menderita penyakit demam biasa.

B. Saudara Kandung

Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang di deritanya yaitu gangguan jiwa.

C. Penyakit keturunan yang ada

Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan gangguan jiwa seperti yang dialaminya.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami penyakit gangguan jiwa sepertinya.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal. F. Penyebab meninggal


(21)

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mempunyai persepsi bahwa dirinya mengalami Gangguan Jiwa dan sedang di rawat di RS. Jiwa PROV.SU. Klien berharap cepat sembuh agar klien dapat pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya.

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa ia menyukai matanya, karena mempunyai bulu mata yang lentik.

2. Ideal diri : Klien mengatakan bahwa ia ingin cepat sembuh dan pulang ke rumahnya.

3. Harga diri : Klien merasa bahwa ia tidak mampu melakukan apa-apa.

4. Peran diri : Klien berperan sebagai anak ke 3 dari 4 s audara dan bekerja membantu orang tuanya sebagai petani di sawah milik orang tuanya.

5. Identitas : Klien seorang laki-laki yang pendidikan terakhirnya SMP dan bekerja sebagai seorang petani di sawah milik orang tuanya.

C. Keadaan Emosi

Klien tidak bisa mengontrol emosinya jika tidak diberikan rokok, jika di paksa mandi oleh orang tua nya, dan jika mendengar suara-suara pada malam hari yang menyuruh memukul temannya.

D. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang yang berarti dihidupnya ialah kedua orang tua nya.

2. Hubungan dengan keluarga :

Menurut klien hubungannya dengan keluarga saat ini kurang baik karena orang tuanya sering melarangnya untuk tidak merokok dan membuang kebiasaan buruknya yaitu malas untuk mandi.


(22)

3. Hubungan dengan orang lain :

Hubungan klien dengan orang lain kurang baik karena orang-orang terutama temannya sering mengejeknya kotor dan berbau badan.

4. Hambatan dengan berhubungan dengan orang lain :

Menurut klien hambatannya berhubungan dengan orang lain karena selalu curiga dengan orang lain yang sering sekali mengatainya kotor dan berbau badan.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan :

Klien menganut agama Islam dan percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa di dunia ini.

2. Kegiatan ibadah :

Selama di rawat di RS. Jiwa PROV.SU klien jarang melakukan kegiatan ibadah dan shalat lima waktu karena malas.

VII. STATUS MENTAL 1. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien binggung karena sering melihat penampakan laki-laki pada malam hari dan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya merokok pada malam hari.

2.Penampilan

Penampilan klien terlihat tidak rapi, tampak jorok karena jarang mandi, mengeluarkan air liur saat diam maupun berbicara, kulit tampak kusam dan berdaki, kuku terlihat panjang dan kotor, mulut dan giginya tampak kotor dan berbau.

3. Pembicaraan

Klien selalu berbicara dengan nada yang keras, cepat, tampak berfikir pada waktu berbicara, dan mampu memulai pembicaraan pada saat di wawancara.


(23)

4. Alam perasaan

Klien terlihat periang, sering tertawa berlebihan pada hal tidak ada cerita yang lucu untuk ditertawakan, tidak pernah merasa ketakutan jika melihat sosok laki-laki pada malam hari, mendengar suara-suara pada malam hari yang menyuruhnya merokok dan memukul temannya.

5. Afek

Klien terlihat labil saat di wawancara, mimik wajahnya tidak sesuai dengan cerita yang sedang di ceritakannya.

6. Interaksi selama wawancara

Klien kooperatif atau nyambung saat di wawancara, terlihat curiga saat di wawancara, akan tetapi tidak mudah tersinggung, dan kontak matanya tampak melotot.

7. Persepsi

Klien sering melihat bayangan laki-laki lewat, mendengar suara-suara yang menyuruhnya merokok dan memukul temannya hanya pada malam hari saja. 8. Proses pikir

Klien tampak mengulangi perkataannya agar lawan bicaranya percaya dengan apa yang dikatakannya.

9. Isi pikir

Jika diberikan pertanyaan klien mampu menjawab pertanyaan yang sesuai dengan jawaban dari pertanyaan tersebut.

10. Waham

Klien selalu curiga jika melihat orang karena merasa orang-orang membicarakan tentang dirinya. Akan tetapi, sikap curiga klien belum bisa dikatakan waham curiga karena rasa curiganya masih batas normal.


(24)

11.Memori

Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang maupun kejadian jangka panjang, akan tetapi semua ingatannya tidak tahu kebenarannya karena belum dipastikan kebenarannya dengan pihak keluarga.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Compos Mentis (CM) B. Tanda-tanda vital

Pada saat di periksa tekanan darah klien 120/70 mmHg, dengan suhu tubuh 37°c, nadi 78x/menit, pernafasan 20x/menit, tinggi badan 160 cm, dan berat badannya 61 kg.

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut:

Bentuk kepala klien simetris, ubun-ubunnya terlihat normal, dan kulit kepalanya kotor karna tidak pernah memakai shampo.

Rambut:

Penyebaran rambut klien tampak merata di seluruh kepala, rambutnya berwarna hitam dan berbau.

Wajah:

Struktur wajah klien berbentuk oval dan berwarna kuning langsat, pucat, kusam, dan berdaki.


(25)

Mata:

Kedua mata klien masih baik dan simetris janan dan kiri, tidak ada kelainan pada palpebra, konjungtiva isokor kanan dan kiri, pupil sama besar antara kanan dan kiri, cornea dan iris matanya berwarna bening, visus jernih, tidak ada tekanan pada bola matanya, akan tetapi pada saat berbicara dengan orang lain klien tampak melotkan matanya.

Hidung:

Tidak ada kelainan pada tulang hidung dan posisi septum nasi klien, lubang hidung klien kotor, dan cuping hidungnya normal.

Telinga:

Klien masih bisa mendengar dengan baik, bentuk dan ukuran telinga simetris kanan dan kiri, akan tetapi lubang telinga klien tampak kotor.

Mulut dan faring

Mulut klien berbau, keadaan bibirnya terlihat basah karena klien selalu mengeluarkan air liur, tidak ada peradangan pada gusi, lidah tampak berwarna putih , gigi atas bagian depan terlihat ompong karena pernah di pukul temannya hal itu terjadi akibat halusinasi pendengaran yang menyuruh klien memukuli temannya sehingga temannya membalas memukul bagian mulutnya.

Leher

Posisi trachea klien normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, memiliki suara yang normal, tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe, tidak ada peningkatan tekanan pada vena jugularis, dan denyut nadi karotis teraba dengan jelas.


(26)

Pemeriksaan integumen

Integumen klien terlihat kotor karena malas mandi memakai sabun, bagian akralnya hangat, berwarna kuning langsat dan berdaki, turgor kulit kembali <1 detik, kulit kering, dan tidak ada kelainan pada kulit.

Pemeriksaan thoraks/dada

Tidak ada kelainan pada thoraks klien, pernafasan 20x/menit, dan tidak ada tanda kesulitan pada saat bernafas.

Pemeriksaan Abdomen

Pada saat di inspeksi tidak ada pembengkakan pada abdomen klien.

Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

Rambut pubis klien tumbuh merata, lubang uretra ada, dan tidak ada kelainan pada anus dan perineum.

Fungsi motorik klien tidak terganggu, terlihat dari cara berjalannya yang normal.


(27)

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

Setiap harinya klien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan yang baik, tidak ada nyeri pada ulu hati, tidak memiliki riwayat alergi, tidak mual dan muntah, tampak bergabung dengan temannya pada saat makan. Pada pagi hari klien makan pukul 08.30 wib, siang hari pukul 12.30 wib, san sore hari pukul 18.00 wib. Setiap makan klien dapat menghabiskan makanannya 1 piring nasi beserta lauk dan pauk, akan tetapi klien tidak dapat makan seperti layaknya manusia normal. Klien terlihat berlepotan dan nasinya banyak yang berjatuhan di pakaian dan lantai.

II. Perawatan diri/personal hygiene

Klien tidak dapat merawat kebersihan tubuhnya, terlihat dari tubuh klien yang terlihat kotor, berbau, dan berdaki; gigi klien kuning; mulutnya berbau, kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kotor karena tidak di rawat. III. Pola kegiatan/Aktivitas

Klien dapat melakukan aktivitas makan, mandi, BAB/BAK, ganti pakaian dengan sendirinya, akan tetapi harus diingatkan terlebih dahulu oleh perawat ruangan. Selama di RS. Jiwa PROV.SU klien jarang melakukan kegiatan ibadah dan shalat 5 waktu karena malas.

IV. Pola Eliminasi 1. BAB

Klien mengatakan bahwa dirinya BAB 2 kali dalam sehari, karakter fesesnya kadang keras dan kadang lembek, tidak ada perdarahan pada saat BAB, BAB terakhir pada saat malam hari, tidak terkena diare, dan tidak menggunakan laksatif.

2. BAK

Klien mengatakan bahwa dirinya BAK 5 kali dalam sehari, karakter urine tidak menentu terkadang kuning dan putih, tidak merasakan


(28)

kesulitan dan tidak merasa nyeri saat BAK, tidak mempunyai riwayat penyakit ginjal.

V. Mekanisme Koping a. Adaptif

Klien terlihat kooperatif saat berbicara dengan orang lain, dapat melakukan teknik relaksasi dengan baik, dan melakukan kegiatan olah raga setiap pagi dengan teman-temannya.

b. Malaptif

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah minum alkohol, klien tampak mempunyai reaksi yang berlebihan saat berbicara, dan tidak pernah mencederai dirinya sendiri.


(29)

ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1. DS:- Klien mengatakan selalu mandi asal-asalan karena malas mandi.

- Klien mengatakan malas mandi pakai sabun.

- Klien mengatakan malas menyikat giginya.

- Klien mengatakan malas untuk memotong kuku kaki dan tangannya

DO:- Klien tampak kotor dan tidak rapi.

- Kulit klien tampak kusam, kotor, dan berdaki.

- Mulut klien tampak kotor, giginya berwarna kuning, dan berbau mulut.

- Pada saat makan klien terlihat asal-asalan sehingga nasinya berlepotan di sekitar wajahnya dan jatuh di lantai.

- Klien terlihat mengeluarkan air liur saat diam maupun berbicara.

Defisit Perawatan Diri

2. DS:- Klien Mengatakan sering mendengarkan suara-suara pada malam hari yang menyuruhnya untuk merokok, memukul ibu nya jika tidak di beri rokok, dan memukul temannya tanpa sebab.

- Klien mengatakan sering terbangun dan melihat bayangan laki-laki yang lewat di hadapannya pada malam hari.

- Karena sering melihat sosok laki-laki yang muncul dihadapannya pada malam hari, klien jadi sulit untuk tidur kembali.

DO: - Klien terlihat tersenyum sendiri. -Klien sering tampak binggung. -Mata klien tampak sedikit

merah karena mengantuk.

-Kantung mata klien sedikit kehitaman.

Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran


(30)

No. Data Masalah Keperawatan -Klien terlihat menguap saat di

wanancara.

-Wajah klien terlihat kusam 3. DS:- Klien mengatakan sering

marah-marah karena tidak dibelikan rokok pada ibunya.

- Klien mengatakan pernah memukuli ibunya jika tidak dibelikan rokok.

- Klien mengatakan pernah memecahkan jendela tetangga, memecahkan kaca lemari di rumahnya karena sering di ejek bau badan dan gila oleh teman-temannya.

-Klien mengatakan pernah memukuli temannya karena ada suara-suara yang menyuruhnya. DO:- Wajah klien terlihat kesal saat mengatakan tidak dibelikan rokok oleh ibunya, saat di ejek bau badan dan gila oleh teman temannya.

- Mata klien tampak melotot dengan nada suara yang keras.

Perilaku Kekerasan

MASALAH KEPERAWATAN 1. Defisit Perawatan Diri

2. Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran 3. Perilaku Kekerasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS) 1. Defisit Perawatan Diri


(31)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/ tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Selasa/ 18 Juni 2013

1. Tujuan dan Kriteria Hasil:

Membina hubungan saling percaya, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan dan minum dengan baik, dan BAB/BAK yang benar.

Rencana Tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam melakukan pendekatan dan tindakan keperawatan kepada klien

SP.1 (Kebersihan Diri)

2. Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri.

Untuk mengetahui aspek positif yang dimiliki klien

dalam melakukan kebersihan diri.

3. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri.

Untuk menambah pengetahuan tetnatng pentingnya kebersihan diri dan memberikan motivasi pada diri klien.

4. Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.

Untuk menambah pengetahuan dan mempermudah klien dalam kebersihan dirinya.

5. Jelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri pada klien.

Untuk mengatasi masalah klien dan agar klien bisa melakukannya secara mandiri.

6. Latih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.

Untuk melihat kemampuan klien melakukan cara kebersihan diri yang

benar. 7. Berikan pujian pada setiap hasil

tindakan yang dilakukan klien saat berlatih.

Untuk membuat klien puas dan merasa senang, sehingga mau dan ingin

terus melakukan perawatan diri.

SP.2 (Berdandan/berhias)

8. Identifikasi kemampuan klien untuk berdandan dan berhias.

Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki

klien dalam berdandan atau berhias.


(32)

Rencana Tindakan Rasional 9. Menjelaskan peralatan yang

dibutuhkan untuk berhias atau berdandan.

Agar klien mengerti peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk berhias atau berdandan.

10.Menjelaskan cara-cara melakukan berhias atau berdandan.

Agar klien mengerti cara melakukan berhias atau berdandan dengan benar dan mandiri.

11.Latih klien mempraktikkan cara berhias/berdandan.

Untuk mengetahui kemampuan dan membiasakan klien melakukan perawatan diri

secara mandiri. 12.Berikan pujian pada setiap hasil

tindakan klien.

Membuat klien puas dan senang sehingga mau dan ingin terus melakukan berhias atau berdandan. SP.3 (Makan/minum)

13. Identifikasi kemampuan klien untuk melakukan makan dan minum.

Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki

klien pada saat makan dan minum.

14.Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk makan dan minum.

Agar klien mengerti peralatan apa saja yang dibutuhkan pada saat makan dan minum.

15.Menjelaskan cara melakukan makan dan minum yang baik.

Agar klien mengerti cara makan dan minum yang baik dan benar.

16.Latih klien mempraktikkan cara makan dan minum yang baik.

Untuk mengetahui kemampuan dan melatih

klien cara makan dan minum yang baik.

17.Berikan pujian pada setiap hasil tindakan klien.

Membuat klien puas dan senang sehingga mau dan ingin terus melakukan berhias atau berdandan. SP.4 (BAB/BAK)

18. Identifikasi kemampuan klien pada saat BAB/BAK.

Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki

klien pada saat BAB/BAK.

19.Memberitahu klien tempat BAB/BAK yang baik dan menjelaskan cara melakukan BAB/BAK yang benar.

Agar klien mengerti dan

melakukan cara BAB/BAK yang benar

dikesehariannya. 20.Latih klien cara BAB/BAK

yang baik dan yang benar.

Untuk mengetahui kemampuan dan melatih


(33)

Rencana Tindakan Rasional yang baik dan benar. 21.Berikan pujian pada setiap hasil

dan tindakan yang dilakukan klien.

Membuat klien puas dan senang sehingga mau dan ingin terus melakukan makan dan minum secara baik dan benar.

Rabu/ 19 Juni

2013

2. Tujuan dan Kriteria Hasil:

Membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya, mampu mengontrol atau mengendalikan halusinasi yang dialaminya, dan dapat mengikuti program pengobatan secara optimal.

Rencana Tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

1. Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam melakukan pendekatan

dan tindakan keperawatan kepada

klien. 2. Bantu klien mengenal

halusinasinya, identifikasi isi dan waktu dari halusinasi klien.

Membantu klien untuk memilih cara yang tepat

untuk menghadapi perasaannya.

3. Diskusikan respon klien saat berhalusinasi.

Untuk mengetahui bagaimana cara klien untuk menghadapi halusinasinya.

4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi halusinasinya.

Untuk menghardik halusinasi klien.

5. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, dan menggunakan obat secara benar.

Untuk menggontrol halusinasi klien.

6. Latih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, dan menggunakan obat secara benar.

Untuk melihat kemampuan klien.

7. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

Membuat klien puas dan senang sehingga mau dan ingin terus melakukan makan dan minum secara baik dan benar.


(34)

Hari/ tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Kamis/ 20 Juni 2013

3 Tujuan dan Kriteria Hasil:

Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dan perasaannya jika dilakukannya perilaku kekerasan, klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan yang dimilikannya.

Rencana Tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam melakukan pendekatan dan tindakan keperawatan kepada klien.

2. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien.

3. Diskusikan bersama klien tanda dan gejala yang dirasakan saat berhalusinasi.

Untuk mengetahui tanda dan gejala dari halusinasi yang dialami klien.

4. Diskusikan pada klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.

Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang

pernah dilakukan klien. 5. Diskusikan bersama klien akibat

dari perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

Membantu klien melihat dampak yang di timbulkan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan klien. 6. Ajarkan klien mengontrol

perilaku kekerasannya secara fisik, sosial/verbal, spiritual, dan dengan terapi obat.

Untuk mencegah klien agar tidak melakukan perilaku kekerasan.

7. Latih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan fisik, sosial/verbal, spiritual, dan dengan terapi obat.

Untuk mengetahui kemampuan klien saat

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik, sosial/verbal, spiritual, dan minum obat.

8. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

Membuat klien puas dan senang sehingga mau dan ingin terus melakukan makan & minum dengan baik.


(35)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa/

18 Juni 2013

1. 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunaka prinsip komunikasi terapeutik.

2. Mendiskusikan pada klien pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri, berdandan/ berhias, makan dan minum, dan melakukan BAB dan BAK yang benar.

3. Mengajarkan dan melatih klien perawatan kebersihan diri yaitu mandi menggunakan sabun, shampo, menyikat gigi yang benar.

4. Mengajarkan dan melatih klien berdandan yaitu berpakaian yang rapi, menyisir rambut, bercukur, dan memotong kuku.

5. Mengajarkan dan melatih klien makan dan minum yang baik.

6. Mengajarkan dan melatih klien melakukan BAB/BAK secara mandiri

7. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien

S: Klien mengatakan malas mandi dan mengatakan kebersihan tidak begitu penting untuknya.

O: Rambut klien kotor dan acak-acakan, gigi tampak kuning, badan bau dan berdaki, kuku panjang, jika makan berceceran dan jorok. A: Masalah sebagian teratasi.

P: Intervensi selesai

Rabu/ 19 Juni

2013

2. 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Membantu pasien mengenal halusinasi.

3. Mendiskusikan respon klien saat berhalusinasi.

4. Menjelaskan atau mengajarkan cara-cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, dan menggunakan obat secara benar.

5. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi. 6. Melatih klien mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

7. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan aktifitas terjadwal.

8. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan mengenal macam-macam

S: Klien mengatakan akan melakukan cara-cara untuk mengontrol halusinasi yang telah di ajarkan & mengucapkan terima kasih karena telah di ajarkan cara mengontrol halusinasi. O: Klien tampak cemas, binggung, gelisah. Klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi yang telah diajarkan dengan benar.

A: Masalah sebagian Teratasi.


(36)

Hari/ tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) obat yang dikonsumsinya dan minum

obat secara teratur.

9. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

Kamis/ 20 Juni 2013

3. 1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunaka prinsip komunikasi terapeutik.

2.Identifikasi penyebab perasaan marah klien.

3.Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan klien. 4.Diskusikan perilaku kekerasan yang

pernah dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien.

5.Ajarkan dan latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik. 6.Ajarkan dan latih klien mengontrol

perilaku kekerasan secara sosial atau verbal.

7.Ajarkan dan latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual. 8.Ajarkan dan latih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan obat. 9.Berikan pujian pada setiap hasil dan

tindakan yang dilakukan klien.

S: Klien mengatakan masih Ada merasakan kesal atau marah pada ibunya karena tidak diberikan rokok, mengucapkan terima kasih karena telah diajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dialaminya, dan akan melakukan cara-cara untuk mengontrol perilaku kekerasan yang telah diajarkan padanya. O: Klien terlihat senang saat di ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dan dapat melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan baik dan benar.

A: Masalah sebagian Teratasi.


(37)

EVALUASI 1. Defisit Perawatan Diri

Pasien dapat menyebutkan:

a. Penyebab tidak merawat diri b. Manfaat menjaga perawatan diri c. Tanda-tanda bersih dan rapi

d. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

a. Kebersihan diri b. Berdandan/berhias c. Makan

d. BAB/BAK (Purba dkk, 2011). 2. Halusinasi

Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi:

a. Pasien menggungkapkan isi halusinasi yang dialaminya

b. Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya c. Pasien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasinya

d. Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi

e. Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminya

Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan:

a. Pasien mampu memperagakan 4 cara mengontrol halusinasi b. Pasien menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:

- Menghardik halusinasi

- Bercakap-cakap dengan orang lain disekitarnya bila timbul halusinasi - Menyusun jadwal kegiatan dan melaksanakan jadwal tersebut secara

mandiri


(38)

3. Perilaku Kekerasan

a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan: - Secara fisik

- Secara sosial/verbal - Secara spiritual


(39)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, khususnya di ruangan Sipiso-piso yang dilakukan pada tanggal 17 juni sampai 21 juni 2013, maka penulis dapat menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

2. Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa pada Tn.P dengan Defisit Perawatan Diri adalah membina hubungan saling percaya, klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, berhias atau berdandan dengan baik, dapat melakukan makan dengan baik, dan mampu BAB (Buang Air Besar) atau BAK (Buang Air Kecil) secara mandiri.

3. Implementasi yang dapat penulis lakukan pada Tn.P dengan Defisit Perawatan Diri adalah melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya), mengidentifikasi kebersihan diri, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan alat dan cara kebersihan diri, menjelaskan makan yang benar, menjelaskan cara mandi yang benar, membimbing klien dalam menyusun kegiatan harian.

4. Evaluasi yang dapat penulis dapat dari Tn. P dengan Defisit Perawatan Diri adalah masalah teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, ditandai dengan klien dapat memahami penjelasan dari perawat, klien mau meneerapkan atau melakukan cara yang diajarkan perawat dan memasukkan ke dalam jadwal harian. 5. Faktor pendukung bagi penulis saat melakukan proses pengkajian dan

implementasi terhadap Tn. P yaitu klien cukup mendukung dan kooperatif terhadap implementasi yang dilakukan penulis. Selain itu klien juga mempunyai kemauan untuk sembuh dan berharap segera pulang dan berkumpul dengan keluarganya.


(40)

B. Saran

Setelah membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah Defisit Perawatan Diri, maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut: 1. Pihak RS. Jiwa PROV.SU

Diharapkan kepada pihak RS. Jiwa PROV.SU dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah tertulis dalam rencana harian berdasarkan standard asuhan keperawatan yang ada, harus tetap memperhatikan kebutuhan dasar klien, dan selalu melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) di setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

2. Pihak Institut Pendidikan

Diharapkan kepada pihak Institut Pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah referensi terbaru, terutama tentang buku-buku untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar Defisit Perawatan Diri. 3. Pihak Keluarga

Diharapkan kepada pihak keluarga agar selalu menemani dan mendamping klien untuk memberikan dukungan dan membantu dalam proses penyembuhan klien.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinsin, Judith M., dan Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Edisi 9. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi

dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Widyowati, (2013). Orang Dengan Skizofrenia. Retrieved from www.Kompasiana.com , 27 April 2013.

Purba Jenny Marlindawani dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Purba Jenny Marlindawani dkk. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Tarwoto dan Wartonah, (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, Potter, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Intani dan Pratiwi, (2013). Skizofrenia Paranoid. Semarang: Blogger. Dapat diakses di tanggal 28 Juni 2013.


(42)

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. DX Hari/ tanggal Pukul (WIB) Tindakan Keperawatan 1. Selasa/

18 Juni 2013

10.00 1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2.Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri.

3.Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri.

4.Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.

5.Jelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri pada klien seperti tahapan mandi, cara memakai sabun, shampo, sikat gigi yang benar.

6.Latih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri yaitu tahapan mandi, cara memakai sabun, shampo, sikat gigi yang benar.

7.Berikan pujian pada setiap hasil tindakan yang dilakukan klien saat berlatih.

8.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara melakukan kebersihan diri.

11.00 1. Identifikasi kemampuan klien untuk berdandan dan berhias.

2. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk berhias atau berdandan.

3. Menjelaskan cara-cara melakukan berhias/berdandan seperti menyisir rambut, bercukur, memakai kancing, memasukkan baju ke dalam celana, menggunting kuku kaki dan tangan.

4. Latih klien mempraktikkan cara berhias/berdandan yaitu menyisir rambut, bercukur, memakai kancing, memasukkan baju ke dalam celana, menggunting kuku kaki dan tangan.

5. Berikan pujian pada setiap hasil tindakan klien.

6. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara berdandang dan berhias.

12.00 1. Identifikasi kemampuan klien untuk melakukan makan dan minum.

2. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk makan dan minum.

3. Menjelaskan cara melakukan makan dan minum yang baik.

4. Latih klien mempraktikkan cara makan dan minum yang baik.


(43)

No. DX Hari/ tanggal Pukul (WIB) Tindakan Keperawatan

6. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara makan dan minum yang baik.

13.20 1. Identifikasi kemampuan klien pada saat BAB/BAK. 2. Memberitahu klien tempat BAB/BAK yang baik dan

menjelaskan cara melakukan BAB/BAK yang benar. 3. Latih klien cara BAB/BAK yang baik dan yang benar. 4. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang

dilakukan klien.

5. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara BAB/BAK yang benar.

2. Rabu/ 19 Juni

2013

10.00 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Bantu klien mengenal halusinasinya, identifikasi isi dan waktu dari halusinasi klien.

3. Diskusikan respon klien saat berhalusinasi.

4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi halusinasinya.

5. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.

6. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.

7. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

8. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara menghardik halusinasi.

11.00 1.Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

2.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

3.Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

12.00 1. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

2. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara aktivitas yang telah disepakati.

3. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas yang telah disepakati.


(44)

No. DX Hari/ tanggal Pukul (WIB) Tindakan Keperawatan

13.20 1. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara memberitahukan macam-macam obat yang dikonsumsinya dan dengan minum obat secara teratur.

2.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan teratur.

3.Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui macam-macam obat dan minum obat secara teratur untuk mengontrol halusinasinya.

3. Kamis/ 20 Juni 2013

10.00 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

3. Diskusikan pada klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.

4. Diskusikan bersama klien akibat dari perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

5. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu: tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal.

6. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu: tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal.

7. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

8. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik.

11.00 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal, yaitu: meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, menolak dengan baik, dan menggungkapkan perasaan kesal.

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal, yaitu: meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, menolak dengan baik, dan menggungkapkan perasaan kesal.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal.


(45)

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul (WIB)

Tindakan Keperawatan

12.00 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual, yaitu dengan shalat secara teratur. 2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

shalat secara teratur.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.

13.30 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.


(1)

B. Saran

Setelah membahas dan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah Defisit Perawatan Diri, maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut: 1. Pihak RS. Jiwa PROV.SU

Diharapkan kepada pihak RS. Jiwa PROV.SU dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah tertulis dalam rencana harian berdasarkan standard asuhan keperawatan yang ada, harus tetap memperhatikan kebutuhan dasar klien, dan selalu melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) di setiap tindakan yang dilakukan. Sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

2. Pihak Institut Pendidikan

Diharapkan kepada pihak Institut Pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah referensi terbaru, terutama tentang buku-buku untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar Defisit Perawatan Diri.

3. Pihak Keluarga

Diharapkan kepada pihak keluarga agar selalu menemani dan mendamping klien untuk memberikan dukungan dan membantu dalam proses penyembuhan klien.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Wilkinsin, Judith M., dan Ahern, N.R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Widyowati, (2013). Orang Dengan Skizofrenia. Retrieved from www.Kompasiana.com , 27 April 2013.

Purba Jenny Marlindawani dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Purba Jenny Marlindawani dkk. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Tarwoto dan Wartonah, (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, Potter, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Intani dan Pratiwi, (2013). Skizofrenia Paranoid. Semarang: Blogger. Dapat diakses di tanggal 28 Juni 2013.


(3)

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

DX

Hari/ tanggal

Pukul (WIB)

Tindakan Keperawatan 1. Selasa/

18 Juni 2013

10.00 1.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2.Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri.

3.Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri.

4.Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri.

5.Jelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri pada klien seperti tahapan mandi, cara memakai sabun, shampo, sikat gigi yang benar.

6.Latih klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri yaitu tahapan mandi, cara memakai sabun, shampo, sikat gigi yang benar.

7.Berikan pujian pada setiap hasil tindakan yang dilakukan klien saat berlatih.

8.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara melakukan kebersihan diri.

11.00 1. Identifikasi kemampuan klien untuk berdandan dan berhias.

2. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk berhias atau berdandan.

3. Menjelaskan cara-cara melakukan berhias/berdandan seperti menyisir rambut, bercukur, memakai kancing, memasukkan baju ke dalam celana, menggunting kuku kaki dan tangan.

4. Latih klien mempraktikkan cara berhias/berdandan yaitu menyisir rambut, bercukur, memakai kancing, memasukkan baju ke dalam celana, menggunting kuku kaki dan tangan.

5. Berikan pujian pada setiap hasil tindakan klien.

6. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara berdandang dan berhias.

12.00 1. Identifikasi kemampuan klien untuk melakukan makan dan minum.

2. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk makan dan minum.

3. Menjelaskan cara melakukan makan dan minum yang baik.

4. Latih klien mempraktikkan cara makan dan minum yang baik.


(4)

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul (WIB)

Tindakan Keperawatan

6. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara makan dan minum yang baik.

13.20 1. Identifikasi kemampuan klien pada saat BAB/BAK. 2. Memberitahu klien tempat BAB/BAK yang baik dan

menjelaskan cara melakukan BAB/BAK yang benar. 3. Latih klien cara BAB/BAK yang baik dan yang benar. 4. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang

dilakukan klien.

5. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara BAB/BAK yang benar.

2. Rabu/ 19 Juni

2013

10.00 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Bantu klien mengenal halusinasinya, identifikasi isi dan waktu dari halusinasi klien.

3. Diskusikan respon klien saat berhalusinasi.

4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi halusinasinya.

5. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.

6. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.

7. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

8. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara menghardik halusinasi.

11.00 1.Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

2.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

3.Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

12.00 1. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

2. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara aktivitas yang telah disepakati.

3. Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas yang telah disepakati.


(5)

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul (WIB)

Tindakan Keperawatan

13.20 1. Diskusikan dan jelaskan cara menggontrol halusinasi dengan cara memberitahukan macam-macam obat yang dikonsumsinya dan dengan minum obat secara teratur.

2.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan teratur.

3.Berikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4.Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui macam-macam obat dan minum obat secara teratur untuk mengontrol halusinasinya.

3. Kamis/ 20 Juni 2013

10.00 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

2. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

3. Diskusikan pada klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.

4. Diskusikan bersama klien akibat dari perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

5. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu: tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal.

6. Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu: tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal.

7. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

8. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik.

11.00 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal, yaitu: meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, menolak dengan baik, dan menggungkapkan perasaan kesal.

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal, yaitu: meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, menolak dengan baik, dan menggungkapkan perasaan kesal.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal.


(6)

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul (WIB)

Tindakan Keperawatan

12.00 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual, yaitu dengan shalat secara teratur. 2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

shalat secara teratur.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.

13.30 1. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.

3. Memberikan pujian pada setiap hasil dan tindakan yang dilakukan klien.

4. Menanyakan perasaan klien setelah mengetahui cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.


Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 44 40

Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan prioritas masalah Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

7 90 53

Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri: Mandi dan Berdandan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan

1 64 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Defisit Perawatan Diri Di Bangsal Amarta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 17

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 3

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 1

Asuhan Keperawatan Pada Ny.E dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri - Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Prioritas Masalah Defisit Perawatan Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 1 29