1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu pengajaran, bimbinganlatihan serta interaksi individu
dengan lingkungannya untuk mencapai manusia seutuhnya Arifin, 2009. Dalam Undang
– undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia terbagi atas 3 tingkatan, tingkatan pertama
yaitu pendidikan Sekolah Dasar SD, tingkatan kedua yaitu pendidikan menengah terbagi atas Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah
Menengah Atas SMA, dan tingkatan ketiga Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dan posisi strategis dalam
pencapaian tujuan pendidikan secara makro dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Chaerul dalam Senjaya, 2010 mengungkapkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan agent of change bagi
Universitas Sumatera Utara
tatanan kehidupan yang secara realistis dan logis diterima oleh masyarakat. Mahasiswa juga diharapkan dapat menerapkan serta mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh proses pembelajaran di perguruan tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Selama masa perkuliahan di perguruan tinggi, mahasiswa selalu dihadapkan pada tugas-tugas, baik itu tugas akademik maupun tugas non
akademik seperti organisasi kemahasiswaan atau ekstrakulikuler. Di perguruan tinggi khususnya jenjang Strata 1, mahasiswa dilatih untuk
menghasilkan karya ilmiah, seperti paper, makalah, laporan praktikum, dan skripsi tugas akhir Indarto, 2012. Salah satu tujuan dari pemberian tugas-
tugas tersebut adalah untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang sudah diajarkan selama perkuliahan, termasuk skripsi yang merupakan tugas
akhir seorang mahasiswa sebelum memperoleh gelar sarjana. Skripsi bertujuan agar mahasiswa dapat menyusun dan menulis suatu
karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap telah mampu memadukan pengetahuan dan
keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang
diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana S1 di setiap Perguruan Tinggi Negeri PTN maupun Perguruan Tinggi
Swasta PTS yang ada di Indonesia. Menyusun skripsi merupakan salah satu proses akademik yang sering
berpeluang mendorong
mahasiswa untuk
melakukan prokrastinasi
Universitas Sumatera Utara
Catrunada, 2008. Umumnya mahasiswa diberikan waktu untuk penyusunan skripsi selama 1 semester atau kurang lebih 6 bulan. Selama waktu tersebut
mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan skripsinya agar dapat lulus pada waktu yang ditentukan. Tetapi pada kenyataannya, banyak mahasiswa yang
memerlukan waktu lebih dari enam bulan untuk mengerjakan skripsi Darmono dan Hasan, 2002. Hal ini berakibat pada masa studi mahasiswa
yang menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Dalam pasal 17 ayat 3 butir d Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Permendikbud No 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa masa studi terpakai bagi mahasiswa
untuk program sarjana S1 dan diploma 4 D4 maksimal 5 tahun. Kalau tidak mahasiswa akan di-drop out DO Sipahutar, 2014
Universitas Sumatera Utara USU adalah salah satu universitas di Indonesia yang mewajibkan skripsi bagi mahasiswanya sebagai salah satu
syarat kelulusan. Saat ini mahasiswa yang terdaftar di Universitas Sumatera Utara berjumlah 33.000 orang dengan angkatan termuda angkatan 2015. Jika
mengacu pada pasal 17 ayat 3 butir d Permendikbud No 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan, mahasiswa angkatan tahun 2011 adalah
mahasiswa yang seharusnya sudah menyelesaikan studi mereka pada semester genap 20152016. Namun berdasarkan data dari direktori mahasiswa
USU, sekitar 16 mahasiswa angkatan 2011 dan angkatan sebelumnya yang masih belum lulus dari fakultas masing-masing sumber : direktori
mahasiswa USU, 2015. Mereka tentu terancam DO apabila tidak segera
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masa studi mereka. Hal tersebut seringkali menjadi suatu tekanan psikologis bagi mahasiswa itu sendiri, misalnya stress hingga
depresi. Seperti halnya kasus yang terjadi pada salah seorang mahasiswa
Teknik Kimia USU, Frendis Agustinus Panjaitan yang ditemukan tewas gantung diri di kamarnya. Setelah diselidiki ternyata motif Frendis
mengakhiri hidupnya adalah karena depresi berat yang dialaminya. Frendis yang sedang menyusun skripsi kehilangan laptopnya, membuatnya harus
mengulang kembali prosesnya dari awal, sedangkan pria 24 tahun ini hanya diberi waktu 3 bulan oleh fakultas untuk masa pengerjaan skripsi jika tidak
ingin didepak dari kampus. Hal tersebutlah yang akhirnya mendorong Frendis untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri Sahputra, 2015
Salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah perilaku prokrastinasi. Prokrastinasi yang dilakukan
berkaitan dengan menunda untuk memulai dan menyelesaikan skripsi. Apabila dibiarkan terus berlangsung dapat berdampak pada semakin lamanya
mahasiswa tersebut menyelesaikan studinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan tersebut, di antaranya adalah sulitnya menjumpai dosen, sulitnya mendapatkan referensi literatur
yang dibutuhkan, kesulitan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta munculnya perasaan malas untuk mengerjakan skripsi dari dalam diri
mahasiswa. Hal tersebut sesuai dengan kutipan wawancara berikut:
Universitas Sumatera Utara
“males aja dek rasanya ngerjainnya, apalagi kalau uda disuruh revisi. Paling kakak kerjain pas uda deket deadline dari doping dosen
pembimbing” Komunikasi Personal, 2015
Steel 2007 mengatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa
perilaku penundaan tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Steel 2010 juga mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang
dilakukan oleh individu terhadap tugaspekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini akan berdampak buruk pada masa depan. Hal senada juga
diungkapkan Tuckman dalam Fibriana, 2009, yang mendefinisikan prokrastinasi adalah ketidakmampuan dalam mengatur diri yang berakibat
pada penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan. Prokrastinasi dapat terjadi di setiap proses kehidupan, termasuk
akademik. Prokrastinasi yang terjadi pada bidang akademik disebut sebagai prokrastinasi akademik. Prokratinasi akademik adalah suatu jenis penundaan
yang sifatnya formal dan berhubungan dengan tugas-tugas akademik Ghufron Rini, 2010. Prokrastinasi akademik banyak dilakukan oleh
pelajar atau mahasiswa Fibriana, 2009. Fenomena prokrastinasi juga terjadi pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU. Berdasarkan survey mengenai prokrastinasi akademik oleh Sari, dkk tahun 2008 pada 66 orang mahasiswa Fakultas Psikologi USU
menunjukkan bahwa sebesar 48,5 melakukan penundaan pada tugas mengarang,
78,8 melakukan
prokrastinasi dalam
belajar untuk
mempersiapkan diri menghadapi ujian, 65,2 melakukan prokrastinasi pada
Universitas Sumatera Utara
tugas membaca, 51,5 melakukan prokrastinasi dalam menghadiri diskusi, 40,9 melakukan prokrastinasi pada tugas administratif dan sebanyak 63,6
mahasiswa melakukan prokrastinasi secara keseluruhan Fibriana, 2009. Untuk menghadapi prokrastinasi akademik tersebut dibutuhkan
keyakinan dari dalam diri mahasiswa akan kemampuan yang dimiliki untuk mengerjakan tugas dalam hal ini penyusunan skripsi. Keyakinan seseorang
akan kemampuannya oleh Bandura disebut sebagai self efficacy. Bandura 2001 mendefinisikan self efficacy
sebagai “keyakinan manusia pada diri mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri
mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Muhid 2009 menemukan, dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa salah satu aspek pada diri individu
yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi adalah self efficacy.
Penelitian yang dilakukan oleh Steel 2007, menunjukkan bahwa ketika individu memiliki self efficacy yang rendah dan tidak memiliki harapan
akan keberhasilan expectancy, maka individu tersebut cenderung akan melakukan prokrastinasi. Sebaliknya jika individu memiliki self efficacy yang
tinggi yang artinya individu tersebut yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas tersebut, maka kecenderungan melakukan prokrastinasi
akan berkurang. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk melihat
hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang sedang mengerjakan skripsi.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah