37 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk
4 5.5
22 2
1 2
3 1.5
4.5 5
0.7 3.5
4 0.5
2 1
0.3 0.3
3 0.5
1.5 35.8
T 38
Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb 4
5.5 22
2 1
2 4
1.5 6
3 0.7
2.1 3
0.5 1.5
1 0.3
0.3 4
0.5 2
35.9 T
39 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Tg
2 5.5
11 2
1 2
2 1.5
3 2
0.7 1.4
2 0.5
1 5
0.3 1.5
3 0.5
1.5 21.4
R 40
Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw 2
5.5 11
2 1
2 5
1.5 7.5
2 0.7
1.4 3
0.5 1.5
5 0.3
1.5 5
0.5 2.5
27.4 S
41 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk
2 5.5
11 2
1 2
3 1.5
4.5 2
0.7 1.4
2 0.5
1 2
0.3 0.6
3 0.5
1.5 22
R 42
Tomi an-II-KLaCKmr Li-Kb 2
5.5 11
2 1
2 4
1.5 6
2 0.7
1.4 2
0.5 1
2 0.3
0.6 3
0.5 1.5
23.5 R
43 Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm
5 5.5
27.5 2
1 2
3 1.5
4.5 5
0.7 3.5
4 0.5
2 1
0.3 0.3
4 0.5
2 41.8
T 44
Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb 5
5.5 27.5
2 1
2 4
1.5 6
5 0.7
3.5 4
0.5 2
1 0.3
0.3 4
0.5 2
43.3 ST
Sumber
: Hasil Analisis Data Keterangan:
H: Harkat B: Bobot
S: Skor
commit to user 84
Secara umum, pada curah hujan dan macam tanah yang sama, semakin besar skor kemiringan lereng, kedalaman pelapukan batuan, dan solum tanah
menunjukkan tingkat bahaya longsor tanah yang semakin tinggi pula. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik skoring pada
tabel di atas, maka diperoleh klasifikasi Tingkat Bahaya Longsor TBL di DAS Grindulu hulu yang terbagi menjadi 4 kelas, yaitu mulai dari Rendah R, Sedang
S, Tinggi T dan Sangat Tinggi ST. Selanjutnya penjelasan dari masing- masing Tingkat Bahaya Longsor adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Bahaya Longsor Rendah R
Daerah dengan Tingkat Bahaya Longsor Rendah adalah daerah yang mempunyai potensi rendah untuk terjadi gerakan massa. Umumnya pada kelas ini
jarang terjadi gerakan massa jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terjadi gerakan massa lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan massa dalam
ukuran kecil terutama terjadi pada tebing sungai alur sungai. Pada kelas ini daerahnya bertopografi berombak sampai bergelombang dengan kemiringan
lereng 8,9 – 22,2. Tingkat Bahaya Longsor ini sebagian besar dijumpai pada
penggunaan lahan permukiman, sawah, tegalan berteras dan kebun campuran berteras. Pada penggunaan lahan tersebut bahaya longsor dikatakan rendah karena
ada campur tangan manusia dalam pengelolaan penggunaan lahan tersebut, sehingga walaupun terjadi longsoran masih termasuk dalam kategori rendah.
Parameter lain seperti kedalaman pelapukan, solum tanah, tekstur, dan permeabilitas yang memicu terjadinya longsor pada kategori ini dapat dikatakan
masih termasuk dalam kategori yang rendah pula. Hal tersebut dapat dilihat dari kemiringan lereng yang landai hingga agak curam dan topografi yang landai
hingga berombak, sehingga berpengaruh terhadap kondisi batuan dan tanah yang berada di daerah penelitian. Curah hujan yang hampir merata diseluruh satuan
lahan daerah DAS Grindulu hulu, hanya sedikit berpengaruh terhadap kategori bahaya longsor rendah ini, sebab aspek atau parameter pemicu longsor yang lain
dapat dikatakan rendah dalam memberikan kontribusi terhadap terjadinya longsoran. Pada kelas TBL rendah ini masih dikatakan sebagai daerah yang
berpotensi yaitu daerah yang jarang terjadi gerakan tanah tetapi karena keadaan
commit to user 85
medan yang mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan terjadinya tanah longsor. Untuk kelas TBL ini tipe longsor yang dapat dijumpai di lapangan adalah
tipe longsor nendatan
slump
. Tipe nendatan tanah yakni longsor ke bawah dari satu atau beberapa unit massa tanah dan puing-puing batuan dan diikuti oleh
gerakan perputaran di bagian tubuh longsornya Dibyosaputro, 1992: 30, disebut juga tipe longsoran atau tanah longsor dalam sistem klasifikasi tipe gerakan tanah
dengan ciri fisik yang bisa diamati di lapangan berupa jejak longsoran yang telah terjadi mempunyai bidang gelincir berbentuk cekung dan cenderung menyerupai
bentuk tapal kuda dengan gerakan memutar yang relatif cepat. Material longsoran pada tipe ini berupa tanah yang terkumpul pada kaki lereng.
Tipe longsoran nendatan tanah tersebut terdapat pada satuan lahan Tomw- II-KLaCKmr Li-Tg
di Desa Watupatok. Parameter yang mempengaruhi longsoran tipe ini pada umumnya yaitu lereng yang landai sampai dengan agak
curam, curah hujan yang sedang hingga tinggi dan jenis vegetasi berupa rumput- rumputan dengan perakaran serabut. Selain itu penggunaan lahan tegalan yang
didominasi dengan vegetasi semusim seperti jagung, ketela dan sayuran yang ditanam berbaris searah kemiringan lereng mempercepat erosi permukaan yang
memicu longsoran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini.
Gambar 26. Tipe Longsoran Nendatan Tanah Desa Watupatok
commit to user 86
Faktor yang mendominasi tipe longsoran nendatan tanah pada gambar tersebut adalah vegetasi berupa rumput yang ditanam berbaris searah kemiringan
lereng. Vegetasi dominan yang berupa kunyit dapat mengurangi kemantapan lereng sebab akarnya yang merupakan akar serabut tidak mampu menahan
material-material yang mengalir ketika musim hujan tiba, sehingga memudahkan terjadinya penggerusan-penggerusan tanah dan mempercepat terjadinya longsor.
Risiko pada titik longsoran di Desa Watupatok ini dimungkinkan kecil atau tidak ada, karena potensi dari tipe longsoran ini untuk merusak atau memberikan
dampak terhadap lingkungan disekitarnya adalah kecil. Persebaran Tingkat Bahaya Longsor Rendah ini terdapat pada 12 satuan
lahan yaitu Tomw-III-Li-Tg, Tomw-III-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-II-Li-Tg, Tomw-II-Li-Pmk, Tomw-II-Li-Sw, Tomw-II-Li-Kb, Tomw-II-KLaCKmr Li-
Tg, Tomw-II-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-II-KLaCKmr Li-Kb, Tomi an-II- KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk
dan Tomi an-II- KLaCKmr Li-Kb yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas
353,9 Ha 14,4, Desa Ploso dengan luas 329,6 Ha 13,8, Desa Tahunan dengan luas 343,5 Ha 13,9, Desa Kledung dengan luas 251,5 Ha 10,2,
Desa Watupatok dengan luas 340,5 Ha 13,8, Desa Tumpuk dengan luas 465,1 Ha 18,9, Desa Bandar dengan luas 109,4 Ha 4,4 dan Desa Bangunsari
260,3 Ha 10,6. b.
Tingkat Bahaya Longsor Sedang S Daerah dengan Tingkat Bahaya Longsor Sedang adalah daerah yang
mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan massa. Pada kelas ini dapat terjadi gerakan massa berdimensi kecil sampai dengan besar, terutama pada
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai atau tebing jalan. Gerakan massa yang lama dapat aktif kembali terutama disebabkan oleh curah hujan yang tinggi
dan erosi yang kuat. Daerah ini mempunyai topografi bergelombang sampai perbukitan dengan kemiringan lereng 22,2
– 42,2. Tingkat Bahaya Longsor ini sebagian besar dijumpai pada penggunaan lahan permukiman, sawah, tegalan
berteras dan kebun campuran berteras hampir sama dengan Tingkat Bahaya Longsor pada kategori rendah. Pada kelas atau kategori bahaya longsor sedang ini
commit to user 87
longsoran sudah mulai tampak atau terjadi tapi masih dalam skala yang relatif wajar dan belum dianggap membahayakan. Selain dipicu oleh lereng yang mulai
curam dan curah hujan yang relatif sedang hingga tinggi, penggunaan lahan, kedalaman pelapukan serta parameter pemicu lain juga berpengaruh terhadap
terjadinya longsor pada kelas sedang ini. Pelapukan batuan yang terjadi umumnya sedang hingga dalam sehingga sudah mulai mengurangi daya dukung lereng yang
ada, hal tersebut karena curah hujan yang semakin intensif sehingga semakin mengikis batuan-batuan yang ada dan mempercepat terjadinya pelapukan batuan.
Biasanya longsor yang terjadi pada kelas ini adalah tipe longsoran nendatan dengan material berupa tanah yang mengumpul di kaki lereng dimana longsor
terjadi. Kelas TBL sedang ini termasuk dalam daerah waspada yaitu daerah dimana gerakan tanah atau longsor pernah terjadi tetapi tidak setiap tahun. Hampir
sama dengan kelas TBL pada kelas rendah, tipe longsor yang dapat dijumpai di lapangan pada kelas sedang ini adalah tipe longsor nendatan
slump
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 27 di bawah ini.
Gambar 27. Tipe Longsoran Nendatan Tanah Desa Kledung Tipe longsoran nendatan tanah pada gambar 27 di atas terdapat pada
satuan lahan Tomw-III-KLaCKmr Li-Tg di Desa Kledung. Penggunaan lahan
berupa tegalan dengan vegetasi dominan ketela pohon. Lereng yang agak curam menjadi faktor utama tipe longsoran ini, selain itu vegetasi rumput-rumputan
commit to user 88
dengan jenis perakaran serabut kurang mampu mengikat dan menahan tanah sehingga tanah akan mudah mengalami longsoran. Di bagian atas lereng lahan
belum mengalami olahan, yang tampak vegetasi rumput-rumputan dan sedikit tanaman keras sehingga titik longsor nendatan tanah di Desa Kledung ini
kemungkinan tidak memiliki risiko tinggi apabila suatu saat terjadi kembali longsoran serupa pada titik longsoran lama. Dalam mempermudah memahami
terjadinya tipe longsoran nendatan ini dapat digambarkan pada sketsa gambar 28 sebagai berikut.
Gambar 28. Sketsa Tipe Longsoran Nendatan Persebaran Tingkat Bahaya Longsor Sedang ini terdapat pada 12 satuan
lahan yaitu Tomw-IV-Li-Tg, Tomw-IV-Li-Pmk, Tomw-IV-Li-Kb, Tomw-IV- KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-III-Li-Sw, Tomw-III-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-
III-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-III-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-III-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-II-KLaCKmr Li-Sw, Tomi an-IV-Li-Kb dan Tomi an-II-
KLaCKmr Li-Sw yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 417,1 Ha 13,1, Desa Ploso dengan luas 610,2 Ha 19,2, Desa Tahunan
dengan luas 392,2 Ha 12,3, Desa Kledung dengan luas 270,9 Ha 8,6, Desa Watupatok dengan luas 560,1 Ha 17,8, Desa Tumpuk dengan luas 477,6 Ha
15,2, Desa Bandar dengan luas 193,6 Ha 6,2 dan Desa Bangunsari 241,7 Ha 7,6.
c. Tingkat Bahaya Longsor Tinggi T
Daerah dengan Tingkat Bahaya Longsor Tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi yang tinggi untuk terjadi gerakan massa. Pada kelas ini sering
commit to user 89
terjadi gerakan massa, baik gerakan massa lama maupun gerakan massa baru. Daerah ini mempunyai topografi bergelombang sampai perbukitan dengan
kemiringan lereng 42,2 – 68,9. Tingkat Bahaya Longsor ini sebagian besar
dijumpai pada penggunaan lahan permukiman, tegal dan kebun campuran tak berteras. Umumnya pada kelas bahaya longsor tinggi ini, faktor terjal dan
miringnya lereng menjadi pemicu utama terjadinya gerakan massa tanah. Pada kelas ini bahaya longsor yang terjadi selain dipicu oleh lereng yang curam, juga
adanya curah hujan yang tinggi dan penggunaan lahan yang ada di tempat tersebut. Disamping itu kedalaman pelapukan yang sedang hingga dalam juga
mempercepat proses terjadinya longsoran ini. Hal tersebut dikarenakan jenis batuan yang ada mudah terkikis sehingga mempercepat pelapukan dan daya
dukung terhadap lereng menjadi berkurang. Kelas TBL ini termasuk pada daerah kritis yaitu daerah yang sering dilanda gerakan tanah yang mengakibatkan
longsoran dalam skala yang relatif besar dan terjadi hampir setiap tahun saat musim penghujan tiba. Di daerah penelitian kelas longsor ini biasanya
ditunjukkan dengan adanya tipe longsor runtuhan material campuran hingga tipe longsor jatuhan batu sedang. Oleh sebab itu, daerah tersebut perlu di pantau secara
intensif dan diberikan peringatan dini agar penduduk sekitar lebih waspada untuk menghindari terjadinya korban jiwa. Pada kelas TBL tinggi ini, tipe longsor yang
dapat dijumpai di lapangan adalah tipe runtuhan material campuran
debris fall
. Tipe runtuhan material campuran sering diketahui melalui ciri fisik yang
bisa diamati di lapangan berupa jejak longsoran yang telah terjadi. Tipe ini terjadi pada lereng yang cukup curam sampai dengan sangat curam, tanah dan atau
material lain jatuh bebas dari ketinggian tertentu karena gaya gravitasi dengan sifat gerakan sangat cepat, gerakannya berupa meluncur, meloncat atau
menggelinding. Dikutip dari Dibyosaputro 1992: 30
debris fall
yaitu guguran batuan dan atau tanah pada permukaan tanah yang mempunyai lereng sangat
curam. Di daerah penelitian tipe longsorlahan runtuhan material campuran ini
banyak ditemui pada tebing-tebing di tepi jalan daerah penelitian. Tipe ini terdapat pada satuan lahan Tomw-V-Li-Kb di Desa Gemaharjo dan Tomw-IV-
commit to user 90
KLaCKmr Li-Tg di Desa Tahunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 29 dan 30 berikut ini.
Gambar 29. Tipe Longsoran Runtuhan Material Campuran di Desa Gemaharjo
Gambar 30. Tipe Longsoran Runtuhan Material Campuran di Desa Tahunan Tipe longsoran pada gambar 29 diatas terdapat pada satuan lahan Tomw-
V-Li-Kb di Desa Gemaharjo. Material yang dilongsorkan ini berupa tanah. Intensitas curah hujan yang sedang hingga tinggi, vegetasi yang didominasi oleh
rumput dengan perakaran serabut, dan lereng yang sangat curam menjadi parameter yang utama untuk tipe longsoran ini. Penggunaan lahan pada satuan
commit to user 91
lahan ini merupakan tegalan tak berteras yang ditanami tanaman berupa kunyit dan jagung yang disekelilingnya terdapat banyak vegetasi rumput dengan pekaran
serabut, sehingga dapat mengurangi daya dukung lereng terhadap aliran material di waktu musim hujan. Oleh sebab itu dengan berkurangnya daya dukung lereng
maka mempercepat terjadinya longsoran pada daerah tersebut, yang dimungkinkan luasannya akan semakin bertambah. Kejadian tersebut
dikhawatirkan akan dapat merusak infrastruktur jalan yang ada dibawahnya atau bahkan akan memakan korban jiwa, mengingat jalan dibawahnya merupakan jalan
lintas kabupaten. Tipe longsoran pada gambar 30 diatas terdapat pada satuan lahan Tomw-
IV-KLaCKmr Li-Tg di Desa Tahunan. Material yang dilongsorkan pada tipe longsor runtuhan material campuran ini berupa tanah, batu dan pasir. Lokasi
longsoran ini berada pada tebing jalan jalur lintas kecamatan. Jika dibandingkan dengan longsor yang berada di Desa Gemaharjo, longsoran ini lebih sedikit
dimungkinkan memakan korban jiwa sebab letaknya yang jauh dari permukiman dan jalanan ini tidak banyak dilalui orang karena kondisi jalan yang tidak terlalu
baik. Dalam mempermudah memahami terjadinya tipe longsoran runtuhan material campuran ini dapat digambarkan pada sketsa gambar 31 sebagai berikut.
Gambar 31. Sketsa Tipe Longsoran Runtuhan Material Campuran Persebaran Tingkat Bahaya Longsor Tinggi ini terdapat pada 16 satuan
lahan yaitu Tomw-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-IV-
KLaCKmr Li-Sw, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-V-Li-Pmk, Tomi
commit to user 92
an-V-Li-Pmk, Tomi an-V-Li-Kb, Tomw-V-Li-Kb, Tomi an-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw,
Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk dan Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 1646,3 Ha 57,21, Desa
Ploso dengan luas 276,8 Ha 9,62, Desa Tahunan dengan luas 487,9 Ha 16,96, Desa Tumpuk dengan luas 0,8 Ha 0,02, Desa Watupatok dengan
luas 4,1 Ha 0,14, Desa Bangunsari dengan luas 4,1 Ha 0,14, Desa Wates dengan luas 140,9 Ha 4,89 dan Desa Tugurejo 316,2 Ha 11,02.
d. Tingkat Bahaya Longsor Sangat Tinggi ST
Daerah dengan Tingkat Bahaya Longsor Sangat Tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk terjadi gerakan massa. Pada kelas ini
gerakan massa relatif sangat sering terjadi di setiap tahun saat musim penghujan tiba dengan intensitas longsor yang berbeda-beda, tapi umumnya dalam skala
besar hingga sangat besar. Hampir sama pada kelas TBL tinggi, daerah ini memiliki relief perbukitan dengan kemiringan lereng 68,9 yang termasuk
dalam daerah sangat kritis. Tingkat Bahaya Longsor ini sebagian besar dijumpai pada penggunaan lahan tegal dan kebun campuran tak berteras. Faktor pemicu
longsor pada kelas ini utamanya adalah lereng yang sangat curam dan sangat terjal diikuti curah hujan dengan intensitas yang tinggi dan terus menerus. Disamping
itu kedalaman pelapukan yang sangat dalam juga mempercepat terjadinya longsoran karena kurang mampu menopang lereng yang ada. Pada kelas TBL
tinggi ini, tipe longsor yang dapat dijumpai di lapangan adalah tipe jatuhan batu
rock fall
. Jatuhan adalah gerak bebas material yang berasal dari lereng curam seperti
bukit. Tipe ini memiliki asal kata jatuh, yang membedakan dengan tipe lain adalah keadaan dimana material jatuh bebas dari lereng mengalami tumbukan
berulang dengan lereng yang berada dibawahnya dengan kecepatan tinggi. Lebih mudahnya adalah adanya sebuah pecahan batuan yang jatuh dari sebuah lereng
yang menggelinding dan menerjang serta merusakkan apa saja yang dilewatinya. Diantara tipe jatuhan ini adalah bukit curam, dimana bukit curam tersusun oleh
batuan bersifat getas yang mengalami erosi gelombang laut pada bagian
commit to user 93
bawahnya yang menyebabkan terjadinya jatuhan. Perhatikan retakan pada permukaan atasnya yang merupakan gejala sebelum terjadi jatuhan. Tipe
longsoran jatuhan ini juga harus diwaspadai pada daerah pemukiman yang berada dibawah lereng yang memiliki batu-batu besar dan terpisah-pisah. Antisipasi yang
dapat dilakukuan adalah membangun pagar-pagar kawat, atau dengan mengikat batu yang membahayakan tersebut.
Daerah penelitian yang terdapat tipe longsoran jatuhan batu
rock fall
ini sering ditemui pada tebing-tebing di tepi jalan daerah penelitian. Tipe ini terdapat
pada satuan lahan Tomi an-V-KLaCKmr Li-Tg di tebing jalan Desa Gemaharjo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 32.
Gambar 32. Tipe Longsoran Jatuhan Batu di Desa Gemaharjo Tipe longsoran ini terdapat pada satuan lahan Tomi an-V-KLaCKmr
Li-Tg di Desa Gemaharjo. Longsoran ini terjadi pada tebing di tepi jalan yang merupakan jalan lintas kabupaten. Kejadian longsor untuk tipe longsor jatuhan
batu ini cukup membahayakan, karena material yang dilongsorkan berupa batuan- batuan besar. Terjadinya longsor ini selain karena adanya curah hujan yang cukup
tinggi juga dikarenakan faktor lereng yang sangat curam sehingga menyebabkan vegetasi yang berada di atasnya menjadi miring. Hal tersebut juga tidak terlepas
dari adanya gaya gravitasi bumi dan kemantapan struktur lereng itu sendiri serta dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah yang ada di daerah tersebut, walaupun
commit to user 94
jenis vegetasi yang ada merupakan vegetasi tanaman keras dengan perakaran yang kuat. Dalam mempermudah memahami terjadinya tipe longsoran jatuhan batu ini
dapat digambarkan pada sketsa gambar 33 sebagai berikut.
Gambar 33. Sketsa Tipe Longsoran Jatuhan Batu Persebaran Tingkat Bahaya Longsor Sangat Tinggi ini terdapat pada 4
satuan lahan yaitu Tomw-V-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-V-KLaCKmr Li-Sw, Tomi an-V-KLaCKmr Li-Tg dan Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb yang berada
di 2 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 6,1 Ha 18,8 dan Desa Ploso dengan luas 26,4 Ha 81,2.
Melihat hasil dari ke empat kelas bahaya longsor tersebut diatas, maka kelas dengan bahaya longsor sedang lebih mendominasi dibanding dengan kelas-
kelas yang lain. Pada dasarnya daerah-daerah yang berada di DAS Grindulu hulu sebenarnya banyak yang berpotensi untuk terjadi longsor dalam skala besar. Hal
tersebut dilihat dari daya dukung lereng yang sudah mulai tidak stabil karena beratnya erosi yang terjadi dan didukung dengan adanya curah hujan yang relatif
tinggi. Akan tetapi hasil yang diperoleh dari pengamatan lapangan mengenai karakteristik lahan serta pengamatan faktor pemicu longsoran dan pengambilan
sampel tanah, hanya hampir mendekati fakta yang terjadi. Semua hal tersebut tidak terlepas dari faktor
human
yang belum ahli dan masih mungkin melakukan kesalahan, sehingga hasil yang diperoleh belum sempurna.
Berdasarkan ke empat hasil analisis dari Tingkat Bahaya Longsor tersebut, maka persebarannya dapat dilihat dalam peta 7. sebagai berikut.
commit to user 95
Peta 7. Tingkat Bahaya Longsor DAS Grindulu Hulu
commit to user 96
3. Tingkat Kerentanan dan Risiko Longsor
a. Tingkat Kerentanan Longsor
Kapasitas adalah sumberdaya, cara dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang, masyarakat atau negara yang memungkinkan untuk menanggulangi,
mempertahankan diri, mempersiapkan diri, mencegah dan memitigasi atau dengan cepat memulihkan diri dari suatu bencana. Adapun kerentanan adalah sekelompok
kondisi yang ada dan melekat pada diri seseorang, masyarakat atau negara baik bersifat fisik, ekonomis, sosial dan perilaku yang berpengaruh melemahkan
kemampuan dari suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak dari suatu bencana Suranto, 2008:40.
Konsep dasarnya adalah bahwa seseorang terlemah di dalam suatu komunitas mempunyai beberapa ketrampilan, sumberdaya, kekuatan dan
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dan bahkan sangat dimungkinkan untuk dapat menolong orang lain yang ada di sekitarnya. Kondisi lingkungan yang
berada di daerah rawan menyebabkan masyarakat berada pada kondisi yang rentan. Bencana terjadi ketika masyarakat tidak dapat mengatasi kerentanan
tersebut. Kerentanan menjadi tidak tertanggulangi karena kecepatan adaptasi masyarakat terhadap perubahan lingkungan sekitarnya yang meningkatkan
kerentanan jauh tertinggal dari kecepatan perubahan lingkungan itu sendiri. Adapun jenis kerentanan yang ada saat ini meliputi kerentanan fisikmaterial,
kapasitas sosialkelembagaan, dan kapasitas sikapmotivasi. Analisis kerentanan yang diakibatkan oleh kejadian longsor adalah analisis
yang memanfaatkan salah satu aspek kebencanaan yaitu berdasarkan pada pertimbangan Tingkat Bahaya Longsor TBL dikaitkan dengan aspek
kependudukan dimana sering timbul korban jiwa pada saat terjadinya longsoran. Dalam menentukan kelas kerentanan ini terlebih dahulu dilakukan
penghitungan terhadap jumlah penduduk yang dimungkinkan rentan terkena bahaya longsoran. Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan
penduduk pada masing-masing desa. Kemudian dilakukan pengkelasan terhadap masing-masing kelas kerentanan yang dalam hal ini hanya memfokuskan terhadap
korban jiwa atau lebih mengutamakan terhadap aspek kependudukannya saja.
commit to user 97
Penduduk di daerah penelitian sebagian besar menempati rumah-rumah yang membentuk permukiman dengan pola mengelompok pada dataran rendah,
yang umumnya merupakan pusat-pusat desa atau kecamatan ataupun membentuk pola memanjang dan tersebar sepanjang jalan penghubung antara pusat-pusat desa
atau kecamatan serta menyebar pada lereng-lereng kaki perbukitan. Jenis bangunan perumahan di daerah penelitian adalah permanen, semi
permanen dan kayu bambu. Disekitar pusat-pusat desa atau kecamatan dan sepanjang jalan utama penghubung antar desa kecamatan rumah-rumah penduduk
umumnya bersifat permanen, bahkan pada daerah-daerah dengan topografi yang terjal cukup banyak bangunan-bangunan perumahan dibangun dengan konstruksi
tembok atau setengah tembok. Adapun bangunan dengan konstruksi kayu bambu banyak terdapat di daerah pedalaman.
Setelah mengetahui kondisi tersebut maka kepadatan penduduk setiap desa di daerah penelitian dapat dihitung melalui data sekunder dari BPS Kabupaten
Pacitan dan Kabupaten Ponorogo. Untuk keperluan analisis tingkat kerentanan dan risiko, data kepadatan penduduk tersebut dilakukan pengkelasan dalam 3
tiga rentang kelas yaitu sebagai berikut:
km
2
sehingga diperoleh kelas kepadatan penduduk tiap permukiman yaitu: - Kelas kepadatan rendah= kepadatan 251
– 345 - Kelas kepadatan sedang= kepadatan 346
– 439 - Kelas kepadatan tinggi = kepadatan 440
– 534 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 22. sebagai berikut.
commit to user 98
Tabel 22. Kepadatan Penduduk DAS Grindulu Hulu
No Kabupaten
Kecamatan Desa
Luas km
2
Jumlah Penduduk
jiwa Kepadatan
Penduduk jiwa km
2
Kelas Kepadatan
1. Pacitan
Tegalombo Gemaharjo
14,48 6095
421 Sedang
Ploso 18,37
5786 315
Rendah Tahunan
11,09 3756
339 Rendah
Bandar Bandar
17,9 9555
534 Tinggi
Bangunsari 11,8
4863 412
Sedang Kledung
12,6 3354
266 Rendah
Tumpuk 11,3
4831 428
Sedang Watupatok
12,4 4013
324 Rendah
2. Ponorogo
Slahung Wates
8,31 2088
251 Rendah
Tugurejo 7,79
2245 288
Rendah
Sumber
: - BPS Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo, 2009 - Hasil Analisis Data
Disamping ditunjukkan melalui tabel kepadatan penduduk tersebut di atas, kepadatan penduduk pada masing-masing desa dapat disajikan melalui peta
kepadatan penduduk yang tersaji pada peta 8. sebagai berikut.
commit to user 99
Peta 8. Kepadatan Penduduk DAS Grindulu Hulu
commit to user 100
Berdasarkan perhitungan kepadatan penduduk, maka dapat diperoleh tingkat kerentanan setiap satuan lahan yang berada pada masing-masing desa yang
ada di DAS Grindulu hulu. Tingkat kerentanan longsor disini dihasilkan melalui tingkat kepadatan penduduk dan dikorelasikan berdasarkan kelas Tingkat Bahaya
Longsor pada masing-masing satuan lahan yang sudah dihitung, dimana akan menunjukkan rentan atau terpengaruh terhadap timbulnya bahaya longsor dalam
hal ini adalah penduduk sebagai korban jiwa. Untuk kelas kerentanannya sendiri dibagi menjadi 3 tiga yaitu kelas kerentanan tidak rentan, rentan dan sangat
rentan. Adapun penjelasan masing-masing kelas kerentanan dan persebaran pada setiap satuan lahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Tingkat Kerentanan Longsor Tidak Rentan
Daerah dengan Tingkat Kerentanan Longsor Tidak Rentan merupakan daerah yang memiliki kerentanan terpengaruh rendah atau tidak rentan terhadap
terjadinya bencana longsor. Pada kelas ini tingkat kepadatan penduduk rendah dan Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi antara rendah hingga sedang. Sementara itu
pada kelas ini kemampuan atau kapasitas masyarakat cukup tinggi, sehingga mampu mengurangi kerentanan terhadap bencana longsor yang terjadi.
Persebaran kelas kerentanan longsor tidak rentan terdapat pada 16 satuan lahan yaitu Tomw-IV-Li-Tg, Tomw-III-Li-Tg, Tomw-III-Li-Sw, Tomw-III-
KLaCKmr Li-Tg, Tomw-III-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-III-KLaCKmr Li- Sm, Tomw-III-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-III-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-II-
Li-Tg, Tomw-II-Li-Sw, Tomw-II-Li-Pmk, Tomw-II-Li-Pmk, Tomi an-II- KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk dan Tomi an-II-
KLaCKmr Li-Kb yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 259,7 Ha 5,6, Desa Ploso dengan luas 839,9 Ha 18,3, Desa Tahunan
dengan luas 626,7 Ha 13,6, Desa Kledung dengan luas 704,6 Ha 15,3, Desa Watupatok dengan luas 689,5 Ha 14,9, Desa Tumpuk dengan luas 691,9
Ha 15,1, Desa Bandar dengan luas 363,1 Ha 7,9 dan Desa Bangunsari 426,7 Ha 9,3.
commit to user 101
2 Tingkat Kerentanan Longsor Rentan
Daerah dengan Tingkat Kerentanan Longsor Sedang merupakan daerah yang memiliki kerentanan terpengaruh sedang terhadap terjadinya bencana
longsor. Pada kelas ini tingkat kepadatan penduduk sedang dan Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi adalah sedang. Sementara itu pada kelas ini kemampuan atau
kapasitas masyarakat tidak terlalu tinggi sedang, sehingga kemampuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana longsor yang terjadi tidak terlalu tinggi
pula sedang. Persebaran kelas kerentanan longsor rentan terdapat pada 10 satuan lahan
yaitu Tomw-IV-Li-Pmk, Tomw-IV-Li-Kb, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-V-Li-Pmk, Tomw-II-Li-Kb, Tomw-II-
KLaCKmr Li-Sw, Tomw-II-KLaCKmr Li-Pmk, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk dan Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw
yang berada di 10 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 327,1 Ha 15,7, Desa Ploso dengan luas 400,9 Ha
19,2, Desa Tahunan dengan luas 323,1Ha 15,5, Desa Kledung dengan luas 207,4 Ha 9,9, Desa Watupatok dengan luas 124,3 Ha 5,9, Desa Tumpuk
dengan luas 153,1 Ha 7,3, Desa Bandar dengan luas 214,8 Ha 10,3, Desa Bangunsari 314,7 Ha 15,1, Desa Wates dengan luas 10,6 Ha 0,5 dan Desa
Tugurejo dengan luas 10,9Ha 0,6. 3
Tingkat Kerentanan Longsor Sangat Rentan Daerah dengan Tingkat Kerentanan Longsor Tinggi merupakan daerah
yang memiliki kerentanan terpengaruh tinggi atau rentan terhadap terjadinya bencana longsor. Pada kelas ini tingkat kepadatan penduduk sedang hingga tinggi
dan Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi adalah tinggi hingga sangat tinggi. Sementara itu pada kelas ini kemampuan atau kapasitas masyarakat rendah,
sehingga kemampuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana longsor yang terjadi adalah rendah dan bukan tidak mungkin menimbulkan risiko yang
tinggi. Persebaran kelas kerentanan longsor sangat rentan terdapat pada 18 satuan
lahan yaitu Tomw-V-Li-Kb, Tomw-V-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-V-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-IV-Li-Sw, Tomw-IV-KLaCKmr
commit to user 102
Li-Tg, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Kb, Tomi an-V-Li-Pmk, Tomi an-V-Li-Kb, Tomi an-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomi
an-V-KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-IV-Li-Kb, Tomi an-IV-KLaCKmr Li- Tg, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb,
Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm dan Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb yang berada di 6
desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 492,3 Ha 30,1, Desa Ploso dengan luas 376,7 Ha 23,1, Desa Tahunan dengan luas 328,5 Ha 20,1, Desa
Bangunsari dengan luas 4,1 Ha 0,2, Desa Wates dengan luas 130,2 Ha 7,9 dan Desa Tugurejo 304,1 Ha 18,6.
Berdasarkan analisis Tingkat Kerentanan Longsor tersebut, maka persebarannya dapat dilihat dalam peta 9. sebagai berikut.
commit to user 103
Peta 9. Tingkat Kerentanan Longsor DAS Grindulu Hulu
commit to user 104
b. Tingkat Risiko Longsor
Tingkat risiko longsor dapat ditunjukkan oleh nilai risiko totalnya. Risiko total longsor adalah nilai yang menggambarkan tingkat risiko total dan jumlah
kerugian jiwa yang disebabkan oleh kejadian longsor. Penentuan tingkat risiko longsor didasari oleh keterkaitan antara tingkat bahaya dan tingkat kerentanan
dengan kemungkinan besarnya kerugian yang berupa korban jiwa. Korban jiwa disini dilihat berdasarkan kepadatan penduduk pada setiap desa. Dengan demikian
dapat diperoleh tingkat risiko pada saat terjadi bencana longsor. Tingkat Risiko ini ditentukan berdasarkan pembuatan matrik pada tabel 23. sebagai berikut.
Tabel 23. Hubungan Tingkat Kerentanan dan Tingkat Bahaya Longsor
TBL TKL
R S
T ST
TRt RTRt RTRt
SRt SRt
Rt RTRt
SRt TSRt TSRt
SRt SRt
SRt TSRt TSRt
Keterangan : R
: Rendah Rt
: Rentan S : Sedang
T : Tinggi TRt : Tidak Rentan
SRt : Sangat Rentan ST : Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 23 tersebut diatas hubungan antara Tingkat Bahaya Longsor dan Tingkat Kerentanan Longsor menghasilkan tiga kelas Tingkat Risiko
Longsor yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pembagian kelas pada Tingkat Risiko Longsor ini tidak mengacu pada matrik hubungan antara Tingkat Bahaya Longsor
dan Tingkat Kerentanan Longsor yang ada tersebut, akan tetapi tidak merubah hasil dari matrik yang ada. Untuk pembagian kelas risikonya adalah sebagai
berikut: 1
Tingkat Risiko Longsor Rendah Daerah yang memiliki kemungkinan terkena dampak rendah atas bencana
longsor yang terjadi. Berdasarkan keterkaitan antara Tingkat Bahaya Longsor
commit to user 105
dengan Tingkat Kerentanan Longsor, maka daerah ini memiliki beberapa kemungkinan, yaitu apabila Tingkat Bahaya Longsor rendah dan Tingkat
Kerentanan Longsor tidak rentan maka Tingkat Risiko Longsor rendah, jika Tingkat Bahaya Longsor rendah dan Tingkat Kerentanan Longsor rentan maka
Tingkat Risiko Longsor rendah, dan berikutnya jika Tingkat Bahaya Longsor sedang dan Tingkat Kerentanan Longsor tidak rentan maka Tingkat Risiko
Longsor rendah. Persebaran tingkat risiko longsor rendah terdapat pada 17 satuan lahan
yaitu
Tomw-IV-Li-Tg, Tomw-III-Li-Tg, Tomw-III-Li-Sw, Tomw-III-KLaCKmr Li- Tg, Tomw-III-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-III-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-III-KLaCKmr
Li-Pmk, Tomw-III-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-II-Li-Tg, Tomw-II-Li-Sw, Tomw-II- Li-Pmk, Tomw-II-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-II-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-II-
KLaCKmr Li-Kb, Tomi an-II-KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-II-KLaCKmr Li- Pmk dan Tomi an-II-KLaCKmr Li-Kb
yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 283,8 Ha 7,1, Desa Ploso dengan luas 1378,6 Ha
33,9, Desa Tahunan dengan luas 768,8 Ha 18,9, Desa Kledung dengan luas 564,9 Ha 13,9, Desa Watupatok dengan luas 389,9 Ha 9,6, Desa
Tumpuk dengan luas 186,7 Ha 4,6, Desa Bandar dengan luas 173,9 Ha 4,3 dan Desa Bangunsari 313,7 Ha 7,7.
2 Tingkat Risiko Longsor Sedang
Daerah yang memiliki kemungkinan terkena dampak sedang atas bencana longsor yang terjadi. Berdasarkan keterkaitan antara Tingkat Bahaya Longsor
dengan Tingkat Kerentanan Longsor, maka daerah ini memiliki beberapa kemungkinan, yaitu apabila Tingkat Bahaya Longsor sedang dan Tingkat
Kerentanan Longsor rentan maka Tingkat Risiko Longsor sedang, jika Tingkat Bahaya Longsor rendah dan Tingkat Kerentanan Longsor sangat rentan maka
Tingkat Risiko Longsor sedang, jika Tingkat Bahaya Longsor sedang dan Tingkat Kerentanan Longsor sangat rentan maka Tingkat Risiko Longsor sedang, jika
Tingkat Bahaya Longsor tinggi dan Tingkat Kerentanan Longsor tidak rentan maka Tingkat Risiko Longsor sedang, dan berikutnya jika Tingkat Bahaya
Longsor sangat tinggi dan Tingkat Kerentanan Longsor tidak rentan maka Tingkat
commit to user 106
Risiko Longsor sedang, dan jika Tingkat Bahaya Longsor sedang dan Tingkat Kerentanan Longsor sangat rentan maka Tingkat Risiko Longsor sedang.
Persebaran tingkat risiko longsor sedang terdapat pada 6 satuan lahan yaitu
Tomw-IV-Li-Pmk, Tomw-IV-Li-Kb, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-II- KLaCKmr Li-Sw, Tomi an-IV-Li-Kb dan Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw
yang berada di 8 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 184,3 Ha 9,4, Desa Ploso
dengan luas 227,9 Ha 11,5, Desa Tahunan dengan luas 252,2 Ha 12,8, Desa Kledung dengan luas 213,2 Ha 10,8, Desa Watupatok dengan luas 363,2
Ha 18,4, Desa Tumpuk dengan luas 467,1 Ha 23,6, Desa Bandar dengan luas 142,9 Ha 7,2 dan Desa Bangunsari 124,3 Ha 6,3.
3 Tingkat Risiko Longsor Tinggi
Daerah yang memiliki kemungkinan terkena dampak tinggi atas bencana longsor yang terjadi. Berdasarkan keterkaitan antara Tingkat Bahaya Longsor
dengan Tingkat Kerentanan Longsor, maka daerah ini memiliki beberapa kemungkinan, yaitu apabila Tingkat Bahaya Longsor tinggi dan Tingkat
Kerentanan Longsor rentan maka Tingkat Risiko Longsor tinggi, jika Tingkat Bahaya Longsor tinggi dan Tingkat Kerentanan Longsor sangat rentan maka
Tingkat Risiko Longsor tinggi, jika Tingkat Bahaya Longsor sangat tinggi dan Tingkat Kerentanan Longsor rentan maka Tingkat Risiko Longsor tinggi dan
berikutnya jika Tingkat Bahaya Longsor sangat tinggi dan Tingkat Kerentanan Longsor sangat rentan maka Tingkat Risiko Longsor tinggi.
Persebaran tingkat risiko longsor tinggi terdapat pada 21 satuan lahan yaitu
Tomw-V-Li-Kb, Tomw-V-KLaCKmr Li-Tg, Tomw-V-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-IV-Li-Sw, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Tg,
Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sw, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sm, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk, Tomw-IV-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-V-Li-Pmk, Tomi an-V-Li-Pmk, Tomi
an-V-Li-Kb, Tomi an-V-KLaCKmr Li-Pmk, Tomi an-V-KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Tg, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw, Tomi an-IV-
KLaCKmr Li-Pmk, Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb, Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm dan Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb
yang berada di 7 desa yaitu Desa Gemaharjo dengan luas 699,5 Ha 40,9, Desa Ploso dengan luas 221,3 Ha 12,9, Desa
commit to user 107
Tahunan dengan luas 326,1 Ha 19,1, Desa Watupatok dengan luas 4,1 Ha 0,2, Desa Bangunsari dengan luas 4,1 Ha 0,2, Desa Wates dengan luas
138,3 Ha 8,1 dan Desa Tugurejo 316,3 Ha 18,6. Berdasarkan
analisis Tingkat
Risiko Longsor
tersebut, maka
persebarannya dapat dilihat dalam peta 10. sebagai berikut.
commit to user 108
Peta 10. Tingkat Risiko Longsor DAS Grindulu Hulu
commit to user 109
4. Penanganan Longsor dan Arahan Konservasi Lahan
Dalam melakukan penanganan dan penanggulangan longsor yang ada di DAS Grindulu hulu, perlu memperhatikan jenis atau tipe longsoran yang terjadi.
Hal tersebut mengingat bahwa dari masing-masing tipe longsor yang terjadi memiliki karakteristik tersendiri tergantung dari keadaan air, sifat fisik tanah atau
batuan, struktur geologi dan keadaan bentuk lereng daerah penelitian. Penanganan dan penanggulangan longsor yang terjadi di daerah penelitian
ini dihubungkan dengan arahan konservasi yang akan dilakukan terhadap Tingkat Bahaya Longsor di DAS Grindulu hulu. Oleh karena jenis penanganan dan
penanggulangan terhadap longsoran yang terjadi hampir sama dengan arahan konservasi yang dilakukan, maka untuk lebih efektifnya keduanya digabung
dalam satu bagian tanpa menghilangkan tujuan dalam penanganan bencana longsor yang terjadi di DAS Grindulu hulu.
Arahan konservasi lahan di daerah penelitian dilakukan pada masing- masing satuan lahan. Arahan konservasi yang diterapkan pada masing-masing
satuan lahan tidaklah mutlak, akan tetapi menyesuaikan kondisi yang telah diperhitungkan sebelumnya dalam hal ini adalah Tingkat Bahaya Longsor yang
terjadi serta parameter fisik lain yang mendukung dilakukannya arahan konservasi lahan.
Dalam menentukan arahan konservasi lahan ini, digunakan prioritas- prioritas penanganan dimana prioritas tersebut diukur berdasar Tingkat Bahaya
Longsor yang terjadi disamping melihat ke tiga parameter yang ada dalam tabel teknik konservasi secara vegetatif dan teknik dalam tabel 7 dan 8 BAB III:
Teknik Analisis Data serta berdasar penggunaan lahan pada masing-masing satuan lahan dan tipe longsoran yang terjadi di beberapa satuan lahan DAS
Grindulu hulu. Pada daerah penelitian terdapat 32 arahan konservasi lahan yang termasuk
ke dalam 44 satuan lahan yang dijabarkan ke dalam empat prioritas penanganan. Adapun arahan konservasi lahan pada setiap prioritas penanganan dapat disajikan
dalam tabel 24 adalah sebagai berikut:
Tabel 24. Arahan Konservasi Lahan DAS Grindulu Hulu
NO SL_ID
Satuan Lahan Kelas TBL
Kemiringan Lereng
Solum Tanah
cm Kedalaman
Tanah cm
Konservasi Vegetatif Konservasi Teknik
Kelompok Prioritas
1 Tomw-V-Li-Kb
Tinggi 68.9
27
20 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11,13 1 Prioritas I
2 Tomw-V-KLaCKmr Li-Tg
Sangat Tinggi 46.7
95
56 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,4,5,6,7,8,9,10,12,13
3 Prioritas I
3 Tomw-V-KLaCKmr Li-Sw
Sangat Tinggi 51.1
100
45 1,2,3,5,6,7
1,4,5,6,7,8,9,10,12 1 Prioritas II
4 Tomw-V-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 53.3
92
40 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
5 Tomw-IV-Li-Tg
Sedang 35.6
18
20 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 5,6,8,9,12
5 Prioritas II
6 Tomw-IV-Li-Sw
Tinggi 44.4
16
22 1,2,3,5,6,7
5,6,8,9,12 1 Prioritas III
7 Tomw-IV-Li-Pmk
Sedang 42.2
18
16 4,6,7,8,11,12
5,6,9,13,14 6 Prioritas II
8 Tomw-IV-Li-Kb
Sedang 40
16
20 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
5,6,8,9,10,11,13 10 Prioritas I
9 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Tg
Tinggi 37.8
92
50 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,3,4,5,6,8,9,10,12,13
5 Prioritas I
10 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sw
Tinggi 33.3
96
45 1,2,3,5,6,7
1,3,4,5,6,7,8,9 7 Prioritas II
11 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sm
Tinggi 40
80
58 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,7,8,9 9 Prioritas I
12 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk
Sedang 28.9
52
46 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
13 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Kb
Tinggi 33.3
60
55 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,8,9,10,11 7 Prioritas I
14 Tomw-III-Li-Tg
Rendah 22.2
17
24 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
5,6,7,8,9,12 2 Prioritas IV
15 Tomw-III-Li-Sw
Sedang 20
18
20 1,2,3,5,6,7
5,6,7,8,9,12 6 Prioritas III
16 Tomw-V-Li-Pmk
Tinggi 68.9
26
24 12
5,6,9,13,14 3 Prioritas II
17 Tomw-III-KLaCKmr Li-Tg
Sedang 22.2
45
48 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13
2 Prioritas III
18 Tomw-III-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 15.6
40
50 1,2,3,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7,8,9 4 Prioritas III
19 Tomw-III-KLaCKmr Li-Sm
Sedang 20
60
48 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,2,3,4,5,6,7,8,9 3 Prioritas III
20 Tomw-III-KLaCKmr Li-Pmk
Sedang 15.6
46
40 4,6,7,8,11,12
1,2,3,4,5,6,9,13,14 5 Prioritas III
21 Tomw-III-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 17.7
58
45 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,2,3,4,5,6,8,9,10,11 1 Prioritas IV
22 Tomw-II-Li-Tg
Rendah 13.3
26
25 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
5,6,7,8,9,12 2 Prioritas IV
23 Tomw-II-Li-Sw
Rendah 8.9
17
20 1,2,3,5,6,7
6,7,8,9,12 7 Prioritas IV
24 Tomw-II-Li-Pmk
Rendah 8.9
17
23 4,6,7,8,11,12
6,9,13,14 8 Prioritas IV
25 Tomw-II-Li-Kb
Rendah 11.1
18
25 2,3,6,12,13,14,15,16,17
5,6,7,8 6 Prioritas IV
26 Tomw-II-KLaCKmr Li-Tg
Rendah 13.3
46
50 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
2,3,5,6,7,8,9,12 3 Prioritas IV
27 Tomw-II-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 11.1
62
46 1,2,3,5,6,7
2,3,5,6,7,8,9 7 Prioritas III
28 Tomw-II-KLaCKmr Li-Pmk
Rendah 8.9
45
53 4,6,7,8,11,12
2,6,9,13,14 5 Prioritas IV
29 Tomw-II-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 13.3
40
40 2,3,6,12,13,14,15,16,17
2,3,5,6,7,8 4 Prioritas IV
30 Tomi an-V-Li-Pmk
Tinggi 71.1
28
20 12
5,6,9,13,14 3 Prioritas II
31 Tomi an-V-Li-Kb
Tinggi 68.9
27
24 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11,13 1 Prioritas I
32 Tomi an-V-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 66.7
94
45 12
6,9,13,14 4 Prioritas II
33 Tomi an-V-KLaCKmr Li-Tg
Sangat Tinggi 77.8
101
50 1,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,12,13 2 Prioritas I
34 Tomi an-IV-Li-Kb
Sedang 40
18
24 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
5,6,8,9,10,11,13 10 Prioritas I
35 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Tg
Tinggi 42.2
65
54 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,4,5,6,8,9,10,12,13
6 Prioritas I
36 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw
Tinggi 40
96
45 1,2,3,5,6,7
1,3,4,5,6,7,8,9 7 Prioritas II
37 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 37.8
92
50 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
38 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb
Tinggi 40
54
48 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,8,9,10,11 7 Prioritas I
39 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Tg
Rendah 13.3
40
50 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
2,3,5,6,7,8,9,12 3 Prioritas IV
40 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 11.1
54
40 1,2,3,5,6,7
2,3,5,6,7,8,9 7 Prioritas III
41 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk
Rendah 8.9
42
42 4,6,7,8,11,12
2,6,9,13,14 5 Prioritas IV
42 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 11.1
45
54 2,3,6,12,13,14,15,16,17
2,3,5,6,7,8 4 Prioritas IV
43 Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm
Tinggi 46.7
94
56 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,4,5,6,7,8,9 8 Prioritas I
44 Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb
Sangat Tinggi 71.1
98
50 12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11 4 Prioritas I
Sumber
: Hasil Analisis Data
commit to user 112
1. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan I Prioritas Penanganan I mempunyai luas 1700,9 Ha 22,6 dari
keseluruhan luas DAS Grindulu hulu. Satuan lahan yang termasuk prioritas ini ada 13 satuan lahan, dengan kelas TBL sedang hingga sangat tinggi, kemiringan
lereng curam hingga sangat curam, kedalaman solum dangkal hingga dalam dan kedalaman tanah sedang hingga dalam. Pada prioritas ini terdapat 10 kelompok
arahan konservasi lahan yang disajikan dalam tabel 25. sebagai berikut.
Tabel 25. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan I
NO SL_ID
Satuan Lahan Kelas TBL
Kemiringan Lereng
Solum Tanah
cm Kedalaman
Tanah cm
Konservasi Vegetatif Konservasi Teknik
Kelompok Prioritas
1 Tomw-V-Li-Kb
Tinggi 68.9
27
20 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11,13 1 Prioritas I
2 Tomw-V-KLaCKmr Li-Tg
Sangat Tinggi 46.7
95
56 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,4,5,6,7,8,9,10,12,13
3 Prioritas I
8 Tomw-IV-Li-Kb
Sedang 40
16
20 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
5,6,8,9,10,11,13 10 Prioritas I
9 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Tg
Tinggi 37.8
92
50 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,3,4,5,6,8,9,10,12,13
5 Prioritas I
11 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sm
Tinggi 40
80
58 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,7,8,9 9 Prioritas I
13 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Kb
Tinggi 33.3
60
55 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,8,9,10,11 7 Prioritas I
31 Tomi an-V-Li-Kb
Tinggi 68.9
27
24 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11,13 1 Prioritas I
33 Tomi an-V-KLaCKmr Li-Tg
Sangat Tinggi 77.8
101
50 1,12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,12,13 2 Prioritas I
34 Tomi an-IV-Li-Kb
Sedang 40
18
24 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
5,6,8,9,10,11,13 10 Prioritas I
35 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Tg
Tinggi 42.2
65
54 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,4,5,6,8,9,10,12,13
6 Prioritas I
38 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb
Tinggi 40
54
48 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,3,4,5,6,8,9,10,11 7 Prioritas I
43 Tomw-V-KLaCKmr Li-Sm
Tinggi 46.7
94
56 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,4,5,6,7,8,9 8 Prioritas I
44 Tomw-V-KLaCKmr Li-Kb
Sangat Tinggi 71.1
98
50 12,13,14,15,16,17
6,8,9,10,11 4 Prioritas I
Sumber
: Hasil Analisis Data
commit to user 114
Kelompok pertama dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V-Li-Kb yang bernomor 1, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam
68,9 dengan kedalaman solum tanah dangkal 27 cm dan kedalaman tanah 20 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah
Tomi an-V-Li-Kb yang bernomor 31, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam
68,9 dengan kedalaman solum tanah dangkal 27 cm dan kedalaman tanah 24 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah kebun, biasanya
berupa kebun campuran tanpa teras. Pada kedua satuan lahan ini Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi adalah tinggi, terutama pada satuan lahan nomor 1 terjadi
tipe longsor jatuhan batu yang skalanya cukup besar, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 1.
Mengingat penggunaan lahan yang berupa kebun dan biasanya berupa kebun campuran tanpa teras, jika tidak dilakukan arahan konservasi secara tepat dan
sesuai dengan letak satuan lahan tersebut serta kondisi lereng dan tanahnya, maka rawan menyebabkan bencana longsor.
Pada kelompok pertama ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman
menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan
sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan lindung; hutan kemasyarakatan; suaka alam dan hutan wisata, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas
dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali,
suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok pertama ini diarahkan pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman,
pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan, sumbat jurang
commit to user 115
termasuk
gully head structures
dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi kelompok pertama ini adalah:
I. T V2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17 T6,8,9,10,11,13
Kelompok kedua dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomi an-V- KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 33, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 77,8 dengan kedalaman solum tanah dalam 101 cm dan
kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa tegalan, umumnya tegalan yang tidak berteras. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi pada
satuan lahan ini adalah sangat tinggi, pada saat dilapangan dapat diketemukan tipe longsoran yang terjadi yaitu berupa runtuhan material campuran. Pada
penggunaan lahan seperti ini memang sangat rawan terjadi longsoran baik dalam skala besar atau sangat besar. Hal tersebut juga didukung dengan besar
kemiringan lereng yang sangat curam. Oleh sebab itu penting dilakukan arahan konservasi, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas
penanganan I dan kelompok 2. Pada kelompok kedua ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah,
penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon; rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Prioritas Penanganan Kelas TBL
Konservasi Vegetatif
Konservasi Teknik
commit to user 116
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kedua ini diarahkan pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan
bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan, kontrol banjir dan atau
perlindungan tepi sungai dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi kelompok ketiga ini adalah:
I. ST V1,12,13,14,15,16,17 T6,8,9,10,12,13
Kelompok ketiga dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V- KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 2, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 46,7 dengan kedalaman solum tanah dalam 95 cm dan
kedalaman tanah 56 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa tegalan, umumnya tegalan yang tidak berteras. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi pada
satuan lahan ini adalah sangat tinggi, namun pada saat dilapangan belum diketemukan tipe longsoran terjadi, akan tetapi jika diamati kondisi fisik yang ada
potensi terjadi longsor sangat tinggi, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 3.
Pada kelompok ketiga
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah; manjemen bahan organik
termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan produksi termasuk hutan produksi
terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah,
penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketiga ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras individu, teras gunung
atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman, rorak;
commit to user 117
mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan,
kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi kelompok kedua ini adalah:
I. ST V1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,4,5,6,7,8,9,10,12,13
Kelompok keempat dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V-
KLaCKmr Li-Kb yang bernomor 44, satuan lahan ini memiliki kemiringan
lereng sangat curam 71,1 dengan kedalaman solum tanah dalam 98 cm dan kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah kebun,
umumnya kebun campuran tanpa teras. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi pada satuan lahan ini adalah sangat tinggi, namun pada saat dilapangan belum
diketemukan tipe longsoran terjadi, akan tetapi jika diamati kondisi fisik yang ada potensi terjadi longsor sangat tinggi. Oleh karena itu perlu disarankan adanya
arahan konservasi yang tepat, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 4.
Pada kelompok keempat
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
agroforestri termasuk kebun campuran,kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman
pohon; rumput untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keempat ini diarahkan
pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo,
hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat dan vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun. Simbol arahan pada
konservasi kelompok keempat ini adalah:
I. ST V12,13,14,15,16,17 T6,8,9,10,11
Kelompok kelima dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-
KLaCKmr Li-Tg yang bernomor 9, satuan lahan ini memiliki kemiringan
lereng curam 37,8 dengan kedalaman solum tanah dalam 92 cm dan
commit to user 118
kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah kebun, umumnya kebun campuran tanpa teras. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi pada
satuan lahan ini adalah tinggi, namun pada saat dilapangan belum diketemukan tipe longsoran terjadi, akan tetapi jika diamati kondisi fisik yang ada potensi
terjadi longsor cukup tinggi, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 5.
Pada kelompok kelima
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah; manjemen bahan organik
termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan produksi termasuk hutan produksi
terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah,
penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kelima ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras bangku termasuk teras
bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran
pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk
dam pengendali dan dam penahan, kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi kelompok kelima
ini adalah:
I. T V1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,3,4,5,6,8,9,10,12,13
Kelompok keenam dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomi an-IV- KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 35, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 42,2 dengan kedalaman solum tanah sedang 65 cm dan
commit to user 119
kedalaman tanah 54 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa tegalan, umumnya tegalan yang tidak berteras. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi pada
satuan lahan ini adalah tinggi, pada saat dilapangan dapat diketemukan tipe longsoran yang terjadi yaitu berupa runtuhan material campuran. Pada
penggunaan lahan seperti ini memang sangat rawan terjadi longsoran dalam skala besar. Akan tetapi longsor yang terjadi tersebut masih bisa ditolerir dengan
beberapa penanganan, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 6.
Pada kelompok keenam
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah; manjemen bahan organik
termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan produksi termasuk hutan produksi
terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah,
penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keenam ini diarahkan pada pembuatan pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras
individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari
batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan, kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai dan perlindungan jalan. Simbol
arahan pada konservasi kelompok keenam ini adalah:
I. T V1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,4,5,6,8,9,10,12,13
Kelompok ketujuh dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV- KLaCKmr Li-Kb
yang bernomor 13, satuan lahan ini memiliki kemiringan
commit to user 120
lereng curam 33,3 dengan kedalaman solum tanah sedang 60 cm dan kedalaman tanah 55 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah
Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Kb yang bernomor 38, satuan lahan ini memiliki
kemiringan lereng curam 40 dengan kedalaman solum tanah sedang 54 cm dan kedalaman tanah 48 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini
adalah kebun, biasanya berupa kebun campuran tanpa teras. Pada kedua satuan lahan ini Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi adalah tinggi, namun pada saat
dilapangan belum diketemukan tipe longsoran terjadi, akan tetapi jika diamati kondisi fisik yang ada potensi terjadi longsor cukup tinggi, sehingga dimasukan
pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 7. Pada kelompok
ketujuh ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir;
pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, manjemen bahan
organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan lindung; hutan kemasyarakatan;
suaka alam dan hutan wisata, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan;
kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman
pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketujuh ini diarahkan
pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras
batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan
terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan dan sumbat jurang termasuk
gully head structures.
Simbol arahan pada konservasi kelompok ketujuh ini adalah:
commit to user 121
I. T V2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,3,4,5,6,8,9,10,11
Kelompok kedelapan dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V- KLaCKmr Li-Sm
yang bernomor 43, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 46,7 dengan kedalaman solum tanah dalam 94 cm dan
kedalaman tanah 56 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa semak, dimana dapat pula memicu terjadinya longsoran. Tingkat Bahaya Longsor yang
terjadi adalah tinggi, namun pada saat dilapangan belum diketemukan tipe longsoran terjadi, akan tetapi jika diamati kondisi fisik yang ada potensi terjadi
longsor cukup tinggi, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 8.
Pada kelompok kedelapan
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput,
penanaman penutup tanah, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun,
agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman
pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kedelapan ini diarahkan
pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa
tanaman, rorak; mulsa tanaman dan pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo. Simbol arahan pada konservasi
kelompok kedelapan ini adalah:
I.T V1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17 T1,4,5,6,7,8,9
Kelompok kesembilan dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV- KLaCKmr Li-Sm
yang bernomor 11, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 40 dengan kedalaman solum tanah dalam 80 cm dan
commit to user 122
kedalaman tanah 58 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa semak. Jika dibandingkan dengan kelompok sebelumnya yang penggunaan lahannya
sama-sama semak, arahan konservasi yang diberikan pada kelompok ini berbeda mengingat kemiringan lerengnya yang ada pada kelas curam dan solumnya pada
kelas sedang, jadi potensi timbulnya longsoran lebih rendah dari kelompok sebelumnya, sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas
penanganan I dan kelompok 9. Pada kelompok
kesembilan ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip
pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan
hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali,
suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kesembilan ini diarahkan pada pembuatan pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras
bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau
saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman, rorak; mulsa tanaman dan pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan
dari batu atau bamboo. Simbol arahan pada konservasi kelompok kesembilan ini adalah:
I.T V1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17 T1,3,4,5,6,7,8,9
Kelompok kesepuluh sekaligus kelompok terakhir dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-Li-Kb
yang bernomor 8, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 40 dengan kedalaman solum tanah dangkal 16 cm
dan kedalaman tanah 20 cm. Satuan lahan yang kedua pada kelompok ini adalah Tomi an-IV-Li-Kb
yang bernomor 34, satuan lahan ini memiliki kemiringan
commit to user 123
lereng curam 40 dengan kedalaman solum tanah dangkal 18 cm dan kedalaman tanah 24 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah
kebun, biasanya berupa kebun campuran tanpa teras. Tingkat Bahaya Longsor pada kelompok ini adalah sedang. Kedua satuan lahan ini dimasukkan pada
kelompok terakhir dalam prioritas ini karena penggunaan lahan yang berupa kebun campuran tanpa teras ini berpotensi tinggi memicu terjadinya, walaupun
kedalaman solumnya dangkal. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kelompok- kelompok lain pada prioritas ini, kelompok ini memiliki kelas yang paling rendah,
sehingga dimasukan pada arahan konservasi lahan dengan prioritas penanganan I dan kelompok 10.
Pada kelompok terakhir
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman
menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan
sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan lindung; hutan kemasyarakatan; suaka alam dan hutan wisata, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas
dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali,
suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok terakhir ini diarahkan pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air
SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan
dam penahan, sumbat jurang termasuk
gully head structures
dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi kelompok terakhir ini adalah:
I. S V2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17 T
5,6,8,9,10,11,13
commit to user 124
2. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan II Prioritas Penanganan II mempunyai luas 462,9 Ha 6,1 dari keseluruhan
luas DAS Grindulu hulu. Satuan lahan yang termasuk prioritas ini ada 11 satuan lahan, dengan kelas TBL sedang hingga sangat tinggi, kemiringan lereng curam
hingga sangat curam, kedalaman solum dangkal hingga dalam dan kedalaman tanah sedang hingga dalam. Pada prioritas ini terdapat 7 kelompok arahan
konservasi lahan yang disajikan dalam tabel 26. sebagai berikut.
Tabel 26. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan II
NO SL_ID
Satuan Lahan Kelas TBL
Kemiringan Lereng
Solum Tanah
cm Kedalaman
Tanah cm
Konservasi Vegetatif Konservasi Teknik
Kelompok Prioritas
3 Tomw-V-KLaCKmr Li-Sw
Sangat Tinggi 51.1
100
45 1,2,3,5,6,7
1,4,5,6,7,8,9,10,12 1 Prioritas II
4 Tomw-V-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 53.3
92
40 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
5 Tomw-IV-Li-Tg
Sedang 35.6
18
20 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 5,6,8,9,12
5 Prioritas II
7 Tomw-IV-Li-Pmk
Sedang 42.2
18
16 4,6,7,8,11,12
5,6,9,13,14 6 Prioritas II
10 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sw
Tinggi 33.3
96
45 1,2,3,5,6,7
1,3,4,5,6,7,8,9 7 Prioritas II
12 Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk
Sedang 28.9
52
46 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
16 Tomw-V-Li-Pmk
Tinggi 68.9
26
24 12
5,6,9,13,14 3 Prioritas II
30 Tomi an-V-Li-Pmk
Tinggi 71.1
28
20 12
5,6,9,13,14 3 Prioritas II
32 Tomi an-V-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 66.7
94
45 12
6,9,13,14 4 Prioritas II
36 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw
Tinggi 40
96
45 1,2,3,5,6,7
1,3,4,5,6,7,8,9 7 Prioritas II
37 Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk
Tinggi 37.8
92
50 4,6,7,8,11,12
1,4,5,6,9,13,14 2 Prioritas II
Sumber
: Hasil Analisis Data
commit to user 126
Kelompok pertama dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V- KLaCKmr Li-Sw
yang bernomor 3, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 51,1 dengan kedalaman solum tanah dalam 100 cm dan
kedalaman tanah 45 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa sawah. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi adalah sangat tinggi, namun belum
dijumpai tipe longsoran di daerah penelitian. Alasan dimasukkannya satuan lahan ini kedalam prioritas penanganan II adalah bahwa pada penggunaan lahan berupa
sawah umumnya sedikit terjadi longsoran walaupun potensinya sangat tinggi, karena telah dilakukan pengelolaan lahan dan adanya campur tangan manusia
dalam penanganan terhadap penggunaan lahan ini sehingga arahan konservasi yang diterapkan berbeda dari prioritas sebelumnya.
Pada kelompok pertama
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa;
pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok pertama ini diarahkan
pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa
tanaman, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi
sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok pertama ini adalah:
II. ST V1,2,3,5,6,7 T1,4,5,6,7,8,9,10,12
Kelompok kedua dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V- KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 4, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 53,3 dengan kedalaman solum tanah dalam 92 cm dan
kedalaman tanah 40 cm. Satuan lahan yang kedua pada kelompok ini adalah Tomw-IV-KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 12, satuan lahan ini memiliki
commit to user 127
kemiringan lereng curam 28,9 dengan kedalaman solum tanah dalam 52 cm dan kedalaman tanah 46 cm dan satuan lahan yang terakhir pada kelompok ini
adalah Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 12, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 37,8 dengan kedalaman solum tanah dalam
92 cm dan kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada ketiga satuan lahan ini adalah permukiman. Tingkat Bahaya Longsor pada kelompok ini adalah
sedang hingga tinggi. Alasan ketiga satuan lahan ini berada di kelompok 2 pada prioritas penanganan II yaitu melihat pada kemiringan lereng yang ada serta dari
kedalaman solum, meskipun penggunaan lahan berupa permukiman ini biasanya bukan pemicu terjadinya longsoran, akan tetapi letaknya yang rawan tertimpa
bencana longsor. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan dan arahan konservasi yang tepat.
Pada kelompok kedua
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang;
pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun dan agroforestri termasuk kebun
campuran; kebun rumah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kedua ini diarahkan pada
pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, bangunan terjunan biasanya
bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman termasuk pembuatan sumur resapan;
drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok kedua ini adalah:
II. S - T V4,6,7,8,11,12 T1,4,5,6,9,13,14
Kelompok ketiga dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-V-Li-Pmk yang bernomor 16, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam
68,9 dengan kedalaman solum tanah dangkal 26 cm dan kedalaman tanah 24 cm. Satuan lahan yang kedua pada kelompok ini adalah
Tomi an-V-Li-Pmk
commit to user 128
yang bernomor 30, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 71,1 dengan kedalaman solum tanah dangkal 28 cm dan kedalaman tanah
20 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah permukiman. Tingkat Bahaya Longsor adalah tinggi. Alasan kedua satuan lahan ini berada di
kelompok 3 pada prioritas penanganan II yaitu melihat dari penggunaan lahan dan kedalaman solumnya, sebab walaupun kemiringan lerengnya sangat curam namun
jika kedalaman solumnya hanya dangkal kemungkinan timbulnya longsoran juga lebih rendah dibanding dengan satuan lahan yang memiliki kemiringan lereng
sangat curam dan kedalaman solumnya dalam. Oleh sebab itu pada kelompok ini memiliki penanganan dan arahan konservasi tersendiri.
Pada kelompok ketiga
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah satu arahan saja yaitu
agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketiga ini diarahkan pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA,
bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman
termasuk pembuatan sumur resapan; drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok ketiga ini adalah:
II. T V12 T5,6,9,13,14
Kelompok keempat dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomi an-V- KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 32, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng sangat curam 66,7 dengan kedalaman solum tanah dalam 94 cm dan
kedalaman tanah 45 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah permukiman. Tingkat Bahaya Longsornya adalah tinggi, walaupun tidak dijumpai
tipe longsoran terjadi saat di lapangan. Akan tetapi perlu diwaspadai pula potensi longsor yang akan terjadi sehingga tetap perlu dilakukan pencegahan dan arahan
konservasi yang tepat.
commit to user 129
Pada kelompok keempat
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah satu arahan saja yaitu
agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keempat ini diarahkan pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, bangunan terjunan biasanya
bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman termasuk pembuatan sumur resapan;
drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok keempat ini adalah:
II. T V12 T6,9,13,14
Kelompok kelima dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-Li-Tg yang bernomor 5, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 35,6
dengan kedalaman solum tanah dangkal 18 cm dan kedalaman tanah 20 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa tegalan, umumnya tegalan yang
tidak berteras. Tingkat Bahaya Longsor sedang, sehingga satuan lahan ini berada pada kelompok kelima prioritas penanganan II. Hal tersebut dilihat dari kelas
kemiringan lereng dan kedalaman solumnya, meskipun pada penggunaan lahan ini cukup rawan terjadi longsor, sehingga tetap perlu dilakukan adanya arahan
konservasi yang tepat. Pada kelompok
kelima ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman;
tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa
olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah; manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa
tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri;
perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture
dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
commit to user 130
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kelima ini diarahkan pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA,
rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai.
Simbol arahan pada konservasi kelompok kelima ini adalah:
II. S V1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 T5,6,8,9,12
Kelompok keenam dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-Li- Pmk
yang bernomor 7, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 42,2 dengan kedalaman solum tanah dangkal 18 cm dan kedalaman tanah
16 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa permukiman dengan Tingkat Bahaya Longsor sedang. Oleh karena parameter penentu untuk
dilakukannya arahan konservasi pada satuan lahan ini lebih ringan dari kelompok- kelompok sebelumnya maka satuan lahan ini berada pada kelompok keenam
prioritas penanganan II. Pada kelompok
keenam ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah,
manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, vegatasi permanen
termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun dan agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keenam ini diarahkan pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air
SPA, bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman
termasuk pembuatan sumur resapan; drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok keenam ini adalah:
II. T V4,6,7,8,11,12 T5,6,9,13,14
commit to user 131
Kelompok ketujuh dan merupakan kelompok terakhir dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-KLaCKmr Li-Sw
yang bernomor 10, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 33,3 dengan kedalaman solum
tanah dalam 96 cm dan kedalaman tanah 45 cm. Satuan lahan kedua dalam kelompok ini adalah
Tomi an-IV-KLaCKmr Li-Sw yang bernomor 36, satuan
lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 40 dengan kedalaman solum tanah dalam 96 cm dan kedalaman tanah 45 cm. Penggunaan kedua satuan
lahan ini adalah sawah dengan Tingkat Bahaya Longsor tinggi. Pada kelompok
terakhir ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman;
tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup
tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok terakhir ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras bangku termasuk
teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak,
saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman, rorak; mulsa tanaman dan pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo.
Simbol arahan pada konservasi kelompok terakhir ini adalah:
II. T V1,2,3,5,6,7 T1,3,4,5,6,8,9
3. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan III Prioritas Penanganan III mempunyai luas 3197,7 Ha 42,6 dari
keseluruhan luas DAS Grindulu hulu. Satuan lahan yang termasuk prioritas ini ada 8 satuan lahan, dengan kelas TBL sedang hingga tinggi, kemiringan lereng
landai hingga curam, kedalaman solum dangkal hingga sedang dan kedalaman tanah dangkal hingga sedang. Pada prioritas ini terdapat 7 kelompok arahan
konservasi lahan yang disajikan dalam tabel 27. sebagai berikut.
Tabel 27. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan III
NO SL_I
D Satuan Lahan
Kelas TBL
Kemiringan Lereng
Solum Tanah
cm Kedalaman
Tanah cm
Konservasi Vegetatif Konservasi Teknik
Kelompok Prioritas
6 Tomw-IV-Li-Sw
Tinggi 44.4
16
22 1,2,3,5,6,7
5,6,8,9,12 1 Prioritas III
15 Tomw-III-Li-Sw
Sedang 20
18
20 1,2,3,5,6,7
5,6,7,8,9,12 6 Prioritas III
17 Tomw-III-KLaCKmr Li-Tg
Sedang 22.2
45
48 1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,17 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13
2 Prioritas III
18 Tomw-III-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 15.6
40
50 1,2,3,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7,8,9 4 Prioritas III
19 Tomw-III-KLaCKmr Li-Sm
Sedang 20
60
48 1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17
1,2,3,4,5,6,7,8,9 3 Prioritas III
20 Tomw-III-KLaCKmr Li-Pmk
Sedang 15.6
46
40 4,6,7,8,11,12
1,2,3,4,5,6,9,13,14 5 Prioritas III
27 Tomw-II-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 11.1
62
46 1,2,3,5,6,7
2,3,5,6,7,8,9 7 Prioritas III
40 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw
Sedang 11.1
54
40 1,2,3,5,6,7
2,3,5,6,7,8,9 7 Prioritas III
Sumber
: Hasil Analisis Data
commit to user 133
Kelompok pertama dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-IV-Li- Sw
yang bernomor 6, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng curam 44,4 dengan kedalaman solum tanah dangkal 16 cm dan kedalaman tanah 22 cm.
Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah sawah dengan Tingkat Bahaya Longsor tinggi. Satuan lahan ini dimasukkan dalam arahan konservasi kelompok
pertama prioritas penanganan III, mengingat parameter yang ada belum menunjukkan tingkat kekritisan yang mengkhawatirkan disbanding dengan
prioritas penanganan sebelumnya. Akan tetapi arahan konservasi pada kelompok ini tetap perlu dilakukan walaupun tidak sampai pada tahap yang terlalu detail.
Pada kelompok pertama
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa;
pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok pertama ini diarahkan
pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan
terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok pertama ini adalah:
III. T V1,2,3,5,6,7 T5,6,8,9,12
Kelompok kedua dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III- KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 17, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak uram 22,2 dengan kedalaman solum tanah dangkal 45 cm dan
kedalaman tanah 48 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa tegalan, umumnya tegalan yang sudah berteras walaupun secara tradisional. Tingkat
Bahaya Longsor sedang, namun dijumpai tipe longsor nendatan, sehingga diperlukan arahan konservasi yang tepat sebagai antisipasi walaupun bukan pada
tingkat yang mengkhawatirkan.
commit to user 134
Pada kelompok kedua
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah; manjemen bahan organik
termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan produksi termasuk hutan produksi
terbatas dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah,
penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kedua ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras kredit, teras bangku
termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran
pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol
sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan, kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai dan perlindungan jalan. Simbol arahan pada konservasi
kelompok kedua ini adalah:
III. S V1,2,3,4,5,6,78,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13
Kelompok ketiga dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III- KLaCKmr Li-Sm
yang bernomor 19, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 20 dengan kedalaman solum tanah sedang 60 cm dan
kedalaman tanah 48 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa semak dengan Tingkat Bahaya Longsor sedang. Arahan konservasi dilakukan pada
kelompok ini karena ada potensi terjadi longsoran, walaupun intensitasnya tidak terlalu besar, tetapi dengan adanya antisipasi dapat mempermudah penanganan.
Pada kelompok ketiga
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip
commit to user 135
pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan
hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali,
suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketiga ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras kredit, teras bangku
termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran
pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo. Simbol
arahan pada konservasi kelompok ketiga ini adalah:
III.S V1,3,4,5,6,10,11,13,14,15,16,17 T1,2,3,4,5,6,7,8,9
Kelompok keempat dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III- KLaCKmr Li-Sw
yang bernomor 18, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 15,6 dengan kedalaman solum tanah dangkal 40 cm dan
kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa sawah dengan Tingkat Bahaya Longsor sedang. Penerapan arahan konservasi pada
kelompok ini diperlukan, sebab bagaimanapun berpotensi terjadi longsor. Pada kelompok
keempat ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman;
tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup
tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keempat ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras kredit, teras
bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau
commit to user 136
saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo.
Simbol arahan pada konservasi kelompok keempat ini adalah:
III.S V1,2,3,5,6,7 T1,2,3,4,5,6,7,8,9
Kelompok kelima dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III- KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 20, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 15,6 dengan kedalaman solum tanah dangkal 46 cm dan
kedalaman tanah 40 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa permukiman dengan Tingkat Bahaya Longsor sedang. Untuk arahan koservasi ini
disarankan sesuai dengan tingkat kerawanan longsor yang terjadi dan masih dalam skala ringan.
Pada kelompok kelima
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang;
pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun dan agroforestri termasuk kebun
campuran; kebun rumah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kelima ini diarahkan pada
pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras kredit, teras bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras
kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, pembuatan bangunan terjunan biasanya
bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman termasuk pembuatan sumur resapan;
drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok kelima ini adalah:
III.S V4,6,7,8,11,12 T1,2,3,4,5,6,9,13,14
Kelompok keenam dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III-Li- Sw
yang bernomor 15, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 20 dengan kedalaman solum tanah dangkal 18 cm dan kedalaman tanah 20
cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini berupa sawah dengan Tingkat
commit to user 137
Bahaya Longsor sedang. Untuk arahan koservasi ini disarankan sesuai dengan tingkat kerawanan longsor yang terjadi dan masih dalam skala ringan.
Pada kelompok keenam
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa;
pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keenam ini diarahkan
pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak; mulsa tanaman, barisan sisa tanaman, pembuatan bangunan terjunan
biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok keenam ini
adalah:
III.S V1,2,3,5,6,7 T5,6,7,8,9,12
Kelompok ketujuh dan merupakan kelompok terakhir dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II-KLaCKmr Li-Sw
yang bernomor 27, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 11,1 dengan kedalaman
solum tanah sedang 62 cm dan kedalaman tanah 46 cm. Satuan lahan kedua pada kelompok ini adalah
Tomi an-II-KLaCKmr Li-Sw yang bernomor 40,
satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 11,1 dengan kedalaman solum tanah sedang 54 cm dan kedalaman tanah 40 cm. Kedua
satuan lahan ini memiliki penggunaan lahan berupa sawah dengan Tingkat Bahaya Longsor sedang. Untuk arahan koservasi ini disarankan sesuai dengan
tingkat kerawanan longsor yang terjadi dan masih dalam skala ringan. Pada kelompok
terakhir ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman;
tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup
commit to user 138
tanah dan penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan sisa tanaman.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok terakhir ini diarahkan pada pembuatan teras kredit, teras bangku termasuk teras bangku datar; teras
bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak;
mulsa tanaman, barisan sisa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau
perlindungan tepi sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok terakhir ini adalah:
III.S V1,2,3,5,6,7 T2,35,6,7,8,9,12
4.Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan IV Prioritas Penanganan IV mempunyai luas 3197,7 Ha 42,6 dari
keseluruhan luas DAS Grindulu hulu. Satuan lahan yang termasuk prioritas ini ada 12 satuan lahan, dengan kelas TBL rendah, kemiringan lereng landai hingga
agak curam, kedalaman solum dangkal hingga sedang dan kedalaman tanah dangkal hingga sedang. Pada prioritas ini terdapat 8 kelompok arahan konservasi
lahan yang disajikan dalam tabel 28. sebagai berikut.
Tabel 28. Arahan Konservasi Lahan Pada Prioritas Penanganan IV
NO SL_ID
Satuan Lahan Kelas TBL
Kemiringan Lereng
Solum Tanah
cm Kedalaman
Tanah cm
Konservasi Vegetatif Konservasi Teknik
Kelompok Prioritas
14 Tomw-III-Li-Tg
Rendah 22.2
17
24 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
5,6,7,8,9,12 2 Prioritas IV
21 Tomw-III-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 17.7
58
45 2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17
1,2,3,4,5,6,8,9,10,11 1 Prioritas IV
22 Tomw-II-Li-Tg
Rendah 13.3
26
25 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
5,6,7,8,9,12 2 Prioritas IV
23 Tomw-II-Li-Sw
Rendah 8.9
17
20 1,2,3,5,6,7
6,7,8,9,12 7 Prioritas IV
24 Tomw-II-Li-Pmk
Rendah 8.9
17
23 4,6,7,8,11,12
6,9,13,14 8 Prioritas IV
25 Tomw-II-Li-Kb
Rendah 11.1
18
25 2,3,6,12,13,14,15,16,17
5,6,7,8 6 Prioritas IV
26 Tomw-II-KLaCKmr Li-Tg
Rendah 13.3
46
50 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
2,3,5,6,7,8,9,12 3 Prioritas IV
28 Tomw-II-KLaCKmr Li-Pmk
Rendah 8.9
45
53 4,6,7,8,11,12
2,6,9,13,14 5 Prioritas IV
29 Tomw-II-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 13.3
40
40 2,3,6,12,13,14,15,16,17
2,3,5,6,7,8 4 Prioritas IV
39 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Tg
Rendah 13.3
40
50 1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17
2,3,5,6,7,8,9,12 3 Prioritas IV
41 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk
Rendah 8.9
42
42 4,6,7,8,11,12
2,6,9,13,14 5 Prioritas IV
42 Tomi an-II-KLaCKmr Li-Kb
Rendah 11.1
45
54 2,3,6,12,13,14,15,16,17
2,3,5,6,7,8 4 Prioritas IV
Sumber
: Hasil Analisis Data
commit to user 140
Kelompok pertama dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III- KLaCKmr Li-Kb
yang bernomor 21, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam 17,7 dengan kedalaman solum tanah sedang 58 cm dan
kedalaman tanah 45 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah kebun, umumnya kebun campuran berteras dengan Tingkat Bahaya Longsor rendah.
Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
Pada kelompok pertama
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman; tumpang gilir; pertanaman campuran; tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman
menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa; pencampuran kompos; pupuk kandang; pupuk hijau dan
sisa tanaman, tanaman pagar; pagar hidup, hutan lindung; hutan kemasyarakatan; suaka alam dan hutan wisata, hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas
dan hutan rakyat, vegatasi permanen termasuk tanaman industri; perkebunan; kebun, agroforestri termasuk kebun campuran; kebun rumah, penanaman kembali,
suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok pertama ini diarahkan pada pembuatan teras guludan termasuk pematang kontur, teras kredit, teras
bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras individu, teras gunung atau
saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, rorak, mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, kontrol
sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan dan sumbat jurang termasuk
gully head structures.
Simbol arahan pada konservasi kelompok pertama ini adalah:
IV.R V2,3,6,10,11,12,13,14,15,16,17 T1,2,3,4,5,6,8,9,10,11
Kelompok kedua dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-III-Li-Tg yang bernomor 14, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng agak curam
commit to user 141
17,7 dengan kedalaman solum tanah dangkal 17 cm dan kedalaman tanah 24 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah
Tomw-II-Li-Tg yang bernomor 22, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 13,3
dengan kedalaman solum tanah dangkal 26 cm dan kedalaman tanah 25 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah tegalan, umumnya tegalan
berteras dengan Tingkat Bahaya Longsor rendah. Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada
prioritas-prioritas sebelumnya. Pada kelompok
kedua ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman,
tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa
olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa
tanaman, tanaman pagar, pagar hidup, suksesi alami, silvopasture dan penanaman pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah.
Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kedua ini diarahkan pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA,
rorak, mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai.
Simbol arahan pada konservasi kelompok kedua ini adalah:
IV.R V1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17 T5,6,7,8,9,12
Kelompok ketiga dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II- KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 26, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 13,3 dengan kedalaman solum tanah dangkal 46 cm dan
kedalaman tanah 50 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah Tomi an-II-KLaCKmr Li-Tg
yang bernomor 39, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 13,3 dengan kedalaman solum tanah dangkal 40
cm dan kedalaman tanah 50 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah tegalan, umumnya tegalan berteras dengan Tingkat Bahaya Longsor
commit to user 142
rendah. Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
Pada kelompok ketiga
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, strip rumput, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik
termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar, pagar hidup, suksesi alami, silvopasture dan penanaman
pohon, rumput untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketiga ini diarahkan pada
pembuatan teras kredit, teras bangku termasuk teras bangku datar; teras bangku belakang; teras bangku miring; teras kebun; teras batu; teras bangku putus, teras
gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman, rorak, mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan
terjunan dari batu atau bamboo dan atau perlindungan tepi sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok ketiga ini adalah:
IV.R V1,2,3,4,5,6,7,8,14,16,17 T2,3,5,6,7,8,9,12
Kelompok keempat dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II- KLaCKmr Li-Kb
yang bernomor 29, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 13,3 dengan kedalaman solum tanah dangkal 40 cm dan
kedalaman tanah 40 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah Tomi an-II-KLaCKmr Li-Kb
yang bernomor 42, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 11,1 dengan kedalaman solum tanah dangkal 45
cm dan kedalaman tanah 54 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah kebun, umumnya kebun campuran berteras dengan Tingkat Bahaya
Longsor rendah. Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
Pada kelompok keempat
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir,
commit to user 143
pertanaman campuran, tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, agroforestri
termasuk kebun campuran, kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput
untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keempat ini diarahkan
pada pembuatan teras kredit, teras bangku, termasuk teras bangku datar, teras bangku belakang, teras bangku miring, teras kebun, teras batu, teras bangku putus,
teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman dan rorak, mulsa tanaman. Simbol arahan pada konservasi kelompok
keempat ini adalah:
IV.R V2,3,6,12,13,14,15,16,17 T2,3,5,6,7,8
Kelompok kelima dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II- KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 28, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 8,9 dengan kedalaman solum tanah dangkal 45 cm dan
kedalaman tanah 53 cm. Satuan lahan yang kedua dalam kelompok ini adalah Tomi an-II-KLaCKmr Li-Pmk
yang bernomor 41, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 8,9 dengan kedalaman solum tanah dangkal 42 cm
dan kedalaman tanah 42 cm. Penggunaan lahan pada kedua satuan lahan ini adalah permukiman dengan Tingkat Bahaya Longsor rendah. Arahan konservasi
yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
Pada kelompok kelima
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang,
pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar, pagar hidup, vegatasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun dan agroforestri termasuk kebun
campuran, kebun rumah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok kelima ini diarahkan pada
pembuatan teras kredit, saluran pembuangan air SPA, bangunan terjunan
commit to user 144
biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian erosi dan banjir dari area permukiman termasuk pembuatan sumur
resapan, drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok kelima ini adalah:
IV.R V4,6,7,8,11,12 T2,6,9,13,14
Kelompok keenam dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II-Li-Kb yang bernomor 25, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 11,1
dengan kedalaman solum tanah dangkal 18 cm dan kedalaman tanah 25 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah kebun, umumnya kebun campuran
berteras dengan Tingkat Bahaya Longsor rendah. Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada
prioritas-prioritas sebelumnya. Pada kelompok
keenam ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan
adalah pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir,
pertanaman campuran, tumpang sari, penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong, penanaman penutup tanah, agroforestri
termasuk kebun campuran, kebun rumah, penanaman kembali, suksesi alami, perlindungan sungai dan mata air, silvopasture dan penanaman pohon, rumput
untuk tujuan konservasi tanah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok keenam ini diarahkan
pada pembuatan teras gunung atau saluran pegelak, saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman dan rorak, mulsa tanaman. Simbol arahan pada
konservasi kelompok keenam ini adalah:
IV.R V2,3,6,12,13,14,15,16,17 T5,6,7,8
Kelompok ketujuh dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II-Li-Sw yang bernomor 23, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 8,9
dengan kedalaman solum tanah dangkal 17 cm dan kedalaman tanah 20 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah sawah dengan Tingkat Bahaya
Longsor rendah. Arahan konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
commit to user 145
Pada kelompok ketujuh
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
penanaman rumput, pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari, penanaman menurut kontur
penanaman menurut strip pertanaman lorong, strip rumput, penanaman penutup tanah dan manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk
kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok ketujuh ini diarahkan
pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, barisan sisa tanaman, rorak, mulsa tanaman, pembuatan bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari
batu atau bamboo dan kontrol banjir dan atau perlindungan tepi sungai. Simbol arahan pada konservasi kelompok ketujuh ini adalah:
IV.R V1,2,3,5,6,7 T6,7,8,9,12
Kelompok kedelapan dan merupakan kelompok terakhir dalam prioritas ini adalah satuan lahan Tomw-II-Li-Pmk
yang bernomor 24, satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng landai 8,9 dengan kedalaman solum tanah
dangkal 17 cm dan kedalaman tanah 23 cm. Penggunaan lahan pada satuan lahan ini adalah permukiman dengan Tingkat Bahaya Longsor rendah. Arahan
konservasi yang disarankan pada kelompok ini tidaklah terlalu detail dan berat, seperti pada prioritas-prioritas sebelumnya.
Pada kelompok terakhir
ini arahan konservasi vegetatif yang dilakukan adalah
pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah, penanaman penutup tanah, manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang,
pupuk hijau dan sisa tanaman, tanaman pagar, pagar hidup, vegatasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun dan agroforestri termasuk kebun
campuran, kebun rumah. Konservasi lahan secara teknik dalam kelompok terakhir ini diarahkan
pada pembuatan saluran pembuangan air SPA, bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo, perlindungan jalan dan pengendalian
erosi dan banjir dari area permukiman termasuk pembuatan sumur resapan, drainase. Simbol arahan pada konservasi kelompok terakhir ini adalah:
commit to user 146
IV.R V4,6,7,8,11,12 T6,9,13,14
Pada prioritas
I, II, III, IV ini seluruh arahan konservasi lahan baik secara vegetatif maupun teknik dapat digambarkan dengan beberapa sketsa dan gambar
sebagai berikut:
Gambar 34. Vetiver yang Ditanam Rapat sebagai Pengendali Longsor
Gambar 35. Saluran Pengelak yang Dipotong dengan Rorak
Gambar 35. Saluran Teras Bangku
Gambar 36. Saluran Teras Bangku
commit to user 147
Gambar 37. Saluran Pembuangan Air SPA
Gambar 38. Bangunan Terjunan dari Bambu
Berdasarkan analisis prioritas penanganan tersebut diatas, maka persebaran arahan konservasi lahan pada masing-masing prioritas penanganan
dapat dilihat dalam peta 11. sebagai berikut.
commit to user 148
Peta 11. Arahan Konservasi Lahan DAS Grindulu Hulu
commit to user 149
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan