Vegetatif Mekanissipil teknis Tinjauan Pustaka

commit to user 21 Tabel 2. Perlakuan Pengendalian Longsor pada Setiap Segmen Bagian dari Area Longsor. Zona wilayah longsor Perlakuan Pengendalian Hulu Mengidentifikasi permukaan tanah yang retak atau rekahan pada punggung bukit dan mengisi kembali rekahanpermukaan tanah yang retak tersebut dengan tanah. Membuat saluran pengelak dan saluran drainase untuk mengalihkan air dari punggung bukit, untuk menghindari adanya kantong-kantong air yang menyebabkan penjenuhan tanah dan menambah massa tanah. Memangkas tanaman yang terlalu tinggi yang berada di tepi bagian atas wilayah rawan longsor. Punggung bagian lereng yang meluncur Membangun atau menata bagian lereng yang menjadi daerah bidang luncur, di antaranya dengan membuat teras pengaman trap terasering. Membuat saluran drainase saluran pembuangan untuk menghilangkan genangan air. Membuat saluran pengelak di sekeliling wilayah longsor. Membuat penguat tebing dan check dam mini. Menanam tanaman untuk menstabilkan lereng. Kaki zona penimbunan bahan yang longsor Membuatmembangun penahan material longsor menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, misalnya dengan menancapkan tiang pancang yang dilengkapi perangkap dari dahan dan ranting kayu atau bambu. Membangun penahan material longsor seperti bronjong atau konstruksi beton. Menanam tanaman yang dapat berfungsi sebagai penahan longsor. Sumber: http:www.litbang.deptan.go.idregulasione12fileBAB-III.pdf Teknik Pengendalian Longsor

a. Vegetatif

Pengendalian longsor dengan pendekatan vegetatif pada prinsipnya adalah mencegah air terakumulasi di atas bidang luncur. Sangat dianjurkan menanam jenis tanaman berakar dalam, dapat menembus lapisan kedap air, mampu commit to user 22 merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam, dan mempunyai massa yang relatif ringan. Jenis tanaman yang dapat dipilih di antaranya adalah sonokeling, akar wangi, Flemingia , kayu manis, kemiri, cengkeh, pala, petai, jengkol, melinjo, alpukat, kakao, kopi, teh, dan kelengkeng.

b. Mekanissipil teknis

Ada beberapa pendekatan mekanis atau sipil teknis yang dapat digunakan untuk mengendalikan longsor, sesuai dengan kondisi topografi dan besar kecilnya tingkat bahaya longsor. Pendekatan mekanis pengendalian longsor meliputi: 1 pembuatan saluran drainase saluran pengelak, saluran penangkap, saluran pembuangan, 2 pembuatan bangunan penahan material longsor, 3 pembuatan bangunan penguat dindingtebing atau pengaman jurang. 1 Saluran drainase Tujuan utama pembuatan saluran drainase adalah untuk mencegah genangan dengan mengalirkan air aliran permukaan, sehingga kekuatan air mengalir tidak merusak tanah, tanaman, danatau bangunan konservasi lainnya. Di areal rawan longsor, pembuatan saluran drainase ditujukan untuk mengurangi laju infiltrasi dan perkolasi, sehingga tanah tidak terlalu jenuh air, sebagai faktor utama pemicu terjadinya longsor. Bentuk saluran drainase, khususnya di lahan usahatani dapat dibedakan menjadi: a saluran pengelak; b saluran teras; dan c saluran pembuangan air, termasuk bangunan terjunan. Letak masing-masing saluran ditunjukkan pada Gambar 12. commit to user 23 Gambar 12. Letak Saluran Pengelak dan Saluran Pembuangan Air pada Suatu Bukit Sumber: http:www.litbang.deptan.go.idregulasione12fileBAB-III.pdf 2 Bangunan penahan material longsor Konstruksi bangunan penahan material longsor bergantung pada volume longsor. Jika longsor termasuk kategori „kecil‟, maka konstruksi bangunan penahan dapat menggunakan bahan yang tersedia di tempat, misalnya bambu, batang dan ranting kayu Gambar 13. Apabila longsor termasuk kategori „besar, diperlukan konstruksi bangunan beton penahan yang permanen Gambar 14. Beton penahan ini umumnya dibangun di tebing jalan atau tebing sungai yang rawan longsor. Gambar 13. Bangunan Penahan Longsor dari Anyaman Bambu untuk Menahan Longsor Kategori Kecil. Sumber: http:www.litbang.deptan.go.idregulasione12fileBAB-III.pdf commit to user 24 Gambar 14. Bangunan Konstruksi Beton Penahan Longsor Kategori Besar. Sumber: http:www.litbang.deptan.go.idregulasione12fileBAB-III.pdf 3 Bangunan penguat tebing Bangunan ini berguna untuk memperkuat tebing-tebing yang rawan longsor, berupa konstruksi beton Gambar 15 atau susunan bronjong susunan batu diikat kawat. Konstruksi bangunan menggunakan perhitungan teknik sipil kering. Gambar 15. Bangunan Penguat TebingBronjong. Sumber: http:www.litbang.deptan.go.idregulasione12fileBAB-III.pdf 4. Konservasi Lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah agar lahan dapat digunakan secara lestari. commit to user 25 Tujuan Usaha Konservasi: a. Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan b. Memperbaiki tanah yang rusakkritis c. Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapainya produksi setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas d. Meningkatkan produktivitas lahan usahatani Usaha konservasi lahan ini biasanya dilakukan salah satunya dengan kultur teknis atau vegetasi yaitu dengan: 1. Penambahan Tanaman Penutup Tanah Tanah penutup berfungsi untuk mencegah erosi, menambah bahan organik tanah dan memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air hujan yang jatuh. Jenis tanaman penutup tanah yaitu : Jenis merambat Colopogonium mucunoides, Centrosema Sp, Pueraria Sp, jenis perdu Crotolaria Sp, jenis pohon Lamtoro gung, Lamtoro lokal, Gamal, esliandia grandiflora,dan jenis kacang-kacangan. 2. Penanaman Rumput. Rumput memegang peranan penting dalam usahatani konservasi terutama lahan-lahan kering yang berlereng 3. Berbagai jenis rumput dapat berfungsi: a. sebagai pelindung tanaman dan penahan air b. memperbaiki kesuburan tanah c. sebagai hijau makanan ternak d. meningkatkan nilai usahatani atau pendapatan petani 3. Penanaman dalam strip Adalah suatu sistem bercocok tanam dengan cara menanam beberapa jenis tanaman dalam strip-strip yang berselang seling pada bidang tanah dan disusun memotong lereng atau menurut kontur. Tanaman yang digunakan adalah tanaman pangan atau tanaman semusim yang ditanam berbaris diselingi strip- strip tanaman-tanaman yang lebih rapat berupa tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah. commit to user 26 4. Pergiliran tanaman Cara penting lainnya untuk konservasi tanah dan air ialah dengan pergiliran tanaman yaitu sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada suatu bidang lahan. Pada lahan kering yang berlereng atau tanahnya miring pergiliran tanaman yang efektif untuk mencegah erosi adalah antara tanaman penghasil bahan pangan dengan tanaman penutup tanah untuk pupuk hijau. Selain mencegah erosi keuntungan lain dari pergiliran tanaman adalah: a. Memberantas hama dan penyakit tanaman melalui siklus hidupnya. b. Memberantas tumbuhan pengganggu atau gulma. c. Mempertahankan sifat fisik tanah dengan cara mengembalikan sisa-sisa tanah kedalam tanah. 5. Menambah tanaman penguat teras Tanaman yang memenuhi syarat sebagai penguat teras adalah: a. Mempunyai sistem perakaran intensif, sehingga mampu mengikat air. b. Tahan pangkas sehingga tidak menaungi tanaman utama. c. Bermanfaat dalam menyuburkan tanah maupun sebagai penghasil makanan ternak. Tanaman penguat teras yang dianjurkan ditanam antara lain lamtorogung, gamal, akasia, kaliandra, rumput gajah dan rumput benggala. Gambar 16. Letak Penanaman Rumput Berselang-seling Gambar 17. Penampang Guludan yang Ditanami Rumput commit to user 27 6. Penggunaan bahan organik dan mulsa Salah satu cara untuk memperbaiki struktur tanah, mempertinggi kemampuan tanah dalam menyerap air yaitu dengan menggunakan pupuk organik berupa pupuk hijau atau pupuk kandang serta penggunaan sisa-sisa tanaman yang diletakkan di atas tanah sebagai serasah mulsa sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah. Dengan cara ini penguapan air tanah dapat diperkecil sehingga air tanah tetap tersedia bagi tumbuhnya tanaman. Gambar 18. Penampang Teras Bangku dan Bagan yang Ditanami Rumput Gambar 19. Penampang Saluran Pembuang Air yang Ditanami Rumput 5. Daerah Aliran Sungai a. Pengertian Daerah Aliran Sungai Konsep Daerah Aliran Sungai DAS merupakan dasar dari semua perencanaan hidrologi. Secara umum DAS dapat di definisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggungan bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul dimana titik hujan yang turun di daerah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik keluaran outlet. Menurut Asdak 1995:4 Daerah Aliran Sungai DAS diartikan sebagai daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh di daerah commit to user 28 tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil di sungai utama. Menurut kamus webster DAS juga didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya oleh pemisah alam topografi, seperti punggung bukit atau gunung dan menerima air hujan, menampung, dan mengalirkannya melalui sungai utama ke lautdanau. Apapun definisi yang kita anut, DAS merupakan suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi proses interaksi antara faktor-faktor biotik, non biotik dan manusia. Sebagai suatu ekosistem maka setiap ada masukan ke dalamnya, proses yang terjadi dan berlangsung di dalamnya dapat dievaluasi berdasarkan keluaran dari ekosistem tersebut. Komponen masukan dari ekosistem DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran berupa debit air dan muatan sedimen. Komponen-komponen DAS yang berupa vegetasi, tanah dan saluran air dalam hal ini bertindak sebagai prosessor . Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS. Aktivitas dalam DAS yang mengakibatkan perubahan ekosistem, misalnya tata guna lahan, khususnya di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah hilir yang mengakibatkan perubahan fluktuasi debit air dan muatan sedimen serta material terlarut lainnya. Adanya keterkaitan antara masukan dan keluaran pada suatu DAS dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dampak suatu tindakan atau aktifitas bangunan di dalam DAS terhadap lingkungan, khusunya tanah. Sebagai pertimbangan berikut ini gambar model siklus hidrologi yang menjelaskan proses memutarnya alur air. Gambar 20. Siklus Hidrologi Sumber: www.buffer.foresty.iastate.edu commit to user 29 b. Fungsi Daerah Aliran Sungai DAS Tanah longsor, bencana banjir dan kekeringan silih berganti terjadi di suatu wilayah merupakan dampak negatif kegiatan manusia pada suatu DAS. Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat berpengaruh mutlak dalam berlangsungnya ekosistem DAS, rendahnya taraf ekonomi masyarakat memaksa lahan disekitarnya untuk dijadikan lahan produktif. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan manusia telah menyebabkan DAS gagal menjalankan fungsinya sebagai penampung air hujan yang jatuh dari langit, menyimpan dan mendistribusikan air tersebut ke saluran-saluran atau sungai. Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini, antara lain dari segi fungsi tata air. Keterikatan antara hulu dan hilir menurut Asdak, 1995:572 dapat dipakai sebagai satuan monitoring dan evaluasi pengelolaan sumberdaya air. Fungsi Pemantauan monitoring didefinisikan sebagai aktifitas pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus atau secara periodik terhadap pelaksanaan salah satu atau beberapa program pengelolaan DAS untuk menjamin bahwa rencana-rencana kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan, hasil-hasil yang diinginkan dan kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Sedangkan fungsi evaluasi didefinisikan sebagai suatu proses yang berusaha untuk menentukan relevansi, efektifitas dan nampak dari aktifitas-aktifitas yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan Asdak, 1995:573. c. Pembagian Daerah Aliran Sungai DAS DAS yang sering disebut juga dengan Daerah Pengaliran Sungai DPS terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir Asdak, 1995:11. Seperti dijelaskan pada gambar berikut. commit to user 30 Gambar 21. Penampang 3 Dimensi Struktur Memanjang Sungai www.buffer.foresty.iastate.edu 1 Daerah hulu Derah hulu mempunyai ciri-ciri : a. Proses pendalaman lembah sepanjang aliran sungai b. Laju erosi lebih cepat daripada pengendapan c. Merupakan daerah konservasi. d. Mempunyai kerapatan drainase yanng lebih tinggi. e. Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. f. Lereng terjal g. Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “V” 2 Daerah tengah Bagian tengah DAS merupakan daerah peralihan antara bagian hulu dengan bagian hilir dimana masih terdapat sedikit proses erosi dan mulai terjadi pengendapan. Dicirikan dengan daerah yang relatif datar. 3 Daerah hilir Bagian hilir dicirikan dengan : a. Merupakan daerah deposisional b. Kerapatan drainase kecil. c. Merupakan daerah dari kemiringan lereng landai. d. Potensi bahan galian golongan C e. Pola penggerusan tubuh sungai berbentuk huruf “U” f. Pengaturan air sebagian besar ditentukan oleh bangunan irigasi commit to user 31 g. Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir genangan dan mulai terbentuk delta serta meander. Kondisi topografi suatu daerah akan mempengaruhi pola dan bentuk DAS sebagai contoh pada daerah dengan topografi pegunungan akan menjadikan bentuk DAS berpola radial, berbeda dengan dengan pola DAS pada daerah topografi perbukitan karst. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bagian hulu akan berpengaruh pada ekosistem pada bagian hilir. Oleh karenanya DAS bagian hulu merupakan daerah yang sangat penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, jadi apabila terjadi pengelolaan yang tidak benar terhadap bagian hulu maka dampak yang ditimbulkan akan dirasakan juga pada bagian hilir. Dalam pengelolaan DAS digunakan tiga pendekatan analisis yaitu : Asdak,1995 : 537 a. Pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi erat berkaitan. b. Pengelolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang relevan dan terkait. c. Pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik. 6. Satuan Lahan Satuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan persamaan karakteristiknya. Dalam penelitian ini satuan lahan berperan sebagai satuan analisis. Satuan lahan diperoleh dengan menumpangsusunkan overlay Peta Tanah, Peta Geologi, Peta Lereng, dan Peta Penggunaan Lahan. Setiap satuan lahan dilakukan pengenalan sifat morfologi tanah dan karakteristik lingkungan fisik dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data-data tersebut meliputi jenis tanah, formasi batuan, kelerengan, kedalaman efektif, solum tanah, singkapan batuan, banyaknya kerikil dan batuan, dinding terjal, kenampakan erosi, banjir, struktur tanah, drainase, konservasi, jenis dan kerapatan vegetasi, permeabilitas karakteristik kimia tanah, serta luas daerah pada setiap satuan lahan. commit to user 32

B. Hasil Penelitian Yang Relevan