Analisis Bullwhip Effect Analisis Penyebab Bullwhip Effect

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Bullwhip Effect

Hasil perbandingan peramalan permintaan dengan permintaan aktual periode Januari sampai Maret 2016 menunjukkan bahwa masih terdapat selisih antara jumlah permintaan forecasting dan jumlah permintaan aktual di setiap periode. Jumlah permintaan produk yang selalu berubah-ubah serta peramalan yang dilakukan pada setiap pelaku supply chain ini menimbulkan selisih yang jauh antara permintaan dengan penjualan. Fenomena ini disebut bullwhip effect. Berdasarkan hasil perhitungan nilai bullwhip effect maka diperoleh nilai yang menunjukkan besarnya tingkat variansi permintaan. Besarnya nilai bullwhip effect diperoleh dari hasil bagi dari koefisien variansi permintaan dengan koefisien variansi penjualan. Perbandingan hasil peramalan usulan dan perusahaan terhadap permintaan aktual menunjukkan bahwa hasil peramalan usulan lebih baik dikarenakan nilai bullwhip effect yang lebih mendekati satu. Tabel 6.1. Hasil Perbandingan Nilai Peramalan Usulan dan Perusahaan Perbandingan Rantai Supply Budi Baru Panca Warna Bintang Makmur Usulan Distributor 0,0879 0,1374 0,2240 Manufaktur 0,0614 Perusahaan Distributor 0,0856 0,0000 0,0752 Manufaktur 0,0591 Sumber : Pengolahan data Universitas Sumatera Utara Tabel 6.1. menunjukkan bahwa nilai bullwhip effect lebih kecil dari satu yang berarti permintaan masih stabil atau tidak terjadi distorsi permintaan untuk produk tersebut akan tetapi terjadi peningkatan variabilitas penjualan yang menyebabkan bertambahnya biaya inventori.

6.1.2. Analisis Penyebab Bullwhip Effect

Berdasarkan hasil penelitian, penyebab terjadinya bullwhip effect adalah: 1. Demand Forecasting Updating Tidak akuratnya ramalan permintaan yang dilakukan perusahaan karena permintaan distributor tidak menggunakan permintaan dari konsumen akhir langsung yang mengakibatkan terjadinya variabilitas permintaan yang besar dalam rantai supply. Permintaan yang berasal dari distributor tidak akan sama seperti yang diminta oleh konsumen akhir. Oleh karena itu, perusahaan dapat melakukan survei secara periodik ke konsumen langsung untuk mendapatkan keakuratan data permintaan. 2. Order Batching Order batching diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis jika dilakukan dalam ukuran kecil. Ritel yang menjual rata-rata 2 unit spring bed tidak akan memesan tiap hari dengan rata-rata 2 unit ke distributor. Mereka mungkin akan memesan tiap 1 minggu dengan rata-rata ukuran pesanan sekitar 14 unit. Order Batching ini memicu terjadinya bullwhip effect pada supply chain. Permintaan pelanggan akhir yang relatif stabil dari hari ke hari akan berubah menjadi order mingguan atau Universitas Sumatera Utara dua mingguan dari rite sehingga distributor akan menerima order yang lebih fluktuatif dibandingkan permintaan yang dihadapi oleh ritel.

6.1.3. Analisis Sensitivitas