Pemeriksaan Material Dasar HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Material Dasar

Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Pasir yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir lolos saringan ASTM no. 10 dan tertahan pada no. 200 Spesifik Grafiti 2.65 serta kadar lumpur 0.60 dan nilai d 50 diperoleh dari pengujian analisa gradasi butiran. Pasir sebagai material dasar diayak terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran butiran yang besarnya relatif merata. Hasil analisa gradasi butiran dapat dilihat di Tabel 4.1. Tabel 4.1 Analisa Gradasi butiran Ayakan No. Berat Tertahan gr Berat Lolos gr Berat Lolos 2 4 996 99.60 4 52 944 94.40 8 35 909 90.90 16 130 779 77.90 30 182 597 59.70 50 412 185 18.50 100 168 17 1.70 Σ = 983 Hasil analisa gradasi butiran dimasukkan dalam bentuk grain diameter Gambar 4.1 yang kemudian dapat diketahui nilai d 50 . Dari gambar 21 tersebut terlihat bahwa d 50 adalah 0.51 mm. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Gradasi sedimen 4.2 Karakteristik Aliran Pada penelitian karakteristik aliran tahap pengamatan awal dilakukan tanpa menggunakan pilar. Pengamatan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kecepatan aliran kritis pada material sedimen pasir dengan d50 = 0,68 mm yang telah diuji di Laboratorium Bahan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh data-data yang menunjukan bahwa kecepatan aliran kritik atau kecepatan aliran pada saat butiran mulai bergerak tercatat bahwa Uc 1 = 0.23 ms, Uc 2 = 0.23 ms, Uc 3 = 0.24 ms, dengan kedalaman aliran yang terjadi pada saluran hcr 1 = 29 mm, hcr 2 = 38 mm, hcr 3 = 49 mm, sehingga debit kritik yang terjadi Qc 1 = 0.96 lts, Qc 2 = 1.31 lts, Qc 3 = 1.73 lts. Berdasarkandata-data hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui besarnya kecepatan aliran rata- rata U, angka Froude Fr, dan angka Reynold Re. Pada penelitian ini menggunakan variasi debit aliran Q yaitu 0.5 lts, 1.0 lts, dan 0.5 lts dengan kedalaman aliran h masing-masing adalah 55 mm, 75 mm, 95 mm, sehingga besarnya kecepatan aliran rata-rata yang terjadi adalah U 1 = 0.12 ms, U 2 = 0.18 ms dan U 3 = 0.21 ms dengan kondisi aliran seragam steady uniform. Dari data dapat Universitas Sumatera Utara dihitung intensitas aliran 1 adalah UUc = 0.552, aliran 2 adalah UUc = 0.783, dan aliran 3 UUC = 0.875 dan bilangan Froude Fr serta angka Reynolds Re seperti pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Karakteristik Aliran b mm h mm Q ls U ms d 50 mm Q c ls U c ms Fr Re Jenis aliran 76 55 0.5 0.12 0.51 0.96 0.23 0.16 6600 Turbulen Subkrtis 76 75 1.0 0.18 0.51 1.31 0.23 0.21 13500 Turbulen Subkrtis 76 95 1.5 0.21 0.51 1.73 0.24 0.22 19950 Turbulen Subkrtis Tahap berikutnya, dilakukan pengamatan proses gerusan pada pilar segiempat. Proses gerusan yang terjadi adalah clear water scour yaitu gerusan pada lapisan dasar tanpa disertai terbawanya material oleh aliran. Selanjutnya dari definisi clear water scour terjadi saat 0,5≤UUc1 dan live bed scour terjadi saat UUc ≥1 maka, gerusan yang terjadi termasuk dalam kondisi clear water scour. Syarat terjadinya kondisi clear water scour yaitu kecepatan aliran yang terjadi lebih kecil dari kecepatan aliran kritiknya kecepatan aliran pada saat butiran mulai bergerak atau UUc. Klasifikasi aliran melalui saluran terbuka akan turbulen apabila angkaReynolds Re 1000, dan laminer apabila Re 500. Aliran disebut sub kritis apabila Fr 1, kritis apabila Fr =1, dan super kritis apabila Fr 1. Dan berdasarkan Universitas Sumatera Utara bilangan Froude dan angka Reynolds aliran yang terjadi untuk Fr 1 dan Re 1000 adalah termasuk aliran turbulen sub kritis.

4.3 Aplikasi Program Surfer