Pers dan Jurnalistik KAJIAN PUSTAKA

24 Universitas Sumatera Utara Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya publisistik Pers mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi massa.

2.2 Pers dan Jurnalistik

Istilah pers berasal dari istilah latin pressus yang artinya tekanan, atau tertekan, terhimpit, padat. Pers dalam kosakata Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti sama dengan bahasa Inggris press, sebagai sebutan untuk alat cetak Wahidin, 2007: 35. Pers mempunyai dua macam pengertian, yakni dalam arti sempit dan arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain, sedangkan pers dalam arti luas ialah meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio, televisi sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. Fungsi pers adalah sebagai berikut ini Effendy, 2007: 93-95: 1. Menyiarkan informasi to inform Hal ini merupakan fungsi pertama dan utama karena khalayak pembaca memerlukan informasi tentang berbagai hal di bumi. 2. Mendidik to educated Mendidik artinya sebagai sarana pendidikan massa mass edication. Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung unsur pengetahuan khalayak pembaca. 3. Menghibur to entertain Khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani. 4. Mempengaruhi control social Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada kejanggalan- kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung. Hal ini tentu berdampak pada kehidupan sosial. Pada fungsi inilah media dimungkinkan menjadi kontrol sosial, karena isi media bersifat mempengaruhi. 25 Universitas Sumatera Utara Jurnalistik ataupun jurnalisme berasal dari perkataan jurnal, artinya catatan harian, ataupun catatan mengenai kejadian sehari-hari. Dari perkataan itu lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan kegiatan ataupun pekerjaan jurnalistik. Secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak Effendy, 2007: 95. Hubungan pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan. Artinya adalah bahwa pers mempunyai hubungan erat. Televisi sebagia media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya sebuah karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya. Pers adalah media khusus yang digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak. Pers selalu berhubungan dengan jurnalistik. Jurnalistik diibaratkan sebagai bentuk komunikasinya, bentuk kegiatannya, isinya, sedangkan pers itu ialah media dimana jurnalistik itu disalurkan. Pers dan jurnalistik merupakan dwi tunggal. Pers tidak mungkin berorganisasi tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa pers. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Saat ini jurnalistik tidak sebatas mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi tayangan televisi. Karena itu, fungsi pers tidak lagi hanya memberikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak melakukan kegiatan atau hal tertentu. Jurnalisme sangat penting kapan dan dimanapun. Jurnalisme sangat dibutuhkan khususnya untuk negara demokratis. Tidak peduli apapun perubahan yang terjadi di masa depan baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lainnya. Tidak dapat dibayangkan akan ada saatnya ketika tidak seorangpun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut. Dan orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik disebut jurnalis Kusumaningrat, 2007: 15. Commite of Concered Journalist menyimpulkan sekurang-kurangnya ada Sembilan elemen jurnalis yang harus dikembangkan buku 9 elemen jurnalis Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yakni: 26 Universitas Sumatera Utara Jurnalisme hadir untuk membangun kewawargaan citizenship. Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Tujuan jurnalisme tidaklah ditentukan oleh tehnologi atau oleh wartawan atupun tekhnik yang dipakai. “Tujuan utama jurnalisme ialah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri.” Inilah elemen jurnalisme yang pertama. Elemen jurnalisme yang kedua ialah “Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.” Komitmen kepada warga lebih besar daripada egoisme profesional. Wartawan punya kewajiban sosial yang sesekali bisa benar-benar berseberangan dengan kepentingan utama majikan mereka, sekali pun disisi lain, kewajiban ini justru merupakan tambang emas si majikan. Kesetiaan kepada warga ini adalah makna yang disebut independensi jurnalistik. Elemen jurnalisme yang ketiga ialah “Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.” Praktik-praktik seperti mencari sekian saksi untuk sebuah peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita dan meminta komentar dari banyak pihak, semuanya ialah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Hanya jurnalisme yang sejak awal berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi setepat- tepatnya. Elemen jurnalisme yang keempat ialah “Wartawan harus tetap independen dari pihak yang mereka liput.” Hal ini digambarkan dengan ‘semakin seorang wartawan melihat dirinya sebagai peserta dalam peristiwa dan memiliki loyalitas pada sumber, ia makin tidak bisa untuk betul-betul menganggap dirinya seorang wartawan. Independensi ini terdiri dari: independensi pikiran, evolusi independensi, independensi dalam praktik, independensi dikaji ulang, independensi dari kelas atau status ekonomi, independensi dari ras, etnis, agama dan gender. Elemen jurnalisme yang kelima ialah “Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.” Prinsip ini terbentuk dari akar-akar yang begitu kuat, yakni akar reportasi investigatif. Pada saat ini fungsi sebagai 27 Universitas Sumatera Utara anjing penjaga tengah terancam dalam jurnalisme oleh penggunaannya yang berlebihan. Digantikan dengan anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi dibanding pealyanan publik. Peran anjing penjaga terancam oleh jenis baru konglomerasi perusahaan. Elemen jurnalisme yang keenam ialah “Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik.” Semua bentuk medium yang dipakai oleh wartawan sehari-hari bisa berfungsi menciptakan forum dimana publik diingatkan akan masalah-masalah penting mereka sedemikian rupa sehingga mendorong warga membuat penilaian dan mengambil sikap. Fungsi forum pers ini bisa menghasilkan demokrasi. Elemen jurnalisme yang ketujuh ialah “Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.” Tugas wartawan adalah menemukan cara membuat hal-hal yang penting menjadi menarik untuk setiap cerita dan menemukan campuran yang tepat dari yang serius dan kurang serius yang ada dalam laporan berita setiap hari. Jurnalisme adalah mendongeng sebuah tujuan. Tujuannya ialah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia. Elemen jurnalisme yang kedelapan ialah “Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif.” Jurnalisme ialah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Konsep kartografi ini membantu menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab liputan jurnalistik. Elemen jurnalistik yang kesembilan atau yang terakhir ialah “Wartawan punya kewajiban terhadap hati nurani.” Jurnalisme ialah masalah karakter. Setiap wartawan dari redaksi hingga direksi harus punya rasa etika dan tanggungjawab personal sebuah panduan moral. Mereka punya tanggungjawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal serupa. Prinsip terakhir yang harus benar-benar dipahami wartawan tentang pekerjaan mereka. Ini adalah prinsip yang paling sulit, tapi inilah yang menyatukan semuanya. 28 Universitas Sumatera Utara

2.3 Media massa dan televisi