Instrument WTO Di Sektor Pertanian

36 dukungan jenis ini tidak perlu dikurangi. Yang termasuk kedalam green box dan dikecualikan untuk dikurangi adalah pelayanan umum, stok penyangga pangan, bantuan pangan dalam negeri untuk masyarakat yang memerlukan, pembayaran klangsung terhadap produsen, asuransi pendapatan, dan program jarring pengaman social, bantuan darurat, program penyesuian structural, program bantuan lingkungan hidup dan bantuan daerah. Yang termasuk dalam kategori Amber Box dalah, semua dukungan yang digolongkan dapat mendistorsi perdagangan sehingga harus dikurangi sesuai dengan komitmen. Bentuk subsidi harga input dan output termasuk dalam kriteria amber box. Subsidi yang masuk dalam kategori amber box, harus dinilai setiap tahun dan harus dijumlahkan menjadi Total Aggregate Measure of Support AMS. AMS adalah bantuan tahunan yang dapat dinilai dalam bentuk uang, diberikan pada produsen penghasil produk ertentu, atau produsen pertanian umumnya. Blue Box, yang termasuk dalam klasifikasi ini dalah bantuan langsung sebagai program untuk membatasi produksi suatu komunitas. Bantuan langsung ke produsen dianaggap tidak mempengarui produksi atau disebut juga decouple payment. Kedua, dalam AoA adalah Perluasan Akses Pasar. Akses pasar adalah suatu hal yang mendasar dalam perdagangan internasional. Ketiga, Subsidi Ekspor. Adalah bantuan pemerintah suatau Negara yang diberikan kepada eksportir atau produsen yang melaksanakan ekspor tertentu. 37 Dalam ketentuan AoA 1995, Negara-negara maju diharuskan mengurangi subsidi ekspor paling tidak sebesar 35 persen berdasarkan nilai atau paling tidak 21 persen berdasarkan jumlah selama lima tahun 2000. Target numerik pengurangan subsidi dan proteksi AOA Negara Maju 6 Tahun 1995-2000 Negara Berkembang 10 Tahun 1995-2004 Tarif - Pengurangan rata-rata seluruh produk pertanian - Pengurangan minimum perproduk -36 -15 -24 -10 Dukungan domestic - Pengurangan untuk sectoral AMS -20 -13 Subsidi ekspor - Nilai yang disubsidi pembiyaan - Kuantitas yang disubsidi -36 -21 -24 -14 Selain ketiga ketentuan di atas, kiranya masih banyak lagi ketentuan di dalam AoA yang cukup rumit dan bersifat tricky memperdayakan, sehingga sebagai implikasinya negara maju lebih banyak diuntungkan, sementara Negara Dunia Ketiga terperdayai dan menjadi pihak yang dirugkan. perjanjian lain adalah 11 ; TRIPs HAKI terkait perdagangan, di mana dalam perjanjian ini setiap negara diharuskan untuk memberikan paten atas produk dan proses atas temuan- temuan di bidang bioteknologi, termasuk dalam sola pangan dan pertanian. 11 opcit 38 SPS Sanitasi dan Fitosanitasi, perjanjian memngenai aturan karantina barang-barang import pertanian untuk perlindungan terhadap kesehatan manusia, tanaman, tumbuhan dan hewan, yang harus sesuai dengan standar-standar kesehatan yang dapat dibenarkan secara ilmiah. TBT Tehnical Barriers to Trade, perjanjian mengenai standarisasi, baik yang bersifat mandatory wajib maupun yang bersifat voluntary, yang mencakup karateristik produk; metode proses dan produk; terminology dan symbol; serta persyaratan kemasan packaging dan label labelling suatu produk. 39

BAB III MENELUSURI ARAH KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN

PEMERINTAHAN INDONESIA A. Regionalisme Baru Dan Tantangan Sektor Pangan Dalam sejarah awalnya faktor yang mendorong lahirnya organisasi regional lebih didasarkan pada kebutuhan dalam hal keamanan dan politik 1 . Kemudian ia bergeser dalam ranah lain semacam ekonomi dan budanya. Mengutip apa yang disampaikan oleh Dodi Matra, setidaknya ada beberpa sebab diantaranya; 1 adanya upaya diluar kawasan dalam upaya untuk meningkatkan dan memfasilitasi kerjasama, 2 beragamnya struktur politik, ekonomi, budaya dan sosial serta kepentingan prioritas dari elit yang berkuasa, serta 3 kuatnya semangat nasionalisme dalam upaya mengejar kepentingan dari suatu negara 2 . Dalam konteks negara berkembang, ketiga faktor tersebut bisa hadir sekaligus menjadi penyebab keikutsertaan negara berkembang dalam sebuah organisasi regional. Namun dalam pembacaan yang lebih jauh, serta melihat struktur politik global, nampak bahwa relasi hubungan yang terjalin kental dengan muatan kepentingan, antara siapa memainkan apa. Persis dengan apa yang digambarkan oleh kaum realis. Sedangkan dalam konteks ekonomi, keikutsertaan negara lebih soal peluang dan keuntungan dari sebuah negara. 1 Dodi Mantra, Hegemoni dan diskursus neoliberal, MatraPress, Jakarta Barat, 2011. 2 Ibid. 40 Dalam konteks global, munculnya organisasi regional adalah bagian yang tak terpisahkan dari matarantai kepentingan negara-negara maju dalam rangka menancapkan pengaruhnya pada negara lain, khususnya negara berkembang Least Developed Country. Melalui sistem kapitalisme global, negara maju bermanuver dan menjalankan stategi jahatnya. Salah satu modus yang dipakai untuk mempercepat ekspansi kapitalisme global adalah melalui perdagangan bebas. Di tingkat multilateral kita mengenal WTO world trade organization yang semula bernama GATT General Agreement on Trade and Tariff, sedangkan di tingkat bilateral atau kawasan regional kita mengenal FTA Free Trade Angreement. Yang menarik adalah aturan-aturan yang bersifat bilateral maupun regional, berinduk pada perjanjian- perjanjian di WTO 3 . Dengan kolaborasi WTO dan FTA, maka negara yang terkait didalamnya wajib meliberalisasikan sitem perekonomian mereka. Dengan diliberalisasikan pasar maka barang, jasa dan investasi akan mudah masuk. Sebagai konsekwensi dari itu semua, seluruh strategi pembangunan ekonomi di sebuah negara akan dikebiri atau dihapus dan diganti dengan perjanjian bebas. Hal ini pula yang dialami Indonesia di mana negara dipreteli dan dilucuti kedaulatan ekonominya, lewat serangkaian perjanjian salah satunya lewat WTO 1994 dan IMF sejak 1998 4 . 3 Bonnie Setiawan, WTO dan Perdagangan abad 21, Resist Book, Yogyakarta, 2013.` 4 ibid 41 Kerjasama bilateral pada sisi yang lain, berpeluang untuk meningkatkan perekonomian negara namun pada saat yang sama pula ancaman kedaulatan ekonomi menjadi taruhan. Kegagalan dan kebuntuhan perundingan WTO bidang pertanian, seringkali juga menjadi faktor pendorong suatu negara melakukan kerjasama bilateral.

B. Permasalahan Pangan Dalam Prespektif Ekonomi- Politik Internasional

Pangan dalam kacamata ilmu Ekonomi- Politik Internasional dijelaskan dalam pola relasi faktor politik dan ekonomi yang saling berkaitan dan membentuk suatu pola hubungan komplek saling mempengaruhi. Menurut Mohtar Mas’oed kiranya ada dua pertanyaan yang mendasar yang patut diajukan: Apa hubungan antara perjuangan memperoleh kekuasaan dan kekayaan dengan kemiskina dan kelaparan? dan, Apa peran yang dimainkan oleh Ilmu Ekonomi- Politik Internasional sehingga orang tidak bisa memperoleh pangan yang mereka perlukan?. Untuk memulai menjawab pertanyaan tersebut kiranya kita harus kembali pada konsep dasar dalam Ilmu Ekonomi-Politik Internasional, lebih-lebih soal hubungan antara Negara dan Pasar. Untuk mengurai persoalan tersebut akan diurai terlebih dahulu tentang Fungsi Negara dan Pasar. Fungsi Negara menurut ilmuan politik adalah “mengalosikan dan mendistribusikan kekuasaan”. Di mana kekuasaan power diartikan sebagai,