Latar Belakang Masalah TINGKAT RISIKO LONGSOR DAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN DAS GRINDULU HULU KABUPATEN PACITAN DAN PONOROGO TAHUN 2009

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Posisi geografis dan geodinamik Indonesia telah menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana natural disaster prone region . Indonesia terletak pada wilayah pertemuan 3 tiga lempeng besar dunia yaitu lempeng Indo- Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan antar lempeng tersebut terjadi zona penunjaman atau subduction zone. Lebih dari itu, proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga membentuk relief permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi, mulai dari datar hingga pegunungan yang berlereng terjal. Material hasil letusan gunungapi mempunyai porositas tinggi dan kurang kompak dan tersebar di daerah dengan kemiringan terjal, jika terganggu keseimbangan hidrologinya, daerah tersebut akan rawan terhadap tanah longsor. Kondisi tersebut mengakibatkan yang berada dalam busur kepulauan bersifat rawan terhadap tanah longsor. wilayah Salah satu kejadian alam yang dapat menjadi bencana bagi manusia adalah tanah longsor. Indonesia yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, menyebabkan sebagian wilayah Indonesia menjadi daerah yang rentan rawan bagi terjadinya tanah longsor. Kondisi ini ditambah dengan adanya curah hujan yang tinggi serta kejadian gempa yang sering muncul, sehingga secara alami akan ikut memicu terjadinya bencana tanah longsor. Tanah longsor landslide adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran bergerak ke bawah atau keluar lereng. Peristiwa longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alami atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh 1 commit to user 2 kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sementara, gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah dan batuan. Tanah longsor merupakan suatu peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi kejadiannya semakin meningkat. Fenomena alam ini berubah menjadi bencana alam tanah longsor manakala tanah longsor tersebut menimbulkan korban baik berupa korban jiwa maupun kerugian harta benda dan hasil budaya manusia. Indonesia yang sebagian wilayahnya berupa daerah perbukitan dan pegunungan, menyebabkan sebagian wilayah Indonesia menjadi daerah yang rawan kejadian tanah longsor. Intensitas curah hujan yang tinggi dan kejadian gempa yang sering muncul, secara alami akan dapat memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Kekuatan tanah tergantung dari ikatan antara partikel penyusun tanah, sedangkan untuk batuan lebih banyak ditentukan oleh retakan pada batuan itu. Air hujan dalam jumlah yang kecil menyebabkan tanah menjadi lembab dan mempunyai efek memperkuat tanah, namun apabila tanah menjadi jenuh air efeknya akan melemahkan ikatan partikel. Molekul air menyusup ke partikel tanah dan menjadi katalisator proses gelinciran antara partikel. Faktor ini yang menyebabkan tanah longsor banyak terjadi pada musim penghujan. Bencana alam merupakan bentuk dari dampak buruk proses yang terjadi di alam terhadap kehidupan di bumi. Manusia melihat kejadian proses alamiah sebagai bencana karena dipandang merusak tatanan kehidupan, terutama kehidupan manusia yang sedang berlangsung. Mereka akhirnya dihadapkan pada satu kejadian alam yang tidak terhindarkan karena pada dasarnya manusia hidup di alam. Menggunakan segala daya upaya manusia berusaha menghindari dampak buruk dari proses alam yang memang akan selalu terjadi. Daya upaya didasarkan pada tingkat pemahaman terhadap proses alam itu sendiri. Pemahaman berkembang dari yang bersifat subyektif-emosional sampai kepada tingkat teknik- rasional. Bencana diartikan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh perang, alam, perbuatan manusia, dan penyebab lain yang dapat mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian, kerusakan serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. commit to user 3 Jadi, peristiwa longsor maupun fenomena alam lainnya tidak selalu disebut sebagai bencana, jika tidak mengakibatkan korban jiwa atau gangguan terhadap penduduk sekitar. Akan tetapi, saat ini keadaan tersebut sulit berlaku di DAS- DAS hulu, termasuk di Kabupaten Pacitan. Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah dataran yang di batasi oleh batas alam, seperti punggungan bukit atau gunung, maupun batas buatan, seperti jalan atau tanggul dimana air hujan yang turun pada daerah tersebut memberi kontribusi aliran ketitik control outlet, Suripin 2002 : 183. Daerah Aliran Sungai sebagai suatu ekosistem dapat dibagi menjadi tiga, yaitu wilayah hulu, tengah,dan hilir yang memilki ketergantungan satu dengan yang lainnya, Asdak 1995 : 11. DAS Grindulu adalah salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Pacitan. Di bagian hulu, DAS tersebut memiliki ketinggian sekitar 700 m dpal dengan kemiringan lereng 45, sehingga mengisyaratkan bahwa sebagian daerahnya adalah dataran tinggi dengan banyak bukit dan gunung. DAS Grindulu hulu memiliki luas 8.300 ha. Longsor dalam skala kecil maupun besar, selalu terjadi dari waktu ke waktu dan bahkan akhir-akhir ini semakin tinggi intensitasnya. Di Kabupaten Pacitan terdapat beberapa kecamatan yang rawan longsor, yaitu Kecamatan Tegalombo, Arjosari, Kebonagung, Nawangan, Bandar, dan Pacitan. Setiap daerah tersebut memiliki tingkat kerawanan longsor yang berbeda-beda. Hal tersebut ditentukan oleh perbedaan karakteristik lahan yang sekaligus sebagai parameter penyebab longsor, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, kondisi batuan, hidrologi, iklim, penggunaan lahan, dan kerapatan vegetasi. Kondisi fisik lahan yang didominasi bentuklahan pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam sampai terjal, menyebabkan wilayah sekitar sungai Grindulu potensi akan terjadinya longsor. Kejadian longsor tersebut juga ditunjang oleh keadaan batuan yang sudah mulai melapuk akibat disintegrasi oleh pengaruh panas dan hujan serta dekomposisi. Analisis tingkat bahaya longsor tanah di masing-masing DAS hulu di Kabupaten Pacitan sangat diperlukan. Analisis tersebut dapat digunakan untuk commit to user 4 penyusunan informasi penanggulangan bencana dan arahan konservasi yang digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan pembangunan wilayah maupun penyempurnaan tata ruang wilayah. Potensi terjadinya longsoran ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor tanah, gejala awal lereng akan bergerak, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan. Sistem peringatan dini yang efektif sebaiknya dibuat berdasarkan prediksi, bilamana dan dimana longsor akan terjadi juga tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat bencana datang. Disamping itu, selain diadakannya sistem peringatan dini dan beberapa usaha-usaha pencegahan, upaya konservasi lahan merupakan suatu keharusan untuk membuat lingkungan hidup lebih baik sesuai dengan fungsinya. Konservasi lahan ditujukan untuk memperoleh produksi maksimum suatu lahan secara berkelanjutan dengan mengupayakan agar laju gerakan tanah longsor lebih kecil atau paling tidak sama dengan laju pembentukan tanah di daerah itu. Ini berarti bahwa diperlukan langkah-langkah atau upaya untuk mengatur penggunaan lahan. Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul ”Tingkat Risiko Longsor dan Arahan Konservasi Lahan di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009 ”

B. Perumusan Masalah