45 Universitas Sumatera
Utara
sehingga teks berita dilihat sebagai bentuk manifestasi dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada kelompok yang lain.
Wacana, dengan demikian adalah suatu alat representasi di mana satu kelompok yang dominan memarjinalkan posisi kelompok yang tidak dominan.
Dalam banyak kasus, pemberitaan media terutama yang berhubungan dengan peristiwa yang melibatkan pihak dominan dan pihak yang kurang dominan, selalu
disertai dengan penggambaran yang buruk mengenai pihak yang kurang dominan tersebut. Penggambaran teks berita semacam inilah yang menjadi perhatian dan
minat utama dari analisis wacana kritis Eriyanto, 2001:18-19.
2.6 Analisis Wacana Teun Van Djik
Menurut Van Djik penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang
diamati. Perlu dilihat bagaimana suatu teks diproduksi hingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu Eriyanto, 2001: 221.
Dimensi teks di dalamnya yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan srategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu dan wartawan. Sedangkan konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah Eriyanto, 2001: 222. Analisa ini akan dikaitkan dengan ketidaksetaraan. Pendekatan dalam
analisa ini adalah dengan berfokus pada peran wacana dan reproduksi dan tantangan dominasi. Dominasi disini didefinisikan sebagai pelaksaaan kekuatan
elit sosial, lembaga atau kelompok yang mengakibatkan kesenjangan sosial, termasuk politik, budaya, kelas, etnis, ketidaksetaraan ras dan etnis. Proses
reproduksi ini memungkinkan melibatkan berbagai kekuasaan wacana sebagai dukungan lebih, tidak langsung ataupun secara terang-terangan, berlakunya
representasi, legitimasi, mitigasi atau penyembunyian dominasi. Analisa wacana kritis ini ingin tahu apa struktur, strategi atau properti lain
dari teks, pembicaraan, interaksi verbal atau peristiwa komunikatif berperan dalam metode reproduksi ini. Penelitian ini, kita dapat memeriksa gaya, retorika,
46 Universitas Sumatera
Utara
atau teks sebagai strategi untuk menyembunyikan hubungan kekuatan sosial, misalnya bermain ke bawah, meninggalkan implisit, atau mengecilkan instansi
atau aktor sosial yang kuat yang bertanggung jawab dalam peristiwa yang diwakili dalam teks.
Kognisi sosial memungkinkan untuk menghubungkan dominasi dan wacana. Kognisi sosial menjelaskan produksi serta pemahaman dan pengaruh teks
yang dominan dan bicara. Bagaimana teks diproduksi dan dipahami, bagaimana mendapatkan informasi, disimpan atau menghapal. Pengetahuan memainkan
peran penting dalam proses ini, misalnya dalam hal struktur pengetahuan seperti scrip. Kontrol pengetahuan krusial membentuk penafsiran kita tentang dunia,
seperti wacana dan tindakan lainnya. Reproduksi diskursif dominasi yang telah diambil sebagai objek utama
dari analisis kritis, memiliki dua dimensi utama, yaitu produksi dan penerimaan. Artinya kita membedakan antara berlakunya ekpresi atau legitimasi dominasi di
produksi berbagai sruktur teks dibicarakan. Satu sisi dan fungsi, konsekuensi atau hasil dari struktur tersebut untuk benak sipenerima. Diskursif reproduksi hasil
kekuasaan dari kognisi sosial yang kuat, terletak struktur wacana yang menghasilkan kognisi sosial.
Teks bukan sesuatu yang datang begitu saja, tetapi teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Van Djik tidak hanya membongkar teks semata, tetapi ia
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran membentuk
dan berpengaruh terhadap teks tersebut. Wacana oleh Van Djik dibentuk oleh tiga dimensi: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial Eriyanto, 2001: 222.
Gambar 1. Diagram model analisis Van Djik
Konteks Sosial Kognisi Sosial
Teks
47 Universitas Sumatera
Utara
Analisis wacana menekankan bahwa wacana adalah juga bentuk interaksi. Menurut Van Djik, sebuah wacana berfungsi sebagai suatu pernyataan assertion,
pernyataan question, tuduhan accusation, atau ancaman thereat. Wacana juga dapat digunakan untuk mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain untuk
melakukan diskriminasi. Dari bentuk-bentuk kontekstual, organisasi dan global, kontrol wacana,
kita dapat melihat yang lebih rinci yakni tingkat mikro dan bentuk ekspresi teks dan pembicaraan. Banyak diantaranya dikendalikan secara kurang sadar, seperti
halnya sitaksis, morfologi atau fonologi. Pengaruh kekuasaan jauh lebih langsung pada tingkat ini. Komunikasi sering kurang sadar dikontrol disini, maka
manifestasi yang lebih halus dan tidak disengaja dapat diamati pada tingkat ini, misalnya, intonasi, leksikal atau sintaksis, tokoh retorika, struktur semantik,
strategi, fenomena kesopanan dan sebagainya. Van Djik menganalisis pada tiga tahap, yaitu teks, kognisi sosial dan
konteks sosial Eriyanto, 2001: 225. Analisis teks Van Djik dibagi pada tiga level yakni:
1. Struktur makro, merupakan makna globalumum dari suatu teks
yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.
2. Superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan
dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersususun ke dalam berita secara utuh.
3. Struktur mikro, merupakan wacana yang dapat diamati dari bagian
kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, prafrase dan gambar.
Menurut Little Jhon Eriyanto, 2001: 226 antara bagian teks dalam model Van Djik dilihat saling mendukung dan mengandung arti yang koheren
satu sama lain. Semua teks dipandang Van Djik mempunyai aturan yang dapat dilihat sebagai piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks
terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Djik tersebut:
48 Universitas Sumatera
Utara
1. Tematik
Menunjukkan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.
2. Skematik
Skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
terbentuk suatu kesatuan arti. 3.
Latar Bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik arti yang ingin
ditampilkan, menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
4. Detil
Berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang untuk melakukan penonjolan atau penciptaan citra
tertentu. 5.
Maksud Menunjukkan bagaimana kebenaran tertentu ditonjolkan secara
eksplisit dan secara implisit mengaburkan kebenaran yang lain. 6.
Koherensi Pertalian atau jalinan antar kata dan kalimat dalam teks. Dua buah
kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
7. Koherensi Kondisional
Ditandai dengan pemakaian tanda kalimat dengan jelas. Ada tidaknya anak kalimat tidak mempengaruhi arti.
8. Koherensi Pembeda
Berhubungan dengan bagaimana dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat saling bertentangan
dan berseberangan. 9.
Pengingkaran
49 Universitas Sumatera
Utara
Bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang diekspresikan secara implisit.
10. Bentuk Kalimat
Merupakan segi sintaksis yangberhubungan dengan cara berpikir logis, prinsip kauslitas. Tidak hanya persoalan teknis di
ketatabahasaan tapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat itu.
11. Kata Ganti
Elemen ini untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat untuk
menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. 12.
Leksikon Menandakan bagaimana pemilihan kata dilakukan atas berbagai
kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai menunujukkan sikap ideologi tertentu.
13. Pranggapan
Pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
14. Grafis
Merupakan bagian untuk memeriksa bagian yang ditekan atau ditonjolkan.
15. Metafora
Penyampaian pesan melalui khiasan atau ungkapan. Metafora sebagai ornament dari suatu berita yang dapat menjadi penunjuk
utama untuk mengerti makna suatu teks.
13 Universitas Sumatera
Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah