Kredibilitas Penelitian Hasil 1. Proses Emosi dan Strategi Regulasi Emosi Remaja Terhadap Peristiwa Percobaan Bunuh Diri Orang Tua

G. Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas. Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks Poerwandari, 2007. Kredibilitas penelitian ini nantinya terletak pada keberhasilan penelitian dalam mengungkapkan gambaran strategi regulasi emosi pada remaja terhadap percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh orang tuanya Peneliti akan mendokumentasikan secara lengkap, rapi dan menjaga kualitas data yang telah didapatkan dari hasil lapangan yang terjadi. Peneliti juga menggunakan profesional judgement yang dilakukan oleh ahli untuk memastikan data didapat sesuai dan tepat. Peneliti juga akan melakukan konfirmasi kembali kepada subjek mengenai data dan analisa data.

H. Prosedur Analisa Data

Menurut Poerwandari 2007, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam analisa data dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi Data

Tahap awal yang dilakukan dalam analisa data adalah mengorganisasikan data. Data kualitaif yang sangat beragam dan banyak, peneliti perlu mengorganisasikan data dengan rapi, sistematis, dan lengkap. Sebelum melakukan organisasi data, peneliti terlebih dahulu mengumpulkan semua data mentah yang didapatkan oleh Universitas Sumatera Utara peneliti. Pada tahap ini, peneliti menuliskan semua hasil wawancara yang diperoleh kedalam bentuk verbatim sesuai dengan isi suara yang direkam dan diurutkan dengan rapi. Setelah menulis verbatim, peneliti membuat refleksi-refleksi terhadap jawaban yang kurang tepat atau tidak jelas, kemudian untuk dipertanyakan kemabali kepada subjek. Hasil observasi yang diperoleh peneliti akan dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mendukung hasil wawancara yang diperoleh.

2. Koding

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan memberikan kode- kode pada transkip wawancara untuk menemukan strategi regulasi emosi dari data yang diperoleh. Setelah melakukan koding, peneliti menganalisis data awal yaitu melakukan pemadatan faktual dan menemukan tema-tema sehingga dapat mendeskripsikan fenomena penelitian dengan cara memahami membaca berulang-ulang hasil transkip data.

3. Analisis Tematik

Peneliti menggunakan analisis tematik untuk memungkinkan peneliti menemukan pola yang tidak dapat dilihat oleh pihak lain secara jelas. Pola atau tema tersebut ditampilkan secara acak dalam kumpulan Universitas Sumatera Utara informasi. Menurut Poerwandari 2007, analisa tematik merupakan suatu proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualisifikasi terkait dengan tema tersebut atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah disebutkan. Analisa tematik dari penelitian ini yaitu proses emosi dan strategi regulasi emosi pada remaja terhadap percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh orang tuanya. Tema-tema yang mendukung penelitian ini yaitu latar belakang percobaan bunuh diri orang tua, dampak dari percobaan bunuh diri orang tua dan latar belakang melakukan regulasi emosi. Berikut pedoman kode analisa tematik penelitian; Proses Emosi A. Situation B. Attention C. Appraisal D. Response Strategi Regulasi Emosi A1. Situation Selection A2. Situation Modification Universitas Sumatera Utara B1. Attentional Deployment C1. Cognitive Change D1. Response Modulation E. Latar belakangkronologi percobaan bunuh diri E1. Penyebab percobaan bunuh diri F. Dampak percobaan bunuh diri

4. Pengujian Terhadap Dugaan

Mempelajari data peneliti mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Setelah peneliti mendapatkan tema-tema dan pola-pola muncul dari data, kemudian peneliti menuliskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang fokus pada tujuan penelitian, Tahap selanjutnya, peneliti mempelajari kembali sumber data lalu peneliti membuat dinamika atau skema untuk mendeskripsikan kesimpulan dari hasil data.

5. Tahapan Interpretasianalisis

Menurut Kvale dalam Poerwandari, 2007, intrepertasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif dan lebih mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai penelitian yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Pada tahap interpretasi, peneliti memaknai penelitian ini berdasarkan hasil data yaitu pernyataan yang sebenarnya dari subjek dengan landasan teori Universitas Sumatera Utara strategi regulasi emosi oleh James Gross. Interpretasi dilakukan untuk memaknai setiap pernyataan yang disampaikan oleh subjek dan kemudian menyusun pernyataan yang memiliki makna yang sama pada konsep yang telah ditentukan, yaitu proses emosi dan strategi regulasi emosi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi untuk memberikan gambaran pada pembaca dalam memahami regulasi emosi pada remaja yang mengalami percobaan bunuh diri orang tuanya. Hasil data yang diperoleh akan dijabarkan, dianalisa dan diinterpretasikan per-subjek oleh peneliti, kemudian disesuaikan dengan teori yang telah dijabarkan dalam Bab II Landasan Teoritis. Setiap bagian analisa akan diberi kode-kode tertentu. Salah satu contoh kode yang diguanakan misalnya: S1.W1.05042016.A1.B115.H5. Maksud dari kode ini adalah; S1 adalah subjek pertama; W1 merupakan wawancara yang dilakukan pertama; 05042016 yaitu tanggal dilaksanakannya wawancara; A1 adalah koding mengenai analisa tematik berdasarkan teori; B115 berarti kutipan dari baris ke 115 dan; H5 adalah halaman dari kutipan verbatim. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek I Subjek II Subjek III Nama Inisial VH RN FW Usia 16 Tahun 17 Tahun 16 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Pendidikan Sekarang SMA SMA SMA Tabel 1. Gambaran Umum Subjek 49 Universitas Sumatera Utara

A. Hasil 1.

Subjek I a. Hasil Observasi 1 Wawancara I Selasa, 05 April 2016 pukul 10.00-11.46 WIB Wawancara pertama kali dilakukan di salah satu cafe yang berada di dekat rumah subjek yaitu berada di jalan Marelan Kota Medan. Cafe berukuran cukup luas dan memiliki 2 lantai dengan dekorasi berwarna ungu dan putih. Cafe ini meyediakan berbagai macam minuman jenis coffee dan teh serta berbagai dessert. Lokasi tempat duduk pertemuan subjek dan peneliti berada di Lantai 2. Di lantai 2 cafe hanya terdapat 5 spot tempat pelanggan yang disusun secara paralel untuk menikmati hidangan dan suasana luar cafe yaitu pemandangan jalanan lalu lintas. Spot tempat subjek dan peneliti bertemu terletak di sudut sebelah kiri dari tangga naik yang berdekatan dengan jendela yang langsung mengarah pada pemandangan jalanan lalu lintas. Terdapat dua buah kursi yang saling berhadapan dan meja makan, di meja terdapat vas bunga berwarna biru muda dan bunga mawar kertas berwarna merah. Subjek memiliki kulit berwarna sawo matang, dengan tinggi kurang lebih 163 cm. Secara fisik subjek tergolong memiliki tubuh yang kurus. Ini terlihat dari berat badan subjek sekitar 55 kg, bentuk wajah yang tirus dan pinggul yang kecil. Subjek memiliki hidung yang mancung dan rambut sebahu berwarna hitam kilau. Subjek memakai baju kemeja kotak- Universitas Sumatera Utara kotak berwarna merah dan hitam yang dipadukan dengan celana jeans panjang berwarna hitam sepatu flat berwarna hitam pada hari tersebut. Selain itu, subjek memakai aksesoris jam tangan berwarna putih dan anting berbentuk bulat dengan ukuran kecil berwarna biru muda. Sebelum wawancara dimulai, subjek dan peneliti terlebih dahulu saling menyapa dan menanyakan kabar masing-masing. Peneliti juga mulai membangun rapport kepada subjek dengan menanyakan kegiatan- kegiatan yang di lakukannya. Setelah peneliti merasa subjek sudah mulai merasa nyaman dan juga mulai berbicara dengan nada yang santai kepada peneliti. Peneliti mencoba secara bertahap bertanya mengenai peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya. Ketika pertanyaan mengenai peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya dimulai subjek tampak mengenggam kedua tangannya dan tersenyum tipis kepada peneliti, tampak subjek yang gugup dan sedikit terkejut mendengar pertanyaan peneliti. Awalnya subjek mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan cukup baik, terlihat dari cara berbicara subjek yang lancar dan tidak terhenti karena kebingungan. Seiring dengan berjalannya proses wawancara, subjek menunjukkan wajah yang tenang. Hal ini terlihat dari cara berbicara subjek yang perlahan dan santai dan sesekali tersenyum ketika berbicara. Selama proses wawancara tampak subjek sesekali memainkan bunga mawar kertas yang berada di depannya dan juga meminum minuman coffee yang sudah di pesan sebelumnya. Hal ini tampak subjek sedang mengalihkan perasaanya yang kecewa dan marah Universitas Sumatera Utara terhadap ayahnya ketika peneliti bertanya mengenai penyebab percobaan bunuh diri dan hubungan dirinya dengan ayahnya. Kondisi dan suasana dalam cafe sangat kondusif dan tenang. Hal ini terlihat dari ruangan yang tidak terlalu berisik dan tidak terlalu banyak orang yang berada di cafe tersebut, sehingga membuat subjek nyaman untuk berbicara dan menjawab pertanyaan peneliti dengan lancar tanpa ada gangguan. Perilaku yang cukup konsisten ditunjukkan subjek dari awal sampai akhir wawancara adalah gerakan tangan subjek yang memegang benda ketika berbicara. 2 Wawancara II Rabu, 06 April 2016 pukul 17.14-18.00 WIB. Wawancara kedua dilakukan di salah satu taman kota yang berada di Kota Medan. Taman berukuran sangat luas yang di tengah-tengah taman terdapat kolam air mancur yang berukuran bulat dan cukup besar. Di taman terdapat beberapa pohon yang rindang dan bunga-bunga yang menghiasi setiap sisi taman. Selain itu, terdapat beberapa bangku panjang di setiap sisi taman yang terbuat dari batu dan semen. Wawancara dilaksanakan pada sore hari, sehingga suasana di sekitar lokasi nyaman dengan udara yang sejuk disertai semilir angin. Tempat duduk ketika wawancara berlangsung antara subjek dan peneliti tidak jauh dari kolam air mancur dengan jarak sekitar 3 meter. Jarak duduk antara subjek dan peneliti sekitar 20 cm dan subjek berada di sebelah kiri peneliti dengan menghadap pemandangan kolam air mancur. Universitas Sumatera Utara Wawancara hari kedua subjek memakai baju kaos berwarna berlengan pendek dengan dan bawahan celana jeans panjang berwarna hitam serta sepatu flat berwarna hitam. Selain itu, subjek menggunakan aksesoris yang sama pada hari wawancara pertama dilaksanakan, yaitu jam tangan berwarna putih dan anting berbentuk bulat dengan ukuran kecil berwarna biru muda. Saat wawancara berlangsung, subjek tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Saat subjek bertemu dengan peneliti, ia langsung memeluk dan menjabat tangan peneliti dengan sopan. Proses wawancara dimulai, tampak senyum dan juga wajah yang kaku mengindikasikan kegugupan subjek. Peneliti mencoba untuk mencairkan suasana dengan melemparkan candaa agar subjek tertawa dan mengurangi kegugupannya. Pertanyaan mengenai peristiwa ayahnya kembali peneliti tanya kepada subjek, tampak subjek terdiam sejenak dan mengalihkan pandangannya. Namun, subjek masih dapat menjawab dengan tenang setiap pertanyaan yang diajukan. Hal ini terlihat dari cara berbicara subjek yang lebih tegas, volume suara yang lebih kuat namun tidak berteriak. Tampak gesture tubuh subjek yang lebih banyak bergerak, seperti gerakan tangan yang bergerak ke segala arah dan mata yang fokus pada peneliti ketika berbicara. Hal ini menunjukkan subjek mulai fokus dan serius menjalani proses wawancara dan menegaskan inforamsi yang disampaikannnya. Namun, pada pertengahan wawancara sempat terhenti, ini disebabkan handphone milik subjek berdering yang merupakan Universitas Sumatera Utara panggilan telpon dari temannya. Setelah subjek mengangkat panggilan telpon dari temannya, proses wawancara kembali dilaksanakan dengan lancar sampai akhir wawancara. Selama wawancara, subjek sesekali menggerakkan kakinya dengan gerakan kecil ketika mendang batu berukuran kecil yang berada di depannya. Hal ini dilakukan subjek untuk mengalihkan rasa kesal dan kekecewaan terhadap ayahnya. Namun, dibalik rasa kesal dan kecewa tersebut, subjek berusaha untuk tetap tersenyum dan menampilkan tawanya kepada peneliti. Subjek menunjukkan wajah yang murung dan menundukkan pandangannya ketika peneliti mulai bertanya mengenai keluarga dan ayahnya. Beberapa kali subjek hanya diam dan menghembuskan napas ketika peneliti bertanya mengenai hubungan subjek dan ayahnya. Subjek juga tampak sedih, terlihat dari mata subjek yang berkaca-kaca ketika peneliti bertanya perasaan subjek terhadap ayahnya. Selama proses wawancara kedua berlangsung berjalan dengan baik, tanpa ada gangguan atau hambatan. Suasana yang teduh dan sejuk membuat subjek merasa nyaman dan mulai membuka diri kepada peneliti. 3 Wawancara III Sabtu, 09 April 2016 pukul 13.06-15.07 WIB. Wawancara ketiga dilaksanakan di salah satu cafe yang berada di kota Medan. Lokasi cafe berada di jalan Halat, Kota Medan. Cafe dengan ukuran luas dan hanya memiliki satu lantai dasar. Terdapat sekitar 30 spot Universitas Sumatera Utara tempat duduk pelanggan yang disusun rapi berbentuk pola persegi panjang dengan kolom terdapat 6 spot dan baris terdapat 5 spot. Posisi spot subjek dan peneliti duduk berada di bangku nomor 15 yang terletak di kolom pertama dari pintu masuk dan baris terakhir. Spot tempat subjek dan peneliti bertemu terdapat 2 buah kursi dan 1 meja makan yang saling berhadapan. Kursi serta meja tersebut terbuat dari kayu dan berwarna cokelat muda. Jarak pandang antara subjek dan peneliti sekitar 50 cm. Subjek dan peneliti kemudian memesan dua gelas minuman yang sama yaitu milkshake rasa cokelat dan 1 porsi sedang kentang goreng. Wawancara hari ketiga, subjek menggunakan baju kemeja polos berwarna merah jambu berbahan kain sifon dan berlengan panjang, seperti biasanya subjek menggunakan bawahan celana jeans panjang berwarna hitam dan sepatu flat berwarna hitam. Namun, pada hari tersebut subjek tidak menggunakan jam tangannya yang berwarna putih tetapi tetap memakai anting yang sama di wawancara sebelumnya. Selama wawancara berlangsung, subjek menunjukkan sikap yang sama pada wawancara kedua. Subjek tampak bersemangat terlihat dari cara menyambut peneliti ketika masuk ke dalam cafe dan duduk bersama peneliti. Subjek tersenyum dan menanyakan kabar kepada peneliti dengan nada yang ramah dan lebih bersahabat. Proses wawancara dimulai, peneliti mulai menayakan kabar mengenai orang tuanya. Berbeda dari sebelumnya, subjek tidak menujukkan wajah terkejut maupun gugup. Subjek tampak lebih tenang ketika menjelaskan kepada peneliti. Terlihat dari posisi duduk Universitas Sumatera Utara subjek yang menyadarkan tubunya ke sandaran kursi sembari menatap peniliti ketika berbicara. Ketika berbicara subjek tampak lebih baik dari sebelumnya. Volume suara yang tegas diikuti dengan gerakan tangannya ke berbagai arah pada saat berbicara dan sesekali tersenyum, tertawa kepada peneliti. Subjek mulai membuka diri dengan menjawab lebih lancar dari sebelumnya terhadap pertanyaan yang diajukan. Namun, subjek menunjukkan sikap yang sama pada wawancara kedua ketika peneliti menanyakan hubungan keluarga subjek dan mengenai ayahnya. Subjek tidak dapat menyembunyikan perasaan sedih dan malu kepada ayahnya. Hal ini terlihat dari tubuh subjek yang menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya dari wajah peneliti ketika berbicara mengenai ayahnya. Subjek sesekali memainkan sedotan minumannya dan memainkan handphone ketika pertengahan wawancara. Hal ini disebabkan subjek mulai tidak nyaman ketika peneliti berbicara mengenai ayahnya. Selain itu, tampak subjek mengepal tangannya dan bola matanya mulai membesar, ketika peneliti bertanya mengenai orang-orang yang mengungkit masalah ayahnya. Wajah subjek memerah dan sesekali memiringakan sudut kiri bibir atasnya ketika menyebut orang-orang yang mengungkit masalah ayahnya. Subjek tampak sangat marah ketika mengingat orang-orang tersebut. Nmaun, subjek tetap menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun kurang nyaman dengan pertanyaan peneliti. Universitas Sumatera Utara 4 Wawancara IV Selasa, 19 April 2016 pukul 17.11-17.58 WIB Lokasi wawancara keempat dilaksanakan sama dengan lokasi pada wawancara pertama yaitu di salah satu cafe yang berada di jalan Marelan, Kota Medan. Suasana dan kondisi cafe terlihat sama dengan sebelumnya, dekorasi cafe tetap berwarna unggu dan putih. Spot tempat subjek dan peneliti juga sama seperti di wawancara pertama yaitu di lantai 2, terletak di sudut sebelah kiri dari tangga naik yang berdekatan dengan jendela yang langsung mengarah pada pemandangan jalanan lalu lintas. Subjek mengenakan baju kaos berwarna orange berlengan panjang yang dipadukan dengan bawahan rok selutut berwarna hitam dan sepatu flat berwarna hitam yang sama dikenakan subjek pada tiga pertemuan sebelumnya. Subjek tampak mengenakan jam tangan berwarna putih dan juga anting berwarna biru muda berbentuk bulat dengan ukuran kecil yang selalu dipakainya ketika wawancara sebelumnya. Selama proses wawancara berlangsung subjek tampak duduk dengan tenang dan sesekali tersenyum, tertawa dan melihat wajah peneliti ketika berbicara. Subjek menunjukkan sikap yang kooperatif dan nyaman ketika berbicara dan mendengarkan peneliti. Terlihat dari penyambutan subjek kepada peneliti yang hangat dan memeluk peneliti sambil menujukkan senyumnya. Selain itu juga, tampak dari cara berbicara subjek yang tegas namun santai ketika menjawab pertanyaan yang diajukan. Universitas Sumatera Utara Subjek tetap menunjukkan sikap yang tidak nyaman dan mulai terlihat murung yang menunjukkan kesedihan subjek ketika berbicara mengenai ayahnya. Subjek terkadang menghela napas jika peneliti bertanya kembali mengenai kondisi ayahnya. Sikap subjek tersebut menunjukkan bahwa ia mulai bosan jika ditanya mengenai ayahnya. Saat pertengahan wawancara sempat terhenti karena subjek terganggu dengan salah satu pelanggan cafe yang sedang memarahi salah satu pramusaji di cafe tersebut. Setelah suasana kembali tenang tanpa ada gangguan suara yang ribut, subjek kembali fokus mendengarkan peneliti dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Selama proses wawancara dengan subjek I yang terdiri dari empat sesi, berjalan dengan baik. Subjek cukup menerima dan membuka diri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dari wawancara pertama sampai akhir wawancara. Awalnya subjek tampak merasa sedikit tidak nyaman dan gugup dengan peneliti karena subjek takut akan pertanyaan yang diajukan peneliti. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk membangun rapport sebelum wawancara di mulai pada setiap sesi pertemuan. Selama proses wawancara berlangsung, subjek menunjukkan gerakan tangan ke segala arah. Sesekali memainkan benda yang berada di depannya ketika berbicara dan mengalihkan pandangannya dari peneliti. Hal ini menunjukkan, masih adanya muncul emosi marah, kecewa serta kesal kepada ayahnya. Selain itu, peneliti cukup kesulitan mengatur jadwal yang sesuai dengan subjek, hal ini dikarenakan subjek dan peneliti memiliki kesibukkan masing-masing. Namun, pada akhirnya subjek dan Universitas Sumatera Utara peneliti mempunyai waktu yang tepat untuk bertemu tanpa memberatkan satu sama lain. b. Hasil Wawancara b.1 Latar Belakang VH nama inisial adalah seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang juga seorang siswi SMA kelas 2 di salah satu Sekolah Negeri di Kota Medan. VH adalah anak ketiga dari empat bersaudara. VH memiliki kakak laki-laki berumur 26 tahun yang bekerja sebagai salah satu karyawan di tempat penyimpanan barang bekas dan kakak perempuan berumur 20 tahun yang bekerja sebagai karyawan di salah satu toko baju di Jakarta. Selain itu VH juga memiliki seorang adik laki-laki berumur 10 tahun dan sekarang duduk di bangku SD Negeri Kota Medan. VH berasal dari keluarga yang sederhana. Ibu VH adalah seorang pedagang baju bekas di salah satu kios di pasar tradisional, Kota Medan. Ayah VH dahulunya adalah seorang pedagang pakaian siap pakai di salah satu pasar sentral Kota Medan. Namun, sekarang ayah VH sudah tidak berdagang lagi setelah mengalami kebangkrutan yang saat itu VH masih berusia sekitar 4 tahun. Ayah VH dulu ada seorang pedagang yang terbilang cukup sukses di salah satu pasar sentral di Kota Medan. Namun, seiring bertambahnya persaingan dalam perdagangan membuat usaha ayah VH harus gulung tikar. Berbagai usaha telah dilakukan ayahnya untuk menyelamatkan sumber mata pencaharian keluarganya. Salah satunya adalah dengan meminjam uang yang cukup besar untuk menambah modal usaha. Namun, takdir berkata lain usaha ayah VH tidak dapat diselamatkan Universitas Sumatera Utara dan akhirnya bangkrut. Usaha yang bangkrut dan memiliki hutang yang cukup besar membuat ayah VH menjadi stres bahkan depresi. Hal ini terlihat dari sikap ayah VH yang mulai menyendiri dan tekadang menangis. VH yang masih kanak- kanak tidak memahami kondisi keluarganya. Ia hanya mengerti bahwa ayahnya sudah tidak berjualan lagi. Permasalahan ekonomi yang dihadapi ayah VH membuat ayahnya kehilangan harapan dan motivasi untuk bangkit kembali. Hal ini lah yang memicu ayahnya untuk mengakhiri hidupnya. Ayah VH melakukan percobaan bunuh diri dengan cara meminum cairan racun serangga. Berikut penuturan VH; “Usaha toko baju jadi gitu kak dipajak sentral. Nah, uda lama juga jualan disitu. Tapi gak tau kenapa, gak jalan usaha dia, berhutang, stres lah dia kak..” S1.W1.05042016.E1.B355-359.H15 Percobaan yang dilakukan oleh ayahnya terjadi ketika ia masih duduk di bangku SD kelas 4. Saat itu VH masih berumur 10 tahun, jika dihitung dengan umurnya yang sekarang peristiwa itu terjadi sekitar 17 tahun yang lalu. Seingatan VH, peristiwa itu terjadi selang waktu sekitar beberapa bulan setelah kebangkrutan usaha ayahnya. Ekspresi wajah yang gugup dan suara yang gemetar, perlahan VH menjelaskan bahwa dirinyalah menjadi saksi mata terhadap tindakan percobaan bunuh diri ayahnya. VH tidak terlalu ingat secara pasti kapan waktu peristiwa itu terjadi. VH hanya mengingat kejadian tersebut terjadi pada malam hari. Secara tidak sengaja VH melihat ayahnya mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Awalnya VH tidak mengerti tindakan yang dilakukan ayahnya. VH hanya melihat, ayahnya telah meminum cairan racun serangga di kamarnya. Hal Universitas Sumatera Utara ini dikarenakan VH yang masih memasuki usia kanak-kanak sehingga belum memahami tindakan ayahnya. Selain itu, saat kejadian VH masih dalam keadaan setengah sadar ketika melihat peristiwa tersebut. Berikut penuturan VH; “Jadi aku sendiri yang lihat ayah aku bunuh diri kak,” S1.W1.05042016.E.B198-199.H8 “Waktu itu aku kelas 4 SD kak, jadi aku belom tau kalo ayah aku coba bunuh diri..” S1.W1.05042016.E.B201-203.H9 Peristiwa itu bermula ketika VH bersama saudara-saudaranya hendak tidur malam di kamar. Saat mereka berusia kanak-kanak, seperti biasanya ayah VH yang selalu mengantarkan anak-anaknya ke kamar tidur dan menjaga mereka sampai tertidur dengan lelap. Dengan suara yang gemetar VH menceritakan bahwa ayahnya sangat berbeda pada malam itu. Bagi VH, ayahnya menunjukkan perilaku yang aneh berbeda dari biasanya. Biasanya ayah VH selalu menceritakan hal-hal lucu atau sekedar berkomunikasi dengan mereka sebelum tidur. Namun, malam itu ayah VH hanya diam dan tidak melakukan bahkan berbicara sepatah katapun dengan VH dan saudara-saudaranya. Perilaku yang semakin aneh menurut VH adalah ketika ayahnya memarahi ia dan saudara-saudaranya jika tidak tidur. Perilaku tersebut tidak pernah dilakukan ayahnya kepada VH sebelumnya. Hal ini membuat VH merasa asing dan bahkan takut kepada ayahnya sendiri. “.... aneh lah perilaku ayah” S1.W1.05042016.E.B220.H10 Universitas Sumatera Utara “Nah, waktu kejadian itu, seingat aku ayah diam aja kak, gak ada ngapa- ngapain. Pokonya diam aja lah. Aneh kak, kalo kami tanyak ayah kok diam aja marah-marah dia kak suruhnya kami t idur cepat.” S1.W1.05042016.E.B227-232.H10 Melihat sikap aneh dan rasa takut yang VH rasakan pada ayahnya, ia kemudian memaksakan dirinya untuk tidur lebih awal dan takut untuk berbicara agar ia tidak dimarahi oleh ayahnya. Namun, pada pertengahan malam VH secara spontan terbangun dari tidurnya. VH juga tidak mengingat bagaimana dan kenapa ia bisa terbangun. Saat terbangun dari tidurnya VH masing terbaring di tempat tidurnya tanpa menggerakkan anggota tubuhnya kecuali kedua matanya yang tidak dapat ia tutup kembali. VH yang mulai risau dan sulit untuk tidur kembali, kemudian menggerakkan tubuhnya secara perlahan ke arah tempat tidur kakaknya. Saat membalikkan tubuhnya, VH terkejut melihat ayahnya yang sedang duduk di tepi tempat tidur kakaknya dan sedang memegang botol cairan racun serangga. VH yang saat itu masih dalam kondisi setengah sadar masih terdiam dan hanya membuka matanya dengan lebar karena muncul rasa penasaran VH ketika melihat perilaku ayahnya. Setelah tidak lama memegang botol cairan racun serangga tersebut, alangkah terkejutnya VH melihat ayahnya perlahan-lahan menggerakkan tangannya yang sedang memegang botol tersebut menuju mulut ayahnya dan kemudian meminumnya. Hal ini dipaparkan oleh VH dalam kutipan wawancara berikut; Universitas Sumatera Utara “Iya kak, nah ntah jam berapa gitu kak, aku juga kurang tau kak, aku terbangun gitu kak, terus aku liat ayah aku pegang botol baygon, terus dia minum lah baygon itu..” S1.W1.05042016.E.B252-256.H11 VH yang masih terkejut dan bercampur dengan rasa penasaran serta ketakutkan pada ayahnya hanya bisa terdiam tanpa menggerakkan tubuhnya. Selang beberapa detik setelah tindakan yang diperbuat ayahnya, secara spontan VH memejamkan matanya dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Perasaan yang bercampur aduk membuat VH bingung harus bereaksi seperti apa. VH hanya berpikir untuk berpura-pura tidur agar ayahnya tidak melihat dirinya yang menyaksikan secara langsung percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh ayahnya. Hal ini disampaikan VH dalam kutipan wawancara berikut; “ayah ngapain minum baygon. Tapi aku diam aja sih kak, gak ngerti aku kak, waktu itu aku masih SD. Terus aku tidur lagi pura- pura gak lihat” S1.W1.05042016.E.B263-267.H11 Ketika ia menutup matanya dan berpura-pura tidur, VH tidak mengetahui kondisi terakhir ayahnya. Beberapa menit setelah peristiwa yang dilihatnya, VH hanya mendengar langkah kaki Ibunya yang masuk ke kamarnya dan berteriak dengan kuat karena terkejut melihat kondisi ayah yang sudah tergeletak di lantai dan mengeluarkan busa dari mulut ayahnya. Mendengar teriakan yang kuat dari Ibunya, VH dan saudara-saudaranya terbangun dan sangat kaget bahkan ketakutan melihat kondisi ayahnya. VH masih terdiam melihat ayahnya, ia tidak menyangka, tindakan ayahnya yang ia lihat secara langsung dapat membuat tubuh Universitas Sumatera Utara ayahnya seperti itu. Suara yang senduh sembari jatuhnya air mata di pipi, VH menjelaskan saat kejadian itu ia melihat Ibunya yang panik dan menggoyangkan tubuh ayahnya, kemudian memanggil nama ayahnya dengan suara yang parau bersamaan dengan air mata yang mengalir di pipi Ibunya. VH juga melihat kepanikan dari saudara-saudaranya, VH melihat kakak dan adiknya menangis ketakutan dipelukkan abangnya. Melihat kondisi ayahnya yang mulai terkujur kaku, ibu VH dengan cepat langsung menelpon salah satu saudaranya laki-lakinya yaitu paman VH untuk menolong ayahnya. Jarak rumah paman VH berdekatan dengan rumahnya, sehingga kedatangan pamannya lebih cepat dan ayah VH dapat ditolong. Paman VH dengan sigap langsung membawa ayah VH ke rumah sakit terdekat. Ayah VH di bawa ke rumah sakit dan ditanggani oleh dokter dengan tepat, sehingga nyawanya ayahnya dapat diselamatkan. Berikut kutipan wawancara dengan VH; “Aku gak lihat pastinya kondisi ayah aku gimana setelah dia minum baygon. Tapi ntah jam berapa gitu, ga selang lama aku lihat ayah minum baygon, mamak aku datang kak ke kamar kami, terus dia kaget lihat ayah aku uda berbusa gitu mulutnya..” S1.W1.05042016.E.B287-289.H12 Ayah VH dirawat di rumah sakit kurang lebih selama 3 minggu, dan saat itu juga VH masih belum mengerti yang sebenarnya terjadi dengan ayahnya. VH masih mengingat cukup jelas peristiwa yang dilihatnya secara langsung. Memori mengenai peristiwa tersebut hanya disimpan VH untuk dirinya sendiri. Saat itu ia belum berani untuk menceritakan kembali kepada orang lain terutama kepada keluarganya. Hal ini juga dikarenakan usia VH masih 10 tahun dan belum Universitas Sumatera Utara mempunyai kemampuan berpikir serta verbal yang baik untuk menceritakan kembali secara rinci terhadap yang dilihatnya. Butuh waktu kurang lebih 4 tahun bagi VH mulai berani mencari tahu maksud dan tujuan dari tindakan ayahnya. Saat itu VH sudah memasuki usia remaja awal yaitu 13 tahun. Usia tersebut VH sudah duduk di bangku SMP kelas 1. “Ehm, yang aku rasakan itu sejak aku mulai tau lah ayah aku. Waktu masuk SMP lah. Karena uda ngerti sekarang terus dia mulai gila- gila gitu kak..” S1.W1.05042016.E.B404-407.H17 VH yang sudah berusia 13 tahun lambat laun mulai muncul rasa penasaran serta keberanian untuk mencari tahu mengenai memori 4 tahun yang lalu. Hal ini dipicu oleh perubahan pada sikap ayahnya setelah keluar dari rumah sakit. VH mengatakan perubahan ayahnya yang aneh dan tidak seperti sosok ayah yang ia kenal dulu sebelum peristiwa itu terjadi. Perubahan sikap tersebut seperti sering termenung, ayahnya menjadi lebih pendiam, tidak ingin keluar rumah dan sangat jarang berkomunikasi dengan keluarganya dan orang lain. VH yang semakin penasaran akhirnya mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada abangnya mengenai perubahan sikap yang ditunjukkan oleh ayahnya. Melihat rasa penasaran VH dan juga sudah memasuki usia remaja, mau tidak mau abang VH kemudian menjelaskan kepada dirinya mengenai kondisi yang terjadi pada ayahnya. Abang VH menjelaskan pada dirinya bahwa ayah mereka pernah melakukan percobaan bunuh diri di kamar tidur mereka dengan cara meminum cairan pembasmi serangga. Abangnya juga menjelaskan penyebab ayah mereka melakukan percobaan bunuh diri. Universitas Sumatera Utara

b.2 Proses Emosi

Mendengar penjelasan dari abangnya, perlahan-lahan VH mengingat kembali kejadian yang dilihatnya secara langsung yaitu ketika ayahnya meminum cairan racun serangga. VH hanya terdiam dan menangis ketika mengingatnya kembali peristiwa menakutkan tersebut. VH tidak menyangka peristiwa yang dilihatnya merupakan percobaan bunuh diri ayahnya. Mengetahui ayahnya telah mencoba bunuh diri, membuat VH tidak ingin melihat ayahnya. VH tidak mengetahui dengan pasti alasannya. VH hanya menjelaskan setiap melihat ayahnya situation, ia kembali mengingat persitiwa 4 tahun yang lalu attention. Peristiwa yang membuat diri dan keluarganya ketakukan pada malam itu. VH menilai bahwa perbuatan yang dilakukan ayahnya sangat bodoh dan menjijikan appraisal. Hal ini membuat timbul emosi-emosi negatif yang dirasakan VH terhadap ayahnya. Emosi negatif tesebut seperti marah dan malu pada ayahnya. Hal ini disampaikan oleh VH dalam kutipan wawancara berikut; “Aku marah kali kak terus malu kali kak. Kenapa coba dia bunuh diri kayak gak punya iman gitu kak. Kan aneh coba kak dia mau bunuh diri terus lebih bodo hnya lagi dia coba bunuh diri di kamar kami.” S1.W1.05042016.F.B395-396.H16 Emosi negatif marah dan malu yang VH rasakan terhadap percobaan bunuh diri ayahnya membuat diri VH berubah dari biasanya. VH yang dahulunya selalu ceria di sekolah menjadi lebih pendiam dan lebih tertutup dan tidak bersemangat pergi ke sekolah. Hal ini membuat prestasi sekolah ketika ia duduk dibangku SMP dari kelas 1 sampai 3 menjadi menurun dan juga sangat jarang bermain bersama Universitas Sumatera Utara teman sekolahnya. Turunnya prestasi sekolah dan rendahnya minat VH untuk berteman dikarenakan ia malu dengan teman sekolahnya jika temannya bertanya atau mengungkit masalah mengenai keluarganya terutama ayahnya. Berikut yang disampaikan VH dalam kutipan wawancara berikut; “Semenjak aku tau, aku jadi malas ke sekolah kak, malas nongkrong sama kawan-kawan juga kak. Rasanya marah aja kak. Pulang ke rumah juga malas.” S1.W1.05042016.F.B452-454.H18-19 “Hancurlah kak. Aku pernah rangking 30 dari 35 orang. Padahal dulu aku SD masuk lima besar terus kak..” S1.W1.05042016.F.B459-460.H19 “Iya lah kak, malu aku kak. daripada nanti kan nongkrong. Kawan-kawan tanya orang tua kau siapa, kerja apa, gimana kabarnya?? Apalah yang mau aku jawab kak..” S1.W1.05042016.F.B524-530.H22 Selain berdampak pada sekolahnya, emosi-emosi negatif yang VH rasakan juga berdampak pada hubungan dirinya dengan ayahnya. VH mengakui bahwa setelah ayahnya melakukan percobaan bunuh diri ia sangat jarang untuk berkomunikasi dengan ayahnya, melihat kondisi ayahnya pasca peristiwa tersebut. Terlebih lagi ketika ia mulai mengetahui bahwa ia menjadi saksi mata atas tindakan ayahnya. VH menjelaskan bahwa setiap ia melihat ayahnya situation muncul emosi-emosi negatif kepada ayahnya seperti marah, malu, kesal, kecewa respons. Emosi-emosi negatif tersebut terkadang muncul secara cepat dan Universitas Sumatera Utara spontanitas tanpa harus melalui tahap VH mengingat dan menilai tindakan ayahnya. Keberadaan ayah VH yang selalu di rumah, membuat VH menjadi tidak betah berada di rumah bersama ayahnya situation. Sama halnya dengan melihatnya ayahnya, jika ia berada di rumah juga selalu mengingat perbuatan ayahnya ketika meminum racun serangga di kamarnya attention. VH merasa tindakan ayahnya sungguh sangat bodoh dan menggap ayahnya tega melakukan hal tersebut di kamarnya appraisal. Hal ini membuat VH semakin kecewa dan merasa malu dengan perbuatan ayahnya respons. Selain tidak betah di rumah karena ayahnya, VH juga merasa kesepian jika berada di rumah. Suasana rumah menjadi sepi dikarenakan Ibu, adik dan abang VH jarang berada di rumah karena harus bekerja. Selain itu, abang VH yang menjadi kepala rumah tangga merasa tidak peduli dan benci dengan ayahnya sendiri dan membuat ia jarang untuk pulang ke rumah. Hal ini membuat keluarga VH sangat jarang bertemu dan saling bercengkrama satu sama lain. “setiap lihat ayah bawaannya marah aja kak. Kesel, kecewa, malu semuanya lah kak. Kalo lihat dia kak..” S1.W2.06042016.A.B108-111.H5 “Iya lah kak, semuanya muncul. makanya aku stres kalo di rumah sendiri, apa lagi kalo sama dia di rumah. Bisa ikut gilak juga kak.. “ S1.W3.09042016.A.B229-234.H10 Universitas Sumatera Utara “Uda males kak, uda kecewa sama ayah. Ayah uda gak kayak dulu kak. Dia bunuh diri di depan mata aku sendiri gak, gak layak perbuatannya itu sama kami kak anak- anaknya..” S1.W2.06042016.F.B93-97.H4-5 Walaupun muncul emosi negatif yang dirasakan VH terhadap ayahnya, ia mengakui bahwa sangat merindukan keharmonisan keluarga dan hubungan dirinya dengan ayahnya yang dahulu terjalin sangat baik. Sebelum kejadian percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya, VH dan ayahnya memliki hubungan yang sangat dekat melebihi dengan saudara-saudaranya yang lain. VH menjelaskan, ia dan ayahnya dahulu suka dan sering sekali mengobrol serta bercanda bersama ayahnya. VH selalu menceritakan kegiatan yang dilakukan kepada ayahnya. Hal ini disampaikan VH dalam kutipan wawancara berikut; “Dulu sebelum kejadian itu kak, kami seringlah kak ngobrol-ngobrol, malah dulu dekat kali sama ayah kak. Ayah dulu juga suka bercanda sama kami kak. Tapi semenjak kejadian itu.. sekarang kek gitu lah kak” S1.W2.06042016.F.B80-86.H4 “Rindu kali lah kak. pengen kali aku putar waktu kayak dulu kak..” S1.W2.06042016.F.B89-90.H4 Walaupun kerinduan tersebut muncul, VH menilai bahwa tindakan ayahnya sangat bodoh dan merepotkan dirinya dan keluarganya appraisal. VH mengakui, semenjak percobaan bunuh diri ayahnya, ia dan keluarganya harus rela bekerja lebih keras untuk mencari uang agar dapat menebus hutang piutang. Hal ini, membuat VH semakin kecewa dan kesal response dengan ayahnya karena Universitas Sumatera Utara melihat Ibunya harus bertanggung jawab dan bekerja lebih keras untuk mempertahankan dan menafkahi anak-anak dan suaminya. “Kalo dia mati, ya udah selesai gitu kak. jadi gak ngerepotin satu keluarga kan kak. Aku pun juga gak malu gini punya ayah gilak kek dia. Kalo udah mati, uda selesai cerita kak. ini gak mati- mati juga..” S1.W3.09042016.C.B194-199.H8-9 Percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya menjadi perbincangan hangat di lingkungan sekitar rumah VH. Tidak sedikit tetangga-tetangganya bertanya dan mengungkit kembali peristiwa tersebut. Tetangga VH sering menanyakan kepada dirinya mengenai ayahnya. VH mengakui bahwa ia marah jika diungkit-ungkit masalah ayahnya situation. Ia menilai bahwa yang terjadi pada keluarganya bukanlah urusan orang lain appraisal. Pertanyaan tetangganya mengenai ayahnya membuat VH semakin mengingat tindakan ayahnya attention dan semakin meningkat munculnya emosi-emosi negatif kepada ayahnya response. “Ngapain tanya-tanya, sebenarnya taunya dia soal ayah ngapain juga di bahas lagi. Kan cari perkara kak..” S1.W3.09042016.C.B476-478.H19

b.3 Regulasi Emosi

Emosi-emosi negatif yang dirasakan VH kepada ayahnya membuat ia semakin tidak ingin bertemu ayahnya dan semakin membuat ia tidak ingin berada di rumah terlalu lama bersama ayahnya. Emosi-emosi negatif tersebut sangat berdampak pada perkembangan psikologis VH yang saat itu masih di usia remaja. Hal ini mengakibatkan nilai akademis VH yang turun, rendahnya minat untuk Universitas Sumatera Utara menjalin hubungan sosial dan bahkan hubungan kedekatan antara dirinya dengan ayahnya. Dampak dari emosi-emosi negatif tersebut membuat dirinya berubah dan ia sangat tidak menyukai perubahan tersebut. Selain itu, VH mengakui bahwa ia tidak ingin terlalu lama merasakan emosi tersebut kepada ayahnya, karena ia merasa dirugikan dengan emosi tersebut. VH juga tidak ingin melihat Ibunya menjadi sedih karena terlalu lama memiliki emosi negatif kepada ayahnya yang berdampak pada dirinya dan sekolah. Oleh karena itu, VH berusaha untuk mengontrol emosi negatif yang muncul agar ia dapat mengontrol dirinya. VH menyadari untuk mulai mengontrol emosi-emosi negatif yang muncul ketika duduk di awal masuk SMA kelas 1. VH memulai untuk belajar mengontrol emosinya ketika berusia awal 16 tahun dan sampai sekarang. VH mengakui jika ia melihat ayahnya akan muncul emosi marah, malu dan benci yang terlalu dalam kepada ayahnya. Oleh karena itu, VH berusaha untuk menghindari ayahnya dan tidak ingin di rumah bersama ayahnya sebelum emosi- emosi negatif tersebut muncul. VH menjelaskan, ia lebih baik menghindar atau tidak melihat ayahnya terlalu lama daripada harus berbicara dengan ayahnya dan melampiaskan emosi negatifnya kepada ayahnya situation selection. Menurut VH, hal itu tidak berguna dan hanya membuat dirinya semakin menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua. VH biasanya keluar dari rumah selain untuk pergi sekolah, ia akan pergi ke tempat yang jauh dari rumah seperti taman atau rumah temannya, sehingga dapat Universitas Sumatera Utara membuat dirinya tenang dan menyendiri situation selection. Selain pergi jauh dari rumah biasanya VH selepas pulang sekolah akan langsung menyusul Ibunya dan membantu berjualan di pasar sampai sore tiba, kemudian mereka pulang bersama situation selection. Berikut penuturan VH dalan kutipan wawancara berikut; “Kemana aja kak, kalo aku sekolah sampai mamak aku pulang aku pulang. Kadang aku nyusul dipajak. Kalo liburan aku bantu mamak jualan, kalo gak alasan keluar ketempat kawan kak..” S1.W3.09042016.A1.B281-186.H12 “Ya kalo aku biasanya pulang jalan-jalan gitu biasanya aku uda tenang lah kak, uda gak pusing lagi, jadi kalo malam lihat dia, uda mulai biasa aja. Karena ada mamak juga kak. jadi aku biasa aja. Terus kalo malam aku langsung masuk kamar kak. tidur, belajar, kadang main sama adek aku..” S1.W3.09042016.A1.B296-299.H12 Menghindar dari ayahnya menurut VH hal itu tidaklah cukup untuk mengurangi emosi-emosi negatif yang muncul jika melihat ayahnya. VH menjelaskan, walaupun ia tidak melihatnya terkadang VH masih mengingat kejadian percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya di depan matanya sendiri attention. VH menjelaskan bahwa ia tidak ingin terlalu mengingat peristiwa tersebut. Oleh karena itu, ia harus mengalihkan perhatian pikirannya ke arah yang lain agar ia tidak mengingat kejadian tersebut. Untuk menghindari pemikiran tersebut, VH biasanya mengalihkannya dengan bermain bersama temannya seperti jalan bersama, karoke-an ataupun melakukan akitivitas lain bersama temannya attentional deployment. VH mengakui dengan bersama temannya ia merasa Universitas Sumatera Utara lebih tenang, menguranginya stresnya dan melupakan sejenak peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya. “Iya kak, bersyukur juga aku. Mereka penghilang stres aku kak..” S1.W1.05042016.B1.B564-565.H23 “..biasanya sih gak kak, aku kalo keluar rumah, main-main sama kawan, jalan-jalan. Gak teringat lagi masalah rumah. Kalo sama kawan-kawan aku happy aja bawaannya kak. gak ada aku bahas-bahas soal rumah kak.. S1.W3.09042016.B1.B323-328.H13 VH menilai percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya merupakan tindakan yang sangat bodoh dan merugikan baik untuk ayahnya sendiri dan keluarganya. Penilaian VH tersebut membuat ia semakin merasakan emosi-emosi negatif pada ayahnya appraisal. Namun, ia tidak ingin larut dengan penilaian tersebut, VH menjelaskan bahwa ia mulai menilai ulang pemikiranya dengan ke arah yang lebih positif cognitive change. VH menyadari bahwa tindakan ayahnya pasti ada alasan di balik itu. VH menganggap kejadian percobaan bunuh diri ayahnya sudah menjadi takdir Allah SWT cognitive change. Penilaian ulang VH terhadap tindakan yang dilakukan ayahnya dipengaruhi oleh Ibunya. Ibu VH memberikan nasehat kepada dirinya untuk menerima kejadian yang terjadi pada keluarganya dan untuk lebih ikhlas menerima cobaan dari Allah SWT. Oleh karena itu, VH harus menerima dengan pasrah melihat kondisi ayahnya yang sekarang cognitive change. Berikut penuturan VH; Universitas Sumatera Utara “Ya gimana lagi lah kak. kalo uda terjadi ya terjadilah, aku juga gak bisa sama Allah jangan ke aku gitu. Apalagi aku harus lihat secara langsung gitu kak..” S1.W3.09042016.C1.B428-432.H17 “Allah pasti sayang sama aku kak, pasti ada alasan kenapa Allah kasi ayah yang kek gitu sama aku kak. Jadi aku anggap ini cobaan aja kak, buat aku, mamak ku juga kak. Pasti Allah uda lancarkan jalan untuk kedepannya buat aku kak..” S1.W3.09042016.C1.B435-441.H17 Walaupun VH berusaha untuk menghindari munculnya emosi-emosi negatif yang dirasakan pada ayahnya. Namun, terkadang emosi itu muncul dan membuat dirinya menjadi stres response . VH menjelaskan, emosi-emosi negatif tersebut akan muncul jika ia tidak bisa menahan dirinya. Hai ini disebabkan oleh orang lain seperti tetangga maupun saudara dari ayahnya mulai mengungkit bahkan mengolok ayahnya situation. VH pernah mencoba untuk melampiaskan emosi- emosi negatifnya, seperti melampiaskan kemarahannya dengan orang yang membicarakan ayahnya. Akan tetapi, VH merasa hal itu tidak berguna karena orang yang mengejek ayahnya akan tetap membicarakan ayahnya dan bahkan dirinya tidak mempunyai sopan dan santun. Oleh karena itu, VH mulai belajar untuk lebih sabar dan berusaha menanggapi dengan senyuman jika orang lain mengungkit masalah ayahnya response modulation. Selain itu, VH juga menjelaskan ia terkadang menjumpai sahabatnya untuk menenangkan dirinya dengan bersenang-senang. Terkadang VH menceritakan semua yang dirasakan dan dialaminya kepada sahabatnya response modulation. Menurut VH, dengan Universitas Sumatera Utara bermain dan curhat dengan temannya membuat ia lebih baik dan kembali tenang respone modulaion. “Lumayan lah kak.. karena mereka hibur aku juga kak..” S1.W3.09042016.D1.B370-371.H15 “Hahah macem-macem lah, kadang kami koro-koro, ketawa lagi aku kak, kadang juga curhat sama mereka kak. lupa sejenak masalah.” S1.W3.09042016.D1.B374-377.H15 “Senyum aja kak, suka kau lah mau ngomong apa, yang penting jangan sampek ganggu aku aja kak..” S1.W3.09042016.D1.B485-486.H19 REKAPITULASI DATA HASIL WAWANCARA SUBJEK 1 Tabel 2. Rekapitulasi Data Proses Emosi No Proses Emosi Gambaran 1. Situation Setiap melihat ayah muncul perasaan marah dan benci Subjek tidak betah berada di rumahnya Saat orang lain dan saudaranya mengungkit permasalahan ayahnya. 2. Attention Setiap mengingat ayahnya melakukan percobaan bunuh diri Subjek mengingat tindakan meminum baygon percobaan bunuh diri ayahnya 3. Appraisal Subjek menilai bahwa perbuatan yang dilakukan ayahnya sangat bodoh dan menjijikan Subjek merasa tindakan ayahnya sungguh bodoh dan menganggap ayahnya tega melakukan hal tersebut di Universitas Sumatera Utara kamarnya Subjek menilai bahwa yang terjadi pada keluarganya bukanlah urusan orang lain 4. Response Subjek malu dengan ayahnya. Subjek malu jika bertemu dengan teman-temannya dan membahas mengenai ayahnya. Subjek kecewa dengan ayahnya Subjek marah dengan ayahnya Subjek kesal ketika melihat ayah. Tabel 3. Rekapitulasi Data Strategi Regulasi Emosi No. Strategi Regulasi Emosi Gambaran 1. Situation Selection Subjek tidak melampiaskan kemarahannya dengan ayahnya. Subjek keluar rumah jika mulai muncul perasaan marah dan benci kepada ayahnya Subjek berusaha untuk menghindar ayahnya Subjek menghindar dari ayah dengan keluar rumahjalan-jalan agar kembali tenang. 2. Situation Modification Tidak ditemukan 3. Attentional Deployment Teman adalah penghilang stres subjek subjek mengalihkan ingatan percobaan bunuh diri ayahnya dengan bermain bersama temannya seperti jalan bersama, karoke-an ataupun melakukan akitivitas lain bersama temannya 4. Cognitive Change Subjek pasrah dengan takdir Allah SWT. Subjek menganggap kejadian percobaan bunuh diri ayahnya sudah menjadi takdir Allah SWT. Subjek menilai bahwa ada alasan kenapa dia menghadapi perbuatan percobaan bunuh diri ayahnya Subjek menilai Allah memiliki alasan dengan menghadapi kejadian percobaan bunuh diri ayahnya 5. Response Modulation Subjek menceritakan kepada temannya jika sedang marah dengan ayahnya Universitas Sumatera Utara Teman subjek tempat menghibur diri ketika subjek marah dan stres Subjek bereaksi diam dan sabar jika ada orang yang mengungkit ayahnya. Subjek berusaha menanggapi dengan senyum jika orang lain mengungkit masalah ayahnya dan membuatnya marah Universitas Sumatera Utara situation Attention Appraisal Response • Subjek malu dengan ayahnya • Subjek malu bertemu dengan teman- temannya dan membahas ayahnya • Subjek kecewa dengan ayahnya • Subjek marah dengan ayahnya • Subjek kesal ketika melihat ayahnya • subjek menilai bahwa perbuatan ayahnya sangat bodoh dan menjijikkan • subjek merasa tindakan ayahnya sangat bodoh dan menganggap ayahnya tega melakukan hal tersebut di kamarnya • subjek menilai bahwa yang terjadi pada keluarganya bukanlah urusan orang lain • Setiap mengingat ayahnya melakukan percobaan bunuh diri • Subjek mengingat tindakan meminum baygon percobaan bunuh diri ayahnya • Setiap melihat ayahnya • Subjek tidak betah berada di rumah • Saat orang lain dan saudaranya mengungkit permasalahan ayahnya Situation Selection Subjek tidak melampiaskan kemarahannya dengan ayahnya. Subjek keluar daru rumah jika muncul perasaan marah dan benci kepada ayahnya. Subjek berusaha untuk menghindar ayahnya. Subjek menghindar dari ayah dengan keluar rumahjalan- jalan agar kembali tenang. Attentional Deployment Teman adalah penghilang stres subjek. Subjek mengalihkan percobaan bunuh diri ayahnya dengan bermain bersama temannya seperti jalan bersama, karoke-an ataupun melakukan aktivitas lain bersama temannya. Cognitive Change Subjek pasrah dengan takdir Allah SWT. Subjek menganggap kejadian percobaan bunuh diri ayahnya sudah menjadi takdir Allah SWT. Subjek menilai bahwa ada alasan kenapa dia menghadapi perbuatan percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek menilai Allah memiliki alasan dengan menghadapi kejadian percobaan bunuh diri ayahnya. Response Modulation Subjek menceritakan kepada temannya jika sedang marah dengan ayahnya. Teman subjek tempat menghibur diri ketika subjek marah dan stres. Subjek bereaksi diam dan sabar jika ada orang yang mengungkit ayahnya. Subjek berusaha menanggapi dengan senyum jika orang lain mengungkit masalah ayahnya dan membuatnya marah. Bagan 5. Pohon Masalah Regulasi Emosi Subjek 1 Universitas Sumatera Utara

2. Subjek II

a. Hasil Observasi

1 Wawancara I Kamis, 14 April 2016 pukul 10.49-12.45 Wawancara dilakukan di Kota Medan yaitu di salah satu cafe yang berada di jalan Krakatau. Lokasi cafe tersebut dipilih karena jaraknya cukup dekat dari lokasi rumah subjek. Luas cafe sekitar 4 m x 12 m dan hanya memiliki 1 lantai. Cafe tersebut memiliki dekorasi yang unik yaitu dekorasi bertemakan Hello Kitty yang memadukan warna putih dan merah jambu. Cafe ini menyediakan berbagai macam makanan dan minuman. Tempat untuk pelanggan hanya tersedia 10 spot saja yang disusun secara rapi berbentuk pola persegi panjang yaitu dengan kolom terdapat 2 spot dan baris 5 spot. Lokasi spot pertemuan subjek dan peneliti berada di spot nomor 1 tepat di depan pintu masuk cafe. Spot tersebut memiliki 4 kursi yang mana 2 kursi disusun secara berhadap-hadapan diantara satu meja makan. Subjek dan peneliti duduk berhadap-hadapan. Subjek dan peneliti kemudian memesan 2 gelas minuman jus buah dan 2 porsi dessert. Subjek memiliki kulit berwarna putih susu dengan tinggi kurang lebih 156 cm. Subjek memliki tubuh yang sedikit berisi terlihat dari bentuk badan subjek yang berbentuk bulat dan bentuk wajah oval. Subjek memiliki hidung yang mancung dan memakai jilbab dalam kesehariannya. Saat wawancara hari pertama, subjek memakai baju kaos lengan panjang berwarna putih dan jilbab warna hitam yang dipadukan Universitas Sumatera Utara dengan rok denim panjang semata kaki. Subjek juga menggunakan sepatu flat berwarna biru tua. Subjek tidak menggunakan aksesoris untuk melengkapi busananya pada saat itu. Subjek tampak tersenyum dan melambaikan tangan ketika menemukan peneliti dari pintu masuk cafe. Peneliti kemudian berdiri dari kursi kemudian menjabat tangan subjek lalu memeluknya. Subjek dan peneliti kemudian duduk secara berhadap-hadapan. Jarak pandang antara peneliti dan subjek sekitar 50 cm. Subjek dan peneliti kemudian memesan 2 gelas minuman jus buah dan 2 porsi dessert. Sambil menunggu pesanan datang, peneliti mencoba untuk membangun rapport kepada subjek sebelum wawancara dimulai. Hal ini dikarenakan, subjek tampak kebingunggan dan sedikit canggung dengan peneliti. Terlihat dari mata subjek yang memandang setiap sudut cafe sembari mengengam kedua tangannya diikuti dengan gerakan kecil kakinya. Pesanan datang dan wawancarapun dimulai. Sebelum bertanya pada inti masalah, awalnya peneliti bertanya mengenai kabar dirinya dan silisilah keluarganya. Subjek tampak berbicara dengan nada yang pelan namun dapat didengar oleh peneliti. Subjek mulai nyaman berbicara dengan peneliti, terlihat dari pandangan subjek yang mengarah pada peneliti sembari menampilkan senyun dan tawanya. Sesekali subjek juga tampak menyandarkan badannya ke sandaran kursi, lalu menegakkan badannya kembali ketika peneliti berbicara. Universitas Sumatera Utara Selama wawancara berlangsung, subjek tampak tenang dan cukup nyaman ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hal ini tampak dari cara subjek berbicara kepada peneliti dengan lancar dan juga sesekali subjek tersenyum dan tertawa saat menjawab pertanyaan. Ketika berbicara subjek tampak selalu memegang handphonenya, namun tidak digunakan. Awalnya peneliti berpikir bahwa subjek mulai bosan. Namun, melihat pandangan subjek yang masih fokus dengan peneliti membuat peneliti urung berpikiran seperti itu. Melihat subjek sudah merasa cukup nyaman, peneliti mulai mencoba untuk bertanya mengenai percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek tampak terkejut dan terdiam sejenak. Subjek kemudian mengetuk jari telunjuk ke meja beberapa kali dan pandangan mata ke arah gelas minumannya. Perilaku tersebut menunjukkan subjek mulai bingung untuk menjelaskan kepada peneliti mengenai penyebab percobaan bunuh diri ayahnya. Akhirnya subjek dapat menjelaskan dengan cukup baik kepada peneliti. Namun, sesekali subjek terdiam sejenak ketika mengingat kejadian tersebut. Perilaku yang berbeda ditunjukkan subjek ketika peneliti bertanya mengenai perasaannya kepada ayahnya. Subjek terlihat sedih dan kurang nyaman karena pertanyaan yang peneliti ajukan. Hal itu terlihat dari wajah subjek yang murung, mata berkaca-kaca dan menundukkan kepalanya serta mengalihkan pandangannya ketika berbicara dengan peneliti. Namun, subjek tetap menjawab pertanyaan peneliti, walaupun Universitas Sumatera Utara dengan suara yang pelan tetapi dapat didengar peneliti. Wawancara berlangsung cukup lancar tanpa ada hambatan ataupun proses wawancara yang terhenti. 2 Wawancara II Sabtu, 16 April 2016 pukul 16.50-18.22 Wawancara kedua dilakukan di salah satu cafe yang berada dekat rumah subjek, tetapi berbeda dengan tempat cafe yang dilakukan pada wawancara sesi pertama. Cafe berukuran cukup luas walaupun hanya memiliki 1 lantai saja. Cafe ini menggunakan dua area untuk spot pelanggan yaitu area dalam ruangan dan di teras luar ruangan. Di luar area cafe terlihat, tepatnya sebelah kiri dari gerbang masuk tampak kolam ikan cukup besar berbentuk persegi panjang. Menoleh ke sebelah kanan terlihat tempat parkir sepeda motor yang tersusun rapi. Masuk ke area dalam cafe, tampak dekorasi cafe yang sederhana. Dekorasi cafe tersebut memadukan warna cokelat dan cream yang dihiasi dengan beberapa poster-poster bertemakan kopi dan makanan-makanan. Spot untuk pelanggan tersedia sebanyak kurang lebih 20 spot yang disusun dengan pola yang tidak beraturan namun cukup rapi dan masih terlihat indah di pandang. Subjek tampak duduk di salah satu spot yang berada di dalam cafe. Namun, karena suasana yang ramai subek dan peneliti memutuskan untuk pindah tempat ke area luar cafe. Spot yang dipilih subjek dan peneliti dekat dengan kolam ikan dan beberapa tanaman yang menghiasi kolam. Universitas Sumatera Utara Terdapat dua buah kursi dan satu meja berbentuk bulat. Subjek duduk dengan berhadap-hadapan. Jarak pandang subjek dan peneliti sekitar 60 cm. Wawancara sesi kedua, subjek menggunakan baju kemeja panjang berwarna kuning keemasan dan jilbab berwarna hitam. Subjek memakai celana jeans panjang berwarna hitam dan dipadukan dengan sneakers berwarna hitam dan putih. Subjek menggunakan aksesoris cincin emas yang melingkar di jari tengah pada tangan kanannya. Subjek tampak duduk dengan santai dengan posisi menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Sesekali subjek memandang kolam ikan yang berada disisi sebelah kirinya. Subjek tampak tersenyum sembari memainkan bunga kertas yang berada di atas meja makan. Saat wawancara dimulai, subjek tampak tenang dan lebih lancar daripada sebelumnya ketika menjawab pertanyaan yang diajukan. Subjek masih mempertahankan kontak mata kepada peneliti. Namun, ketika peneliti mulai bertanya mengenai percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek kelihatan terkejut kemudian mengalihkan pandangannya dari peneliti. Subjek tampak mengengam kedua telapak tangannya dan berbicara dengan suara yang parau ketika menceritakan kronologi percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek beberapa kali menitihkan air mata saat menjelaskan perasaannya terhadap ayahnya. Subjek juga tampak menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ketika peneliti bertanya mengenai hubungannya dengan saudara-saudaranyanya. Hal ini menunjukkan subjek masih merasa sedih dengan kondisi ayahnya dan Universitas Sumatera Utara muncul kekecewaan kepada saudara-saudaranya. Subjek kemudian meminum minuman yang sudah dipesan untuk menenangkan dirinya. Perilaku konsisten yang ditunjukkan subjek selama proses wawancara berlangsung adalah subjek tampak selalu memegang, namun tidak digunakan ketika berbicara kepada peneliti. Wawancara kedua berjalan cukup baik, subjek dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dengan lancar dan tanpa ada gangguan yang dapat menghentikan proses wawancara. 3 Wawancara III Senin, 18 April 2016 pukul 14.14-15.25 Wawancara sesi ketiga dilaksanakan di tempat yang sama dengan wawancara kedua, yaitu di salah satu cafe yang berada dekat rumah subjek. Spot yang dipilih peneliti untuk melakukan wawancara yaitu di dalam ruangan cafe. Posisi spot terletak di dekat kasir, terdapat 4 kursi yang di susun dengan 2 kursi berhadap-hadapan dan satu meja makan berbentuk persegi. Kursi serta meja tersebut terbuat dari kayu yang di cat berwarna hitam. Di meja terdapat asbak rokok dan tusuk gigi yang disusun secara rapi. Suasana cafe pada saat itu tidak terlalu ramai seperti pada pertemuan kedua. Cafe tampak sepi dan hanya beberapa pengunjung yang berada di cafe. Spot yang dipilih juga cukup strategis dan nyaman. Di sebelah kiri terdapat jendela yang cukup besar. Dari jendela cafe akan terlihat pemandangan beberapa tanaman hidup yang menghiasi area luar cafe. Universitas Sumatera Utara Sekitar menunggu 45 menit, subjek akhirnya datang. Subjek langsung berjalan cepat mendekati peneliti, tak lupa subjek menujukkan senyumnya kepada peneliti. Subjek kemudian menjabat tangan peneliti dan meminta maaf karena sudah terlambat datang. Subjek dan peneliti kemudian duduk secara berhadap-hadapan dengan jarak sekitar 60 cm. Lalu, subjek dan peneliti memesan dua gelas minuman dingin dan satu porsi besar dessert. Wawancara hari ketiga subjek menggunakan baju kaos lengan panjang berwarna merah dengan liris garis berwarna putih yang mengelilingi pola baju. Subjek menggunakan jilbab warna biru tua dan bawahan rok kain berwarna hitam. Subjek memadukan pakaiannya dengan sepatu flat warna biru tua. Subjek menggunakan cincin emas yang dipakai pada wawancara sebelumnya sebagai aksesoris. Selain itu, tampak bros berbentuk kura-kura berwarna hijau dan emas yang menghiasi jilbab subjek. Subjek tampak mulai nyaman dan lebih terbuka kepada peneliti. Sesekali subjek bercanda dan tertawa bersama peneliti. Subjek juga tampak mulai terbiasa dengan pertanyaan peneliti mengenai ayahnya. Tidak seperti sebelumnya, subjek tidak tampak terkejut ketika berbicara mengenai percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek lebih kooperatif dan menjawab pertanyaan peneliti dengan cukup baik. Sesekali subjek menyandarkan badannya ke sandaran kursi dan mempertahankan kontak mata dengan peneliti sembari mengerakkan kaki kirinya dengan gerakkan Universitas Sumatera Utara pelan dari depan ke belakang. Subjek masih tampak memegang handphone ketika ia berbicara namun tidak digunakannya. Namun, perilaku yang berbeda ditunjukkan subjek ketika subjek mulai bertanya mengenai perasaannya dengan ayahnya. Subjek masih tampak menundukkan kepalanya dan mengalihkan perhatian dari peneliti. Perlahan subjek mulai menjawab pertanyaan peneliti dengan pelan dan sedikit lamban ketika berbicara. Sesekali subjek menundukkan pandangannya sembari memainkan sedotan yang ada di gelasnya dengan wajah yang murung ketika berbicara. Wawancara sempat terhenti, hal ini dikarenakan handphone subjek berdering. Subjek mendapat panggilan telpon dari temannya, subjek kemudian meminta izin sebentar kepada peniliti untuk menjawab panggilan tersebut. Setelah subjek selesai, proses wawancara dilanjutkan kembali sampai akhir wawancara. 4 Wawancara IV Jumat, 22 April 2016 pukul 17.04-18.00 Wawancara sesi keempat dilaksanakan ditempat yang sama pada wawancara kedua dan ketiga. Wawancara dilaksanakan di salah satu cafe di Kota Medan yang berada cukup dekat dari rumah subjek. Spot yang dipilih subjek dan peneliti untuk melakukan wawancara di luar ruangan cafe, hal ini dikarenakan subjek yang memilih dan didukung dengan cuaca yang teduh dan berangin. Spot terletak di depan pagar masuk cafe yang sebelah kiri terdapat parkiran kendaraan cafe. Terdapat 2 kursi terbuat dari kayu yang disusun secara berhadap-hadapan dan satu meja Universitas Sumatera Utara berbentuk bulat di tengah-tengah kursi. Subjek dan peneliti memesan 2 gelas minuman jus dingin. Subjek menggunakan kemeja lengan panjang berwarna merah jambu dengan corak baju berbentuk bintang kecil berwarna putih yang menghiasi setiap sisi bajunya. Subjek menggunakan jilbab berwarna putih dan dipadukan dengan rok panjang berwarna hitam. Subjek menggunakan sneakers berwarna hitam sebagai alas kakinya. Namun, pada saat itu subjek tidak menggunakan cincin emas yang biasanya dipakainya dan tidak memakai aksesoris lainnya. Subjek tampak lebih santai dan nyaman ketika berbicara dengan peneliti. Sesekali subjek tertawa dan menggerakan kedua tangannya ketika berbicara. Subjek tampak lebih tenang dari sebelumnya jika peneliti bertanya kembali mengenai ayahnya. Subjek terkadang duduk menyandarkan badannya ke sandaran kursi sembari memegang handphone tetapi tetap fokus melihat peneliti ketika berbicara mengenai ayahnya. Subjek sesekali mengalihkan pandangannya dari peneliti dan melihat pemandangan sekitar cafe tetapi tetap menjawab pertanyaan yang diajukan dengan lancar. Wawancara sesi keempat berjalan dengan baik dan lancar. Proses wawancara keempat dilaksanakan dengan waktu lebih cepat dari sebelumnnya. Hal ini dikarenakan, waktu wawancara dilaksanakan pada sore hari sehingga subjek tidak ingin terlalu lama. Universitas Sumatera Utara Proses wawancara dengan subjek II dari sesi pertama sampai keempat berjalan dengan baik. Pada awalnya subjek sulit untuk membuka diri dan merasa tidak percaya kepada peneliti. Oleh karena itu, sebelum wawancara dimulai peneliti membangun rapport dan meyakinkan subjek bahwa data yang dihasilkan akan dijaga dengan baik dan tidak melanggar kesepakatan bersama. Setelah membangun rapport dengan baik, subjek mulai membuka diri dan tampak lebih tenang dan nyaman ketika berbicara dengan peneliti. Dari keseluruhan sesi wawancara subjek sering kali subjek memainkan handphonenya jika sedang berbicara. Awalnya peneliti mengira bahwa subjek kelihatan bosan atau merasa tidak nyaman selama proses wawancara. Peneliti pernah bertanya mengenai perilaku subjek, namun subjek menjelaskan bahwa tangannya harus memegang sesuatu ketika berbicara dan bukan merasa terganggu atau bosan. Subjek sering kali tersenyum dan tertawa ketika berbicara. Peneliti menyimpulkan bahwa subjek adalah pribadi yang ceria, karena hal ini terjadi sebelum dan selesai wawancara berlangsung. b. Hasil Wawancara b.1 Latar Belakang RN nama inisial adalah seoarang remaja yang lahir pada tahun 1998 di Medan, Sumatera Utara. Usia RN saat ini telah memasuki tahapan remaja akhir, yaitu 17 tahun. Pada bulan Mei 2016 lalu, RN sudah lulus dari SMA dan bersiap- siap untuk masuk ke Perguruan Tinggi. RN merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak RN merupakan anak pertama yang saat ini berusia 26 tahun dan juga seorang Ibu satu anak perempuan berumur 3 tahun. Anak kedua yaitu Universitas Sumatera Utara abang RN saat ini berusia berusia 24 tahun. Abang RN adalah seorang pedagang grosir pakaian di Kota Medan, selain itu abang RN sudah menikah dan memiliki satu orang anak laki-laki berumur 3 bulan. RN saat ini tinggal bersama ayah dan ibunya, setelah saudara-saudaranya menikah dan memiliki kehidupan sendiri. Ayah RN kini berusia 64 tahun lebih tua dari Ibunya yang berusia 59 tahun. Ayah RN dulunya adalah seorang pedagang pakaian busana muslim dan memiliki toko yang cukup besar di Kota Medan. Namun, karena ayah RN sakit toko pakaian tersebut diambil alih oleh Ibu RN. Ayah RN memiliki penyakit stroke yang mengakibatkan seluruh bagian tangan kirinya lumpuh. Ayah RN mengalami stroke ketika RN duduk di bangku SD. Saat ini ayah RN sedang menjalani terapi untuk memulihkan tangan kirinya agar perlahan dapat digerakkan. Hal ini disampaikan RN dalam kutipan wawancara berikut; “Stroke kak” S2.W1.14042016. E1.B267.H11 “Iya kak, jadi tangan ayah itu sebelah lumpuh kak, sebelah kiri jadi gak bisa kerja lagi kak..” S2.W1.14042016.E1.B272-274.H12 Hubungan RN dengan orang tua terjalin dengan sangat baik dan harmonis. RN sangat menyayangi kedua orang tuanya. Setiap hari RN selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi, berbagi tawa dan cerita bersama dengan kedua orang tuanya. RN mengakui bahwa ia sangat sayang dan mencintai kedua orang tuanya. Suara yang tegas dan senyum di bibirnya, dengan bangga RN menjelaskan bahwa Universitas Sumatera Utara semakin tumbuh rasa sayang kepada orang tuanya terutama kepada ayah setelah peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh ayahnya. Cukup sulit bagi RN menjelaskan bahwa ayahnya pernah melakukan percobaan bunuh diri ketika ia berusia 15 tahun. Saat itu RN masih duduk di bangku SMP kelas 3. RN juga tidak pernah menyangka bahwa ayahnya dapat melakukan tindakan tersebut. Selama ini ia melihat ayahnya adalah sosok ayah yang baik, bertanggung jawab dan sangat menyayangi keluarganya. Dibalik sosok ayah yang baik dan keharmonisan keluarga RN, dengan wajah yang sedih dibalut dengan perasaan kecewa RN menceritakan bahwa keluarganya memiliki permasalahan yang cukup berat. Permasalahan yang terus menerus menerpa keluarga RN menjadi penyebab utama percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh ayahnya. Permasalahan tersebut bermula dari kehamilan luar nikah yang dilakukan oleh kakak RN. Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, tidak ada seorangpun dalam keluarga RN yang menyangka akan perbuatan kakaknya. Bagi keluarga RN, kakaknya dikenal sebagai anak yang baik dan patuh kepada orang tua. Namun tak dapat disangka, kakak RN dapat melakukan perbuatan yang memalukan bagi keluarga RN. Kehamilan kakak RN menjadi pukulan yang sangat kuat bagi ayah RN. Sulit bagi ayahnya untuk memaafkan dan menerima perbuatan kakaknya, yang dianggap sudah mencoreng nama baik keluarga. Selain itu, ayah RN juga tidak menyukai laki-laki yang sudah menghamili anaknya. Hal ini dikarenakan, pada saat itu suami kakaknya belum mempunyai pekerjaan tetap dan mengangap belum siap untuk menafkahi anak dan cucunya nanti. Namun, Universitas Sumatera Utara karena sudah menjadi buah bibir tetangga, akhirnya ayah RN merestui pernikahan kakaknya dan kemudian ayah RN memberikan modal usaha untuk suami kakak RN. “Waktu itu kan kak, ayah aku stres kali karena masalah kakak sama abang aku kak..” S2.W1.14042016.E1.B306-308.H13 “Hmmm, jadi kakak aku tuh nikah kan karena hamil duluan kak sama suaminya. Jadi ayah aku malu terus dinikahkan lah orang itu, tapi ayah sebenarnya gak setuju sama suami kakak ku sekarang, karena dulunya gak ada kerjaanya. Ini aja dia bisa buka usaha karena dimodalin sama Ayah aku kak.” S2.W1.14042016.E1.B310-315.H13 Selang beberapa waktu setelah peristiwa kakak RN terjadi. Keluarga RN kembali dihadapi masalah yang cukup mengejutkan dari sebelumnya. Masalah tersebut terjadi pada abang RN yang menggunakan narkoba. Sama halnya dengan perbuatan kakak RN, tidak ada satupun yang dapat menyangka perbuatan abangnya. Selama ini keluarga RN menganggap abangnya adalah sosok pria dewasa yang sudah mampu membedakan mana perbuatan yang baik dan sebaliknya. “Nah, udah lah ada masalah kakak aku itu kan kak, tambah lagi abang aku kak yang pakek narkoba kak..” S2.W1.14042016.E1.B344-346.H14 Peristiwa itu bermula ketika ayah RN mengetahui informasi mengenai pemakaian narkoba abangnya dari teman ayah RN sendiri. Teman ayah RN memberitahu bahwa abangnya sedang menggunakan narkoba di tempat biasa Universitas Sumatera Utara abang RN berkumpul bersama teman-temannya. Mendengar informasi tersebut, ayah RN langsung mendatangi tempat tersebut dan mendapati abang RN sedang menggunakan narkoba. Melihat kejadian langsung tersebut, ayah RN langsung memarahi abangnya dan membawa secara paksa abangnya ke rumah. Perbuatan yang dilakukan oleh abang RN juga tidak dapat dimaafkan oleh ayahnya, karena perbuatannya tersebut abang RN diusir dari rumah oleh ayahnya. Berikut penuturan RN; “Nah, itu kak dari kawannya ayah kak. Kawan ayah itu bilang kalo abang pakai narkoba terus datang lah langsung ayah aku ke tempat dia nongkrong itu sama kawannya pas kali lagi pakek kak. Marah lah Ayah aku kak, langsung dibawa ayah ke rumah terus tiba-tiba ayah sakit kambuh strokenya kak, ya itu lah jadi makin parah sakit tangannya sebelah kak sampai sekarang gak sembuh..” S2.W1.14042016.E1.B359-369.H15 Permasalahan yang terus menerus dialami keluarga RN, membuat hubungan keluarganya menjadi tidak harmonis seperti dahulu. Perbuatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sangat melukai perasaan RN dan orang tuanya, terutama kepada ayahnya. Setelah peristiwa itu terjadi, ayah RN menjadi stres dan bahkan depresi sehingga membuat ayahnya jatuh sakit. Keluarga RN juga menjadi buah perbincangan hangat oleh tetangga sekitar rumah RN. Ayah RN sering kali mendengar tetangga dan bahkan temannya sendiri membicarakan dan mengolok- olok permasalahan keluarganya. Hal ini membuat ayahnya semakin stres dan merasa gagal menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Berikut penuturan RN; Universitas Sumatera Utara “Iya kak, gara-gara masalah itu. Ayah jadinya sering dibicarakan orang lain kan kakak, apalagi kami kan bisa dibilang orang yang lumayan lah kak, jadi sering kami digosipin ama tetangga. Mungkin Ayah merasa gak berguna jad i orang tua, gagal ngurus anak lah kak. Gitu kak..” S2.W1.14042016.E1.B378-380.H15 “Ya kan gara-gara mereka ayah kek gitu, gara-gara mereka ayah stres. Mereka juga yang buat ayah sakit. Kan jahat kali mereka kak..” S2.W1.14042016.E1.B561-564.H22 Kondisi ayah RN yang saat itu sangat rapuh, stres dan merasa gagal membuat ayah RN berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Ayah RN memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri. Ayahnya mencoba untuk mengantung diri dengan seutas tali yang dikaitkan di atap kamar mandi rumahnya. Namun, percobaan bunuh diri tersebut gagal dan ayah RN dapat diselamatkan. Percobaan bunuh diri tersebut gagal karena diselamatkan oleh abang RN. “Iya kak, bekas tali. Ayah aku bunuh diri pake tali. Jadi gantung diri gitu kak..” S2.W1.14042016. E.B209-211.H9 RN tidak terlalu mengingat kapan dan bagaimana peristiwa itu terjadi. RN juga menjelaskan bahwa ia mengetahui peristiwa tersebut ketika pulang sekolah dan mendengar penjelasan dari abangnya. Perlahan dengan intonasi suara yang pelan dan berusaha mengingat kejadian tersebut, RN menceritakan kejadian tersebut bermula saat abang RN hendak datang ke rumah untuk menjumpai ayah dan meminta maaf karena merasa bersalah. Namun, abang RN melihat kondisi Universitas Sumatera Utara rumah yang sudah kosong dan sunyi senyap. Saat kejadian itu, kondisi rumah RN sepi dan tidak ada orang lain selain ayahnya. Kakak dan Ibunya pergi untuk membeli peralatan dan baju pengantin untuk pernikahan kakaknya. Sementara itu, saat kejadian RN sedang berada di sekolah. Melihat pintu rumah yang tidak di kunci, abang RN merasa ada yang aneh di dalam rumah, lalu kemudian abang RN masuk ke dalam rumah dan mengitari seisi rumah untuk memastikan kondisi rumah. Saat memasuki kamar mandi utama, abang RN sangat terkejut melihat ayahnya yang sudah tergantung dengan seutas tali di atap kamar mandi. Abang RN dengan cepat langsung menolong ayahnya yang saat itu masih bergerak dan bernapas, kemudian abang RN berteriak meminta tolong kepada tetangga untuk bantuan. Mendengar teriakan dari abangnya, beberapa orang datang ke rumahnya, salah satu orang tersebut memanggil mobil ambulance datang dan membawa ayah RN ke rumah sakit. “Jadi kata abang aku sih kak, kan di rumah lagi kosong. Cuma ayah lah di rumah, mamak jaga toko kan kak. Terus abang aku ke rumah rencana mau minta maaf gitu sama ayah kan kak, tapi di rumah kok sepi. Ntah kenapa abang aku masuk ke kamar mandi, terus uda lihat ayah bergantungan gitu kak, tapi masih gerak-gerak lah kak. Ya panik abang aku kak, langsung teriak dia, dengar lah tetangga kak. terus ya rame lah rumah kak, bantu gotong ayah terus telpon ambulance kak..” S2.W2.16042016. E.B66-79.H3-4 RN mengetahui peristiwa percobaan bunuh diri Ayahnya ketika ia pulang dari sekolah yaitu sekitar pukul 14.00 WIB. Sesampai di depan rumah, alangkah terkejutnya ia heran melihat suasana rumahnya yang ramai dan juga terdapat mobil ambulance. RN yang penasaran kemudian mendekat untuk memasuki Universitas Sumatera Utara rumahnya. Saat sudah di pagar depan rumahnya, RN sangat terkejut dan melihat kondisi ayahnya yang sudah digotong oleh tetangga. RN hanya terdiam dan merinding ketakutan melihat tubuh ayahnya yang kejang-kejang, mata melotot dan terdapat bekas luka tali yang memerah di leher ayahnya. Ayah RN kemudian dibawa ke rumah sakit dan nyawa ayahnya dapat diselamatkan. “Iya aku liat ambulance juga pas aku masuk kerumah abang aku sama abang-abang tetangga di rumah kan gotong ayah, mau di masukin ke ambulance. Ya aku kaget, aku lihat ayah aku matanya melotot gitu kak terus badannya kejang-kejang gitu kak, terus lehernya ada luka-luka gitu kak, bekas tali..” S2.W1.14042016.E.B198-206.H8-9

b.2 Proses Emosi

Percobaan bunuh diri yang dilakukan ayah RN menjadi peristiwa yang sangat mengejutkan baginya. RN masih belum menyangka ayahnya yang ia kenal begitu baik dapat melakukan tindakan tersebut. Peristiwa tersebut membuat hubungan RN dan ayahnya menjadi semakin rengang dan tidak harmonis. Setelah kejadian tersebut RN sangat jarang berbicara bahkan untuk melihat ayahnya. RN juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika melihat ayahnya. RN mengakui setiap ia melihat ayahnya situation membuat ia mengingat kejadian percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya attention. RN menilai perbuatan yang dilakukan ayahnya adalah tindakan yang sangat bodoh appraisal. Hal ini membuat menculnya emosi negatif seperti emosi marah dan sedih kepada ayahnya response. Berikut penuturan RN; Universitas Sumatera Utara “Iya kak, ya gimana ya kak. Waktu itu yang aku rasakan sedih lah kak, apalagi ini belom lagi masalah mereka selesai ada lagi masalah lai n..” S2.W1.14042016.D.B511-513.H20 “Iya menurut aku kak, apa ya kak. kok bodoh kali lah bapak aku bisa kek gitu kak..” S2.W1.14042016.C.B518-520.H20 Peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya juga berdampak pada kehidupan sekolah RN. RN mengakui, peristiwa tersebut sudah diketahui oleh teman- temannya sehari setelah kejadian tersebut. Hal ini dikarenakan, rumah salah satu teman sekolah RN berdekatan dengan rumahnya kemudian menyebar luaskan informasi tersebut kepada teman-teman lainnya di sekolah. Saat disekolah RN sering diolok-olok mengenai ayahnya oleh teman-temannya situation. Olokkan tersebut membuat RN menjadi semakin mengingat percobaan bunuh diri ayahnya attention.Sama halnya dengan melihat ayahnya, RN menilai tindakan ayahnya sangat bodoh dan memalukan untuk dilakukan oleh seorang ayah appraisal. Hal ini membuat ia merasa malu dan kecewa dengan perbuatan ayahnya response. RN mengakui marah kepada temannya dan sangat tidak nyaman response dengan olokkan tersebut. Namun, ia tidak mampu untuk bebrbuat sesuatu karena hal tersebut hanya dapat menambah olokkan teman-temannya. Perkataan yang tidak baik dari temannya membuat ia menjadi sosok yang pendiam dan jarang berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya. Selain itu, olokkan dari teman RN berdampak pada kondisi psikologisnya, ia mengakui bahwa ia menjadi stres dan bahkan membuat dirinya sakit karena memikirkan permasalahan ayahnya dan perkataan teman sekolahnya. Hal ini berdampak pada nilai ujian akhir sekolah Universitas Sumatera Utara RN. Nilai sekolah RN menurun karena ia tidak fokus untuk mengerjakan soal-soal ujian. Berikut penuturan RN; “Iya kak, begitu kejadian, langsung nyebarlah tuh kak, gak tau lah siapa yang kasi tau, jadinya satu sekolah bisa tau. Mereka tanya-tanya sama aku, eh benar itu? Atau ngomongi aku dibel akang kak..” S2.W1.14042016.F.B682-687.H27 Setelah ayahnya keluar dari rumah sakit, RN menjelaskan bahwa ayahnya menjadi lebih pendiam dan tidak ingin keluar dari rumahnya. Ayahnya juga tidak ingin berbicara dengan siapapun bahkan kepada istri dan anak-anaknya. Selain itu, setiap ayah RN melihat kakak dan abangnya membuat ayahnya menangis dan tidak ingin bertemu dengan mereka. RN sangat sedih dan kasihan dengan kondisi ayahnya. Melihat kondisi psikologis ayahnya memburuk pacsa peristiwa tersebut, membuat RN merasa kasihan dan iba kepada ayahnya. Walaupun setiap melihat ayahnya ia masih mengingat dengan jelas percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya. Namun, penilaian RN terhadap ayahnya berubah. RN menganggap bahwa dirinya bukanlah anak yang baik untuk ayahnya. Ia juga menganggap dirinya bersalah karena tidak berada disisi dan menemani ayahnya ketika stres memikirkan masalah saudara-saudaranya appraisal. Hal inipun membuat emosi negatif RN kepada ayahnya ikut berubah. Muncul rasa bersalah response RN terhadap ayahnya. Selain itu, melihat perubahan ayahnya, RN menjadi menyalahkan saudara- saudaranya. RN menganggap karena perbuatan yang dilakukan saudara- saudaranya membuat ayahnya menjadi seperti itu. Hal ini membuat RN kecewa, Universitas Sumatera Utara marah dan jijik dengan saudara-saudaranya response sehingga hubungan mereka menjadi tidak baik. Berikut penuturan RN; “Berubah lah kak, bapak jadi pendiam gitu kak, gak mau keluar rumah lagi, padahal bapak suka tuh kak kalo sore-sore kan keluar rumah sebentar jumpa kawan kak, tapi uda gak lagi karena orang- orang pada gosipin bapak..” S2.W1.14042016.F.B427-432.H17 “Iya kak, aku merasa bersalah sama bapak kak, karena jauhi bapak waktu dia stres mikiri masalah kakak ama abang aku kak. Seharusnya aku temani bapak kan kak, hibur bapak kak biar gak makin stress. Jadi aku merasa bersalah kak..” S2.W1.14042016.C.B628-634.H25 Selain berdampak pada psikologis dan hubungan interpesonal RN. Percobaan bunuh diri ayahnya membuat ia takut terhadap situasi tertentu. RN mengakui bahwa sampai saat ini ia sangat tidak nyaman jika berada di kamar mandi situation. Setiap ia berada di kamar mandi, membuat ia teringat akan kejadian dan tempat percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya attention. RN selalu membayangkan ayahnya mengantung diri di atap kamar mandi dengan seutas tali appraisal ketika ia berada di kamar mandi. Hal ini membuat RN merasa takut reponse untuk masuk ke kamar mandi rumahnya sendiri maupun di tempat lain. Berikut penuturan RN; “Hmmm, di rumah lah kak, lihat bapak kek gitu kan. Apalagi waktu di kamar mandi rumah kak..” S2.W2.16042016.A.B269-271.H11 Universitas Sumatera Utara “Ihhh seram lah kak, liat kamar mandi. Waktu itu kan kak aku gak berani masuk kamar mandi itu kak..” S2.W2.16042016.B.B276-278.H11

b.3 Regulasi Emosi

Emosi-emosi negatif yang dirasakan RN ketika menghadapi peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya membuat kondisi psikologisnya terganggu. RN mengakui, saat kejadian tersebut ia sering menangis dan mudah tersinggung jika orang lain membicarakan ayahnya sehingga membuat ia menjadi stres. Selain menganggu kondisi psikologisnya, peristiwa tersebut juga berdampak pada kehidupannya, baik di keluarganya sendiri maupun di sekolah. Melihat dampak tersebut, RN menyadari bahwa ia tidak boleh larut dalam masalah tersebut dan membuat dirinya menjadi lebih terpuruk. Ibu menjadi sosok yang sangat berperan dalam hidup RN untuk bangkit dari masalah yang dihadapinya. Selain itu, Ibu juga mengajari RN untuk mengontrol emosi-emosi negatif yang muncul pada dirinya. Kesedihan, marah dan rasa bersalah yang dirasakan RN kepada ayahnya muncul ketika ia melihat ayahnya situation dengan kondisi yang tak berdaya setelah percobaan bunuh diri tersebut. Untuk menghindari munculnya emosi- emosi negatif ketika melihat ayahnya RN mencoba untuk menghindar dari pandangan ayahnya. RN tidak ingin melihat ayahnya untuk sementara waktu, agar emosi-emosi negatif tersebut tidak muncul situation selection. Saat menghindari ayahnya, RN biasanya pergi dari rumah atau berada di kamarnya untuk Universitas Sumatera Utara menenangkan hati dan pikirannya atau pergi ke toko Ibunya dan membantu Ibunya berjualan situation selection. Berikut penuturan RN; ”Hmm, gak ada kak. menghindar aja dari bapak kak. Gak berani lihat bapak kak. Malu aku kak..” S2.W2.16042016.A1.B337-339.H13 “Ya kemana aja kak, keluar rumah atau di kamar aja kak. Tenangi diri lah kak..” S2.W2.16042016.A1.B351-353.H14 Cara RN dengan menghindari ayahnya menurut RN tidak cukup untuk mengurangi emosi-emosi negatif yang dirasakannya. RN menjelaskan, walaupun ia menghindar dari ayahnya ia sesekali masih memikirkan peristiwa percobaan bunuh diri tersebut attention. Semakin ia mengingat peristiwa tersebut maka akan muncul emosi-emosi negatif yang dirasakannya. Oleh karena itu, untuk mengalihkan pemikirannya, biasanya RN mengubah perhatian atau fokus pikirannya dengan mengingat kenangan indah bersama ayahnya sebelum peristiwa itu terjadi attentional deployment. Mengingat kenangan-kenangan indah bersama ayahnya yang dulu, membuat RN lebih tenang dan mengurangi kemunculan emosi-emosi negatif kepada ayahnya. Berikut penuturan RN; “.. Jadinya aku kayak gimana ya kak, hmm ingat-ingat kejadian waktu dulu suka ngobrol sama bapak kak. Biar gak takut gitu kak..” S2.W2.16042016.B1.B392-396.H15 Walaupun RN menilai tindakan ayahnya sangatlah bodoh tetapi RN menganggap peristiwa tersebut terjadi karena dirinya appraisal. RN menilai, hal Universitas Sumatera Utara ini dikarenakan ia tidak menemani dan menghibur ayahnya ketika menghadapi permasalahan yang menimpa keluarganya appraisal. RN berpikir bahwa ia bukanlah anak yang baik karena tidak peduli dengan ayahnya di saat ayahnya terpuruk dan stres menghadapi masalah tersebut appraisal. Penilaian RN terhadap percobaan bunuh diri ayahnya membuat RN semakin merasa sedih dan merasa bersalah kepada ayahnya. Namun, RN mengakui bahwa ia ingin menebus kesalahannya. Oleh karena itu, RN menilai, seharusnya ia semakin sayang kepada ayahnya cognitive change dan bukan mengacuhkan ayahnya. RN juga ingin menunjukkan bahwa ia dapat menjadi anak yang baik dan membanggakan kedua orang tuanya cognitive change. Selain itu, RN juga menilai bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dan keluarganya merupakan takdir dari Allah SWT cognitive change. Menurut RN, Allah mempunyai alasan yang terbaik sehingga memberikan ia dan keluarganya cobaan tersebut cognitive change. Penilaian positif yang dilakukan RN terhadap persitiwa percobaan bunuh diri ayahnya membuat ia lebih mudah menerima dan memaafkan tindakan yang dilakukan ayahnya. “Ya harusnya aku makin sayang sama bapak jangan buat stres lagi bapak kak. Pasti juga bapak kek gini karena anak-anaknya yang gak berbakti sama dia. Jadi aku harus makin sayang juga kak sama keluarga aku sendiri, jangan buat malu keluarga kak..” S2.W2.16042016.C1.B425-431.H17 Beberapa cara telah dilakukan RN untuk menghindari ataupun mengurangi emosi-emosi negatif yang ia rasakan pada ayahnya. Namun, RN mengakui terkadang emosi-emosi negatif tersebut muncul dan membuat kondisi Universitas Sumatera Utara psikologisnya tidak baik. Emosi negatif seperti marah, malu dan merasa bersalah respons akan muncul jika temannya atau orang lain membicarakan bahkan mengejek ayahnya situation. RN mengakui bahwa ia tidak bisa melampiaskan emosi tersebut dalam bentuk suatu tindakan seperti menyampaikan perasaanya atau memukul orang yang mengolok ayahnya. RN hanya diam dan bersabar jika mendengar perkataan yang tidak baik mengenai ayahnya response modulation. Namun, jika tidak dapat bersabar lagi, RN menenangkan dirinya dengan melakukan ibadah seperti mengambil air wudhu’ dan sholat kemudian meminta perlindungan pada sang pencipta response modulation. “Marah lah kak, pengen di tabokin rasanya kak, tapi kan kita harus sabar kak. Orang sabar di sayang Allah kan kak..” S2.W3.18042016.D1.B285-286.H10 “Kesel ya kesel kak, marah juga aku kak. Tapi ya udalah kak, kalo kesel gitu kata mamak bawa sabar aja kak, bawa sholat aja kak..” S2.W4.22042016.D1.B250-251.H9 Selain melihat ayahnya, RN mengakui setiap melihat atau berada di kamar mandi situation ia masih mengingat peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya attention. RN masih membayangkan cara ayahnya mengantung diri di kamar mandi dengan seutas tali appraisal . Hal ini membuat RN takut untuk masuk kamar mandi respons, baik itu dirumahnya sendiri maupun di kamar mandi umum. Oleh karena itu, agar ia tidak takut untuk masuk ke kamar mandi biasanya RN meminta seseorang untuk menemaninya ke kamar mandi seperti Ibunya atau temannya situation selection. Namun, jika seseoarang tidak bisa menemaninya. Universitas Sumatera Utara RN mencoba untuk mengubah situasi kamar mandi tersebut agar tidak tampak menyeramkan baginya situation modification. Biasanya RN akan menghidupkan lampu setiap sisi ruangan yang berdekatan dengan kamar mandi atau menghidupkan musik dengan volume yang kuat situation modification. “Ya caranya aku buka pintu kamar mandi kan kak, terus minta kawani sama mamak kak. Pokoknya ada yang temani aku lah kak..” S2.W2.16042016.A2.B299-302.H12 “Iya pernah itu kak, caranya kan kak. Biar aku gak takut, lampu semua aku hidupkan kak terus hidupkan musik kuat-kuat kak. biar gak takut terus gak kebayang ama kejadian itu lah kak..” S2.W2.16042016.A2.B306-310.H12 REKAPITULASI DATA HASIL WAWANCARA SUBJEK II Tabel 4. Rekapitulasi Data Proses Emosi No Proses Emosi Gambaran 1. Situation Setiap melihat ayahnya subjek mengingat peristiwa percobaan bunuh diri tersebut Saat diolok-olok oleh orang lain atau temannya Setiap berada di kamar mandi 2. Attention Subjek masih mengingat percobaan bunuh diri ayahnya Subjek teringat ayahnya di kamar mandi dan memikirkan cara ayahnya melakukan percobaan bunuh diri. 3. Appraisal Subjek menilai tindakan ayahnya sangat bodoh Subjek menilai dirinya bukan anak yang baik Universitas Sumatera Utara Subjek menganggap dirinya bersalah karena tidak menemani ayahnya ketika stres Subjek membayangkan ayahnya bunuh diri di kamar mandi 4. Response Subjek terdiam dan menangis mendengar peristiwa pecobaan bunuh diri ayahnya Subjek sedih dan marah dengan ayahnya Subjek malu dan kecewa dengan ayahnya Subjek kasihan dan merasa bersalah dengan ayahnya Subjek kecewa, marah, jijik dengan saudaranya Subjek takut berada di kamar mandi Tabel 5. Rekapitulasi Data Strategi Regulasi Emosi No. Strategi Regulasi Emosi Gambaran 1. Situation Selection Subjek menghindar dari ayahnya Subjek menenangkan diri dengan pergi dari rumah atau kekamarnya. Subjek tidak ingin bertemu dengan ayahnya untuk sementara waktu. Subjek meminta seseorang untuk menemaninya jika pergi ke kamar mandi. 2. Situation Modification Subjek mengubah situasi kamar mandi agar tidak menyeramkan. Subjek menyalakan semua lampu dan menghidupkan musik dengan volume yang kuat agar tidak merasa takut saat di kamar mandi Universitas Sumatera Utara 3. Attentional Deployment Subjek mengubahmengalihkan pikirannya Subjek mengingat kenangan indah bersama ayahnya sebelum peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya terjadi. 4. Cognitive Change Subjek berpikir bahwa Tuhan mempunyai alasan terhadap cobaan yang dialaminya Subjek menilai harus semakin sayang dengan ayahnya Subjek menilai kejadian yang dialaminya sudah kehendak Allah SWT. Subjek menilai bahwa Allah SWT memberikan cobaan percobaan bunuh diri ayahnya agar lebih sayang dengan ayahnya 5. Response Modulation Subjek hanya bisa sabar ketika diejek mengenai ayahnya oleh teman-temannya disekolah. Subjek melakukan ibadah sholat agar kembali tenang jika kesal dan marah dengan temannya ketika ayahnya diolok-olok. Subjek sholat untuk meminta maaf kepada Allah untuk mengurangi rasa bersalah subjek Universitas Sumatera Utara situation Attention Appraisal Response • Subjek terdiam dan menangis mendengar peristiwa pecobaan bunuh diri ayahnya • Subjek sedih dan marah dengan ayahnya • Subjek malu dan kecewa dengan ayahnya • Subjek kasihan dan merasa bersalah dengan ayahnya • Subjek kecewa, marah, jijik dengan saudaranya • Subjek takut berada di kamar mandi • Subjek menilai tindakan ayahnya sangat bodoh • Subjek menilai dirinya bukan anak yang baik • Subjek menganggap dirinya bersalah karena tidak menemani ayahnya ketika stres • Subjek membayangkan ayahnya bunuh diri di kamar mandi • Subjek masih mengingat percobaan bunuh diri ayahnya • Subjek teringat ayahnya di kamar mandi dan memikirkan cara ayahnya melakukan percobaan bunuh diri. • Setiap melihat ayahnya subjek mengingat peristiwa percobaan bunuh diri tersebut Subjek tidak betah berada di rumah • Saat diolok-olok oleh orang lain atau temannya • Setiap berada di kamar mandi Situation Selection Subjek menghindar dari ayahnya. Subjek menenangkan siri dengan pegi dari rumah atau ke kamarnya. Subjek tidak ingin bertemu dengan ayahnya untuk sementara waktu. Subjek meminta seseorang untuk menemaninya jika pergi ke kamar mandi. Situation Modification Subjek mengubah situasi kamar mandi agar tidak menyeramkan. Subjek menyalakan semua lampu san menghidupkan musik dengan volume yang kuat agar tidak merasa takut Attentional Deployment Subjek mengubahmenaglihkan pikirannya. Subjek mengingat kenangan indah bersama ayahnya sebelum peristiwa percobaan bunuh diri ayahnya terjadi. Cognitive Change Subjek berpikir bahwa Tuhan mempunyai alasan terhadap cobaan yang dialaminya. Subjek menilai harus semakin sayang dengan ayahnya. Subjek menilai kejadian yang dialaminya sudah kehendak Allah SWT. Subjek menilai bahwa Allah SWT memberikan cobaan percobaan bunuh diri ayahnya agar lebih sayang dengan ayahnya Response Modulation Subjek sabar ketika diejek oleh teman-temannya disekolah. Jika kesal dan marah dengan temannya, subjek melakukan ibadah sholat agar kembali tenang. Subjek sholat untuk meminta maaf kepada Allah untuk mengurangi rasa bersalah subjek Bagan 6. Pohon Masalah Regulasi Emosi Subjek II Universitas Sumatera Utara

3. Subjek III

a. Hasil Observasi

1 Wawancara I Minggu, 24 April 2016 pukul 11.40-13.00 WIB Wawancara pertama dilakukan di salah satu cafe yang berada di jalan Halat, Kota Medan. Lokasi cafe tersebut dipilih menjadi tempat pertemuan karena jaraknya yang cukup dekat dari lokasi sekolah subjek. Luas cafe sekitar 6 m x 20 m dan hanya memiliki 1 lantai saja dengan dekorasi berwarna coklat dan putih. Cafe tersebut memiliki 2 area untuk spot pelanggan yaitu area dalam ruangan dan luar ruangan. Di luar area cafe terdapat halaman yang cukup luas dan dihiasi oleh beberapa pohon dan tanaman berbagai jenis dedaunan serta bunga. Area luar cafe tersedia 5 spot tempat duduk untuk pelanggan yang disusun memenuhi area sebelah kiri cafe. Selain itu, terdapat pentas musik sederhana yang menyediakan beberapa alat musik seperti gitar, piano dan drum untuk memeriahkan suasana cafe. Untuk area sebelah kanan cafe terdapat tempat untuk parkir pelanggan. Pintu depan cafe terbuat dari kaca tembus pandang sehingga tampak suasana dalam cafe dari luar. Area dalam cafe didominasi warna coklat yang dihiasi berbagai poster gambar pada setiap dinding cafe. Berbeda di area luar cafe, spot yang disediakan dalam ruangan cafe untuk pelanggan sekitar 15 yang disusun secara rapi. Susunan berpola persegi panjang yaitu dengan kolom terdapat 3 spot dan baris terdapat 5 spot. Universitas Sumatera Utara Cafe ini menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang memakai susu sapi sebagai bahan utamanya. Lokasi pertemuan subjek dan peneliti berada di dalam ruangan cafe yaitu spot 12. Spot tersebut terletak di sudut sebelah kiri dari pintu masuk yang berdekatan dengan jendela. Terdapat 2 buah kursi yang saling berhadap-hadapan dan 1 meja makan yang terbuat dari kayu dan terletak diantara kursi tersebut. Jarak pandang subjek dan peneliti sekitar 50 cm. Di atas meja terdapat kotak tisu dan asbak rokok kecil berwarna hitam. Saat itu suasana cafe masih sepi akan pengunjung, sehingga cukup kondusif untuk melakukan wawancara. Subjek adalah seorang remaja laki-laki yang berusia 16 tahun. Subjek memiliki tinggi kurang lebih 170 cm dan berat badan sekitar 65 kg. Subjek memiliki bentuk wajah yang tirus dan hidung mancung. Subjek memiliki kulit berwarna hitam kecokelatan dan rambut berwarna hitam dengan potongan rambut cepak. Wawancara pertama subjek memakai baju kaos lengan pendek berwarna merah dan bergambar salah satu band metal ternama Amerika. Subjek memakai celana berwarna hitam dan sandal berwarna senada. Untuk aksesoris subjek memakai jam tangan berwarna hitam dan tas ransel berwarna biru muda. Sebelum wawancara dimulai, peneliti bersalaman dengan subjek dan menanyakan kabar subjek. Subjek menyambut salaman dengan senyum di wajahnya. Sekitar 10 menit menjalin rapport dengan subjek, peneliti kemudian mengarahkan pertanyaan mengenai percobaan bunuh diri Universitas Sumatera Utara ayahnya. Tampak subjek melirik peneliti tanpa senyuman di wajahnya sembari melipat kedua tangannya di dadanya ketika pertanyaan mengenai ayahnya. Subjek tampak sedikit terkejut dan diam sejenak. Selang beberapa detik, subjek kemudian berbicara dan menjawab pertanyaan peneliti dengan singkat. Awalnya subjek kurang nyaman jika berbicara mengenai ayahnya, hal ini ditunjukkan dari jawaban subjek yang singkat dengan ekspresi wajah yang datar tetapi mempertahankan kontak mata dengan peneliti ketika berbicara. Ketika berbicara subjek tampak duduk santai dengan bersandar pada sandaran kursi. Subjek juga tidak terlalu menunjukkan gesture tubuh yang berlebihan. Subjek hanya menatap peneliti tanpa menggerakkan anggota tubuh yang lain ketika berbicara dan mendengarkan peneliti. Namun, pada saat peneliti bertanya mengenai perasaanya kepada ayahnya, subjek langsung mengalihkan pandangannya dari peneliti sembari mengangkat bibir sudut kiri atasnya. Sesekali subjek terdiam sejenak ketika berbicara mengenai perasaanya ketika menghadapi percobaan bunuh diri ayahnya. Subjek tampak tidak nyaman dengan pertanyaan peneliti mengenai ayahnya. Subjek juga menekan volumen suaranya jika menyebut kata “ayah” dan sesekali mengepal tangannya. Hal ini menunjukkan emosi kebencian dan kekecewaan subjek kepada ayahnya. Secara keseluruhan proses wawancara pertama berjalan cukup baik. Subjek menjawab dengan suara dan pengucapan yang jelas walaupun sesekali subjek sempat terdiam saat menjelaskan. Subjek menjaga kontak mata dengan Universitas Sumatera Utara peneliti selama wawancara berlangsung. Wawancara berjalan tanpa ada hambatan maupun gangguan. Ini didukung dengan suasana cafe yang nyaman dan sepi pengunjung. 2 Wawancara II Selasa, 26 April 2016 pukul 15.46-16.58 WIB Wawancara sesi kedua dilaksanakan di tempat yang sama pada wawancara pertama. Lokasi wawancara yaitu di salah satu cafe yang berada di jalan Halat, Kota Medan. Tidak terlihat ada perubahan dari kondisi cafe. Cuaca yang berawan, membuat kota Medan menjadi teduh dan tidak terlalu panas. Uaca yang bersahabat, membuat peneliti untuk memilih spot yang berada di luar ruangan cafe. Posisi spot terletak di area barat dari pintu gerbang masuk cafe yang berdekatan dengan pakriran kendaran cafe. Terdapat 2 kursi yang saling berhadapan dan 1 meja makan di tengah kursi. Di atas meja terdapat satu vas bunga berwarna biru dan satu asbak rokok berwarna hitam. Beberapa menit menunggu, subjek kemudian tiba dan langung berjalan ke arah peneliti. Sesampainya, subjek langsung menjabat tangan peneliti sembari tersenyum. Subjek dan peneliti kemudian duduk secara berhdap-hadapan dengan jarak pandang sekitar 50 cm. Kemudian subjek dan peneliti memesan dua minuman dingin dan satu porsi nasi goreng. Wawancara kedua tampak subjek memakai kaos lengan panjang berwarna hitam dan celana seragam sekolah berwarna biru muda serta sepatu sekolah berwarna hitam. Subjek menggunakan tas ransel Universitas Sumatera Utara berwarna biru muda dan jam tangan berwarna hitam yang dipakainya pada saat wawancara pertama. Selain itu, subjek juga menggunakan topi berwarna putih untuk melengkapi pakaiannya. Sembari menunggu pesanan, peneliti muali menanyakan kabar dan membangun rapport kepada subjek. Subjek tampak tersenyum dan menjawab dengan volume suara yang rendah dan pengucapan yang cukup jelas. Subjek tampak duduk dengan santai di sandaran kursi sembari menatap peneliti ketika berbicara dan mendengarkan pertanyaan. Berbeda dari wawancara sebelumnya, subjek tampak lebih ceria saat wawancara berlangsung. Hal ini tampak dari senyum dan tawa subjek ketika berbicara kepada peneliti. Subjek juga tampak bersemangat saat bercerita mengenai hobi ataupun kegiatannya di luar sekolah. Ini ditunjukkan subjek dari seringnya ia tersenyum, dan mempertahankan kontak mata dengan peneliti, dan juga sesekali menganggukkan kepalanya dengan pelan ketika berbicara untuk meyakinkan peneliti. Namun, ketika peneliti bertanya mengenai ayahnya, subjek langsung mengalihkan pandangannya dari peneliti dan menghembuskan napas dari mulutnya dengan pelan. Subjek masih tampak tidak nyaman dengan pertanyaan peneliti mengenai ayahnya. Sesekali subjek mengeleng kepalanya dari kiri ke kanan dengan pelan dan pandangan mata ke bawah jika peneliti bertanya mengenai hubungannya dengan ayahnya. Selain itu, tampak wajah subjek yang memerah dan mengepal tangannya Universitas Sumatera Utara kemudian menghentakkan kepalan tangannya ke meja dengan pelan ketika subjek menjelaskan perasaannya terhadap ayahnya. Hal ini menunjukkan muncul emosi negatif seperti marah dan kecewa kepada ayahnya. Pertengahan proses wawancara subjek tampak mengganti posisi duduknya. Sesekali subjek duduk dengan menegakkan badanya atau mengeserkan badannya dari kiri ataupun kekanan. Subjek masih tampak menekan pengucapannya pada kata “ayah”. Hal ini menunjukkan kebencian yang dalam kepada ayahnya. Selain itu, ekspresi wajah yang jijik dengan mengerutkan dahinya sembari menarik sudut bibir kiri atasnya di tampilkan subjek ketika berbicara mengenai kondisi ayahnya pacsa peristiwa tersebut. Proses wawancara kedua berlangsung cukup baik dan lancar, suasana cafe tenang dan cuaca yang teduh membuat subjek tampak cukup nyaman ketika berbicara. Wawancara juga tidak ada hambatan maupun gangguan yang dapat menghentikan proses wawancara. 3 Wawancara III Jumat, 6 Mei 2016 pukul 16.35-18.00 WIB Wawancara ketiga dilaksanakan di salah satu cafe di kota Medan. Berbeda dengan lokasi cafe sebelumnya pada saat wawancara pertama dan kedua, lokasi cafe wawancara ketiga terletak di jalan Amaliun, Medan. Cafe ini dipilih karena berdekatan dengan rumah subjek. Cafe berada di salah satu ruko yang berderet di lingkungan tersebut. Lokasi cafe berada pada deret pertama dari 3 ruko. Dari luar halaman menuju Universitas Sumatera Utara pintu masuk cafe tampak dekorasi dinding yang berwarna merah. Memasuki cafe tampak dinding-dinding cafe di beri stiker dinding dengan gambar berbagai jenis-jenis makanan. Cafe berukuran tidak terlalu luas yaitu sekitar 3 m x 11 m dan berada di lantai 1 ruko. Terdapat sekitar 8 spot untuk tempat pelanggan yang disusun secara persegi panjang dengan kolom 2 dan baris 4 spot. Posisi spot subjek dan peneliti berada spot nomor 1 yang berada di sebelah kanan dari pintu masuk. Spot tersedia 4 kursi dan satu meja makan yang terbuat dari kayu, 2 kursi disusun bersebelahan dan begitu juga depan 2 kursi lagi didepannya. Ditengah-tengah kursi terdapat 1 meja makan dan terdapat tempat tusuk gigi dan kotak tisu. Subjek dan peneliti duduk secara berhadap-hadapan dengan jarak pandang sekitar 60 cm. Wawancara ketiga subjek memakai baju kemeja lengan pendek berwarna unggu muda dan dipadukan celana jeans panjang berwarna hitam. Untuk alas kaki subjek menggunakan sneakers berwarna hitam dengan liris garis warna putih. Subjek menggunakan jam tangan berwarna hitam yang dikenakan pada tangan kirinya. Selain itu, subjek memakai tas ransel berwarna biru tua yang biasa dipakainya pada saat wawancara pertama dan kedua. Awal wawancara subjek menjawab pertanyaan penelitian dengan baik dan nyaman dari sebelumnya dengan peneliti. Subjek tampak mengerakkan kedua tanngannya ketika berbicara dan pandangan ke arah peneliti ketika berbicara. Selain itu, subjek mulai membuka diri dengan Universitas Sumatera Utara peneliti, sesekali subjek melempar candaan kepada peneliti dan juga menampilkan senyum dan tawanya ketika berbicara. Subjek sesekali memainkan sedotan dan tisu yang berada di mejanya, namun tetap menjaga kontak matanya kepada peneliti ketika berbicara dan mendengarkan pertanyaan dari peneliti. Ekpresi yang sama di tunjukkan subjek dengan wawancara sebelumnya ketika peneliti bertanya mengenai hubungan dirinya dengan ayahnya. Subjek tampak mengalihkan pandangannya ke pintu cafe dan memiringkan bibir atas sudut kirinya. Hal ini menunjukkan masih muncul emosi marah dan kecewa kepada ayahnya. Sesekali subjek menyebutkan kata-kata kasar untuk ayahnya dan mengepal tangannya dengan kuat dan juga tampak wajah subjek mulai memerah. Hal ini menujukkan kemarahan besar subjek ketika ayahnya memukul dirinya. Sesekali subjek tampak terdiam dan mengarahkan pandangannya ketika hendak menjelaskan perasaanya kepada ayahnya. Subjek meminum minumannya untuk menenangkan dirinya. Saat pertengahan wawancara, handphone subjek berdering sehingga menghentikan proses wawancara untuk sementara waktu. Subjek meminta izin kepada peneliti untuk mengangkat telpon dari temannya. Setelah sekitar 5 menit, subjek kembali melaksanakan proses wawancara. Subjek menjawab pertanyaan peneliti secara keseluruhan dengan cukup baik, walaupun masih tampak tidak nyaman jika peneliti bertanya mengenai ayahnya. Universitas Sumatera Utara 4 Wawancara IV Minggu, 8 Mei 2016 pukul 15.04-16.00 WIB Wawancara terakhir dilaksanakan di salah satu taman kota Medan. Taman ini berukuran sangat luas dan memiliki beberapa tanaman pohon dan bunga yang menghiasi taman seperti pohon beringin, bunga kertas, mawar dan bunga raya. Selain tanaman-tanaman indah, taman tersebut juga tersedia beberapa fasilitas olahraga yang tersebar di setiap sudut daerah taman. Taman tersebut juga menyediakan beberapa bangku panjang yang terbuat dari batu dan semen di setiap sisi area taman. Disisi sebelah selatan taman dari pintu masuk terdapat beberapa pedagang kaki lima yang menjual dagangannya di sekitar taman, sedangkan di sisi selatan terdapat area parkiran untuk masyarakat yang mengunjungi taman. Tempat wawancara berlangsung anta subjek dan peneliti berada di sisi sebelah taman yang berdekatan dengan penjual makanan. Subjek dan peneliti duduk di bangku panjang taman dan duduk bersebelahan dengan jarak pandang sekitar 50 cm. Cuaca yang berawan dan diiringi dengan angin sepoi membuat suasana taman sangat nyaman dan sejuk. Wawancara terakhir subjek menggunakan kaos lengan pendek berwarna putih dan bawahan celana pendek selutut berwarna coklat tua. Subjek menggunakan sandal berwarna hitam untuk alas kaki. Untuk aksesoris subjek tetap menggunakan jam tangan berwarna hitam yang dipakainya setiap sesi wawancara dengan peneliti. Universitas Sumatera Utara Namun, saat itu subjek tampak tidak menggunakan ransel biru tua yang biasa dipakainya. Sesi wawancara keempat berlangsung cukup baik dan lancar. Subjek tampak nyaman dengan suasana di lokasi wawancara. Subjek juga menjawab pertanyaan peneliti dengan cukup baik. Sesekali subjek tersenyum dan juga melempar candaan kepada peneliti. Subjek menatap peneliti dan mengerakkan tangannya ke sehgala arah ketika berbicara. Subjek juga sesekali mengalihakan pandangannya dari peneliti dan melihat pemandangan indah di taman, namun tetap fokus mendengarkan peneliti berbicara. Subjek masih tampak kurang nyaman ketika peneliti bertanya mengenai ayahnya. Subjek menghela napas dengan pelan ketika peneliti mulai bertanya mengenai hubungannya dengan ayahnya. Subjek juga mengalihkan pandangannya dari peneliti dan menundukkan kepalanya ketika berbicara mengenai ayahnya. Walaupun subjek tampak kurang nyaman dengan pertanyaan peneliti, subjek tetap menjawab pertanyaan dengan baik. Terkadang subjek terdiam sejenak dan mengerakkan bola matanya ke sudut kiri dan kemudian kembali berbicara. Subjek tampak memikirkan sesuatu mengenai ayahnya. Proses wawancara keseluruhan dari sesi pertama sampai keempat berjalan cukup baik dengan subjek IV. Sebelum memulai wawancara subjek sangat sulit untuk membuka diri dengan peneliti. Subjek tampak kurang percaya dengan peneliti dan menanyakan cukup banyak pertanyaan kepada peneliti mengenai proses wawancara dan penelitian. Oleh karena itu, untuk menyakinkan subjek Universitas Sumatera Utara peneliti membangun rapport yang intens dan baik agar subjek percaya dan mulai terbuka dengan peneliti. Subjek mulai membuka diri kepada peneliti pada proses wawancara sesi kedua. Hal ini dikarenakan pada malam hari sebelum wawancara, peneliti membangun rapport dengan subjek dengan cara mengirim pesan melalui via BBM kepada subjek. Subjek mulai merasa aman dan nyama dengan peneliti sampai wawancara sesi akhir berlangsung. Saat wawancara subjek sesekali berkata yang tidak pantas mengenai ayahnya. Subjek juga tampak tidak ingin berbicara mengenai ayahnya. Hal ini dilihat dari cara subjek merespon ketika peneliti bertanya mengenai ayahnya. Subjek mengalihkan pandangannya dan menghela napas dengan pelan. Beberapa waktu proses wawancara, sesekali wajah subjek tampak memerah dan memukul meja karena muncul perasan marah dan kecewa yang kuat kepada ayahnya.

b. Hasil Wawancara

b.1 Latar Belakang

FW nama inisial adalah seorang remaja laki-laki berumur 16 tahun. FW saat ini duduk dibangku sekolah menengah atas SMA kelas 2 di salah satu sekolah swasta Medan, Sumatera Utara. FW merupakan anak keempat dari 5 bersaudara. FW memiliki dua kakak, satu orang abang dan satu orang adik laki- laki. Kakak pertama FW adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di kota Medan. Kakak FW saat ini berumur 27 tahun dan telah menikah serta memiliki 2 orang anak yaitu satu orang anak laki-laki berumur 5 tahun dan satu orang anak perempuan berumur kurang lebih 1 tahun. Kakak kedua FW berumur 25 tahun dan bekerja sebagai SPG di salah satu brand ternama Indonesia. Kakak Universitas Sumatera Utara kedua FW saat ini tinggal serumah bersama tunangannya. Selanjutnya, abang FW yang berumur 22 tahun dan belum menikah. Abang FW masih berkuliah di salah satu universitas swasta di Medan, Sumatera Utara. Namun, saat ini abang FW sedang cuti kuliah dan bekerja di Jakarta. Terakhir adalah adik FW yang berumur 10 tahun. Saat ini adik FW masih duduk di bangku SD kelas 4 di salah satu SD Negeri di Medan. Orang tua FW telah bercerai pada awal bulan Maret 2016. Perceraian orang tuanya membuat ia dan adiknya harus berpisah dengan ayahnya dan tinggal bersama Ibunya di salah satu rumah kontrakan di Medan. Sedangkan ayahnya tinggal bersama nenek dan saudara-saudara ayahnya. Memiliki orang tua yang bercerai membuat FW merasa kesepian dan haus kasih sayang dari orang tuanya. Sosok ayah yang sudah tinggal satu atap lagi dan Ibu yang sibuk bekerja sebagai perawat membuat ia tidak memiliki waktu untuk berkumpul maupun berkomunikasi. Menjadi anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh membuat FW menjadi anak yang pendiam dan sulit untuk percaya dengan orang lain. Dengan raut wajah yang sedih cukup sulit bagi FW untuk menjelaskan penyebab orang tuanya bercerai. Ia menjelaskan terlalu banyak masalah yang terjadi pada keluarganya, sehingga ia sulit untuk mengungkapkannya dengan kata- kata yang tepat. Perlahan dengan ekspresi yang sedih FW menjelaskan bahwa perceraian orang tuanya dimulai dengan perilaku mabuk-mabukkan dan sikap kasar ayahnya terhadap mereka. FW, Ibu dan adiknya mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Ayah FW kerap kali berkata kasar dan berteriak Universitas Sumatera Utara kepada FW dan Ibunya setelah pulang mabuk-mabukkan. Bahkan tindakan yang paling menyakitkan bagi FW adalah ia pernah dipukul oleh ayahnya sampai mengalami memar dan beberap luka pada tubuhnya. Sikap kasar yang dilakukan oleh ayahnya terjadi setelah percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh ayahnya. Melihat ayahnya yang suka mabuk-mabukkan dan sering bersikap kasar membuat FW di sisi lain merasa lega karena ia, Ibu dan ayahnya dapat bercerai. Sehingga ia dan adiknya dapat terbebas dari ayahnya. Sikap ayahnya tersebut dimulai dari percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya pada bulan Desember tahun lalu. Raut wajah yang kecewa, FW menjelaskan bahwa percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya dipicu dari usaha yang bangkrut dan hutang piutang yang menumpuk. Ayah FW dulunya memiliki sebuah toko sepatu yang cukup besar dan juga usaha warisan turun menurun dari kakeknya. Namun, meningkatnya persaingan dan hal lainnya membuat usaha ayah FW harus gulung tikar dan juga membuat ayah FW terlilit hutang yang cukup besar dengan rentenir. “Ya udah kak. terus bangkrut lah kak, usahanya. Ya udah stres gitu kan kak. Nah uda tau bangkrut gitu kan kak, gak mau usaha lagi kak. karena itu usahanya dari kakek dulu, turun kek ayah kak..” S3.W1.24042016.E1.B254-258.H10 “Hmmm, Hutang lah kak, dia kan sampai sekarang masih ada hutanya sama renternir kak, banyak hutangnya kak gak bisa bayar. Ya mamak pun juga gak bisa bayar kak. Maknya mamak minta pisah kak..” S3.W1.24042016.E1.B575-579.H20 Universitas Sumatera Utara Stres dan bahkan depresi yang dialami ayah FW karena memikirkan usaha dan hutangnya membuat ayah FW berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Ayahnya FW melakukan tindakan tersebut di rumahnya sendiri, kala itu FW dan keluarganya masih tinggal bersama. Ayah FW mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan cara meminun cairan racun serangga. Namun, usaha tersebut dapat digagalkan oleh Ibu dan adik FW. Hal ini disampaikan FW dalam kutipan wawancara berikut; “Hhhmm, jadi kak, ayah bunuh diri itu minum baygon kak..” S3.W1.24042016.E.B174-175.H7 FW tidak terlalu ingat awal mulanya peristiwa tersebut terjadi. FW mengingat saat itu ia dan anggota keluarga yang lain tidak berada di rumah kecuali ayahnya. Saat kejadian tersebut ia sedang pergi bersama teman-temannya, sedangkan kakak kedua FW bekerja dan abangnya berada di Jakarta. Sama halnya dengan Ibu FW yang pergi keluar rumah untuk menemani adiknya berbelanja. Melihat kondisi rumah yang kosong dan sepi menjadi kesempatan ayah FW untuk mencoba mengakhiri hidupnya. Ayah FW kemudian melancarkan aksinya dengan memilih untuk meminum racun serangga. Percobaan tersebut dilakukan ayah FW dikamarnya sendiri. Namun, selang beberapa waktu setelah ayah FW meminum cairan tersebut, Ibu dan adik FW pulang kerumah. Ketika Ibu dan adik FW pulang kerumah, alangkah terkejutnya Ibu dan adiknya melihat ayah sudah tergeletak di kamar dengan kondisi mulut yang berbusa. FW tidak tahu dengan pasti bagaimana reaksi Universitas Sumatera Utara Ibu dan adiknya ketika melihat kondisi ayahnya. Hal ini dikarenakan FW tidak melihat langsung kejadian tersebut. Saat kejadian tersebut, adik FW berusaha untuk menelpon dirinya. Namun, tidak berhasil dikarenakan handphone FW sedang off. FW mengetahui ayahnya melakukan percobaan bunuh diri ketika ayahnya sudah dirawat di rumah sakit dan kemudian mendapat penjelasan dari adiknya. Melalui informasi dari adiknya, FW menceritakan kondisi Ibu dan adiknya yang sangat terkejut dan tidak mampu bergerak ataupun berkata sepatah katapun ketika melihat ayahnya. Adik FW hanya bisa berdiri tegak dengan mata yang lebar ketika melihat ayahnya. Terbangun dari shock melihat ayahnya, Ibu FW langsung menghampiri dan melihat kondisi ayahnya. Melihat tubuh ayahnya masih bergerak dan juga masih menghembuskan napas, dengan sigap Ibu FW langsung menelpon ambulance. Beberpa selang waktu, mobil ambulance datang dan membawa ayahnya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ayah FW langsung di bawa ke ruang UGD dan kemudian dapat diselamatkan. Berikut penuturan FW; “Hmm, jadi kan kak, waktu itu rumah lagi kosong kan kak, semua pergi kak. jadi gak ada yang di rumah, kecuali ayah kak. Ya udah, kata adik aku. Waktu mereka pulang, rumah uda kosong gitu kan kak. terus mereka lihat lah ayah uda terkapar, tergeletak gitu kak di kamar. Ya udah, kaget mereka kan langsung bawa rumah sakit kak. Aku rasa sih, belum lama ayah minum itu kan kak, langsung ketemu sama orang mamak sama adek aku kak.” S3.W1.24042016.E.B203-213.H8 Universitas Sumatera Utara “Ya kak, mamak aku lah telpon semuanya. Aku tau kelamaan karena Hp aku mati waktu itu kak, baru hidup waktu aku balik ke rumah lah kak..” S3.W1.24042016.E.B226-229.H9

b.2 Proses Emosi

Sulit bagi FW untuk menerima tindakan percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya. Walaupun ia tidak melihat secara langsung kejadian tersebut, namun mendengar penjelasan dari adiknya ia hanya bisa terdiam dan kemudian menangis. FW tidak menyangka ayahnya dapat melakukan tindakan yang sangat memalukan baginya. FW mengaku, baik ketika ayahnya dirawat di rumah sakit maupun setelah keluar ia sangat jarang menemani ayahnya. Ini dikarenakan ia masih belum menerima dan tidak tahu harus berbuat apa ketika bertemu dengan ayahnya. Melihat ayahnya situation membuat FW mengingat tindakan ayahnya ketika bunuh diri, terlebih lagi terhadap perubahan sikap ayahnya setelah keluar dari rumah sakit attention. Perubahan ayahnya yang suka minum minuman kerasa dan bersikap kasar dengan keluarganya, membuat FW menganggap ayahnya sudah ‘gila’ appraisal. Selain itu, ia menilai tindakan ayahnya semakin membuat keluarganya menjadi lebih susah, terlebih lagi setelah kebangkrutan dan hutang piutang yang menimpa keluarganya appraisal. FW menganggap percobaan bunuh diri tersebut merupakan tindakan yang sangat bodoh dan juga menilai ayahnya sudah tidak peduli dengan keluarganya appraisal. Hal ini membuat ia semakin kecewa dan marah dengan ayahnya response. Perubahan sikap ayahnya tersebut membuat hubungan FW dan ayahnya semakin memburuk. Universitas Sumatera Utara FW menjelaskan, sebelum kejadian tersebut ia dan ayahnya tidak terlalu dekat, hal ini dikarenakan ayah FW sangat keras kepada anak-anaknya. Semakin hari sikap ayahnya semakin memburuk, FW dan keluarganya semakin sering dimarahi oleh ayahnya tanpa sebab. Hal ini membuat FW tidak ingin bertemu ayahnya dan tidak betah berada dirumah. Sama halnya dengan Ibu FW, Ibunya juga sudah tidak tahan melihat perubahan sikap suaminya dan memutuskan untuk bercerai demi kebaikan anak-anaknya dan dirinya. Berikut penuturan FW; “Banyak lah kak, habis dia bunuh diri itu kan kak, sehat dia lagi kak, dia malah buat ulah minum-minum kak, marah-marah juga sama kami..” S3.W3.06052016.F.B454-459.H16 “Iy kak, benci kali aku sama dia kak, benci kali..” S3.W3.06052016.D.B440-441.H16 Meskipun FW, adik dan Ibunya sudah tidak tinggal bersama ayahnya. Ayah FW masih sering mengunjungi mereka di tempat tinggal mereka sekarang. FW menjelaskan, ayahnya mencoba untuk kembali dengan Ibunya agar menjadi suami-istri. Namun, sikap ayahnya yang tidak berubah membuat Ibunya enggan untuk kembali kepada ayahnya. Setiap ayahnya berkunjung, FW sangat tidak menyukai kedatangan ayahnya. FW sangat ingin mengusir ayahnya namun urung dilakukannya karena dilarang oleh Ibunya. Ketika ayah FW berkunjung kerumahnya membuat ia semakin menambah kemarahan dan kebencian kepada ayahnya response. Percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya membuat FW menjadi stres respons. Terlebih lagi, teman-teman sekolah FW juga telah mengetahui Universitas Sumatera Utara peristiwa tersebut. Teman-temannya mengetahui percobaan bunuh diri ayahnya dari salah satu teman FW yang merupakan anak dari teman ayahnya dan kemudian menyebarluaskan berita tersebut ke sekolah. FW juga menjelaskan, setelah berita tersebut tersebar, ia menjadi bahan perbincangan hangat disekolah dan tidak sedikit juga teman-temannya mengolok-olok ayahnya. Olokkan teman- teman FW situation membuat ia semakin mengingat kejadian ayahnya melakukan percobaan bunuh diri attention. Hal ini membuat FW malu dan semakin marah atas tindakan ayahnya response, selain itu juga membuat ia tidak betah berada di sekolah. FW mengakui bahwa ia sering kali bolos dari sekolah bahkan sampai mendapat surat peringatan dari sekolahnya. Tindakan bolos sekolah yang dilakukan FW dikarenakan ia mulai tidak nyaman berada di sekolah dan tidak tahan dengan olokan teman-temannya. Berikut penuturan FW; “Ya malas kak, di ejekin terus aku kak” S3.W1.24042016.F.B398.H14 “Kalo dulu gak kak, malah semangat aku sekolah, sekarangnya malas, sering bolos aku kak..” S3.W1.24042016.F.B423-425.H15

b.3 Regulasi Emosi

Emosi-emosi negatif yang kuat dirasakan FW terhadap ayahnya membuat emosi FW menjadi tidak stabil dan sulit untuk ia kontrol. FW mengakui ia menjadi lebih pendiam baik di rumah maupun di sekolah, terkadang ia juga sering marah-marah sendiri. Kebencian dan kekecewaan berat kepada ayahnya membuat FW sulit untuk percaya dan dekat dengan orang lain. FW mengakui bahwa hal Universitas Sumatera Utara tersebut sangat merugikan dirinya. FW tidak ingin terlalu lama merasakan hal tersebut, dan mulai mencoba untuk mengontrol emosinya agar lebih stabil. FW juga mengakui cara ia mengontrol emosinya dipengaruhi oleh lingkungan pertemanannya. Ibunya kurang berperan dalam mengajarinya untuk mengontrol emosi. Hal ini dikarenakan, setelah perceraian orang tuanya, ia dan Ibunya sulit untuk bertemu dan berkomunikasi karena Ibunya harus bekerja untuk menafkahi dirinya dan adiknya. Marah, malu, benci dan kecewa yang dirasakan FW muncul ketika ia melihat ayahnya situation. Emosi-emosi negatif tersebut akan muncul dan semakin meningkat ketika ayahnya memarahi dirinya. Sebelum muncul emosi negatif tersebut, FW memilih untuk menghindar dari ayahnya dan tidak melihat wajah ayahnya situation selection. FW lebih memilih untuk bermain bersama temannya agar ia tidak dapat bertemu dengan ayahnya situation selection. Berikut penuturan FW “Ya aku hindar aja kak, gak mau lihat dia sampai sekarang. Waktu masih tinggal di rumah itu kan kak sebelum di jual aku gak pernah ke rumah itu kak, aku tinggal tempat kakak aku yang pertama kalo gak tempat kawan aku, pokoknya gak mau aku ketemu dia kak. Bisa stres aku lihat dia terus, kalo gak dipukulinya aja aku kak. ” S3.W2.26042016.A1.B368-369.H13 “Pergi dari rumah kak, ato kemana lah kak yang penting ilangin stres kak..” S3.W3.06052016.A1.B284-285.H10-11 Selain melihat ayahnya, emosi-emosi negatif tersebut juga akan muncul jika FW mendengar ataupun diolok-olok oleh teman-temannya di sekolah situation. Universitas Sumatera Utara FW mengakui bahwa ia sangat tidak tahan jika temannya terus menerus mengolok-olok ayahnya. Oleh karena itu, FW lebih memilih untuk menghindar dengan bolos ke sekolah situation selection. Namun, jika ia tidak bisa bolos sekolah ia akan berpura-pura sakit dan pergi ke ruang UKS situation selection. Berikut penuturan FW; “Ya kalo di ejek gitu aku, ya sabar aja kak. ini aku anggap cobaan aja kak, kalo uda gak tertahan aku kak, pergi aku hindari mereka. Pergi ke UKS kak..” S3.W2.26042016.A1.B388-391.H14 Walaupun FW mencoba untuk menghindar dari situasi yang memunculkan emosi negatifnya. FW mengakui bahwa ia kerap kali masih mengingat kejadian percobaan bunuh diri yang dilakukan ayahnya. Selain itu, FW juga masih mengingat sikap ayahnya yang memarahi dirinya attention. Hal itu terjadi ketika ayahnya mengunjungi dirinya dan mencoba untuk berbicara dengannya dan ia tidak dapat menghindar dari hal tersebut. Untuk mengalihkan fokusnya, FW mencoba untuk mencari perhatian selain ayahnya seperti memikirkan temannya, hal-hal yang membuatnya tenang atau bahkan tidak mendengarkan ayahnya ketika berbicara attentional deployment . Hal yang sama juga dilakukan FW jika ia mendengar olokkan dari temannya. FW akan berusaha untuk mengalihkan fokusnya dengan bermain gadget ataupun berusaha menutup telinganya dengan mendengarkan musik melalui earphone attentional deployment. Ini dilakukannya jika ia tidak bisa menghindari mereka. “.. kalo ada mereka yang suka ngejek aku dengerin musik pakek headshet kak, biar gak dengerin mereka kak..” Universitas Sumatera Utara S3.W2.26042016.B1.B396-401.H14 “Iya aku tahankan aja lah kak, paling aku gak mau lihat dia gitu kak, gak mau dengarin dia ngomong kak..” S3.W4.08052016.B1.B202-204.H8 Menurut FW tindakan yang dilakukan ayahnya tesebut sangatlah bodoh dan menyusahkan keluarganya appraisal. FW menganggap ayahnya bukanlah sosok ayah yang bertanggung jawab dan tidak memperdulikan keluarganya appraisal. Namun penilaian negatif yang dilakukan FW terhadap tindakan ayahnya membuat dirinya menjadi semakin marah dan benci dengan ayahnya. Oleh karena itu, FW berusaha untuk mengubah penilaiannya. FW mulai tabah terhadap cobaan yang dialaminya dan menilai semua yang terjadi pada dirinya merupakan takdir dari Allah SWT cognitive change. Berikut penuturan FW; “Terus dia gak bertanggung jawab juga kak, bunuh diri kek gitu biar, ya mamak lah bayar hutangnya, kasian mamak kak. Terus uda dikasi kesempatan hidup sama Tuhan gak berubah juga kak..” S3.W2.26042016.C.B249-253.H9 “Iya kak, mungkin aku harus tabah kak, sabar lah kak. Aku juga gak mungkin bisa maksain ayah jadi apa yang aku mau kan kak..” S3.W3.06052016.C1.B628-631.H22 Usaha dan cara FW untuk menghindari emosi negatifnya muncul ketika menghadapi ayahnya, telah ia coba semaksimalnya. Namun, terkadang emosi negatif tersebut muncul sebelum ia mengontrolnya. Misalnya emosi marah dan benci kepadanya ayahnya response. FW pernah melampiaskan emosi tersebut dengan kata-kata yang kasar kepada ayahnya response modulation. FW Universitas Sumatera Utara mengakui bahwa ia sangat puas dan lega ketika ia melampiaskan emosi tersebut. Rasa puas dan lega yang dirasakan FW tidak sebanding dengan respon ayahnya ketika mendengar perkataan kasar anaknya. Ayah FW semakin marah kepada dirinya dan bahkan memukul FW sampai mengalami luka lebam. FW menyadari bahwa ia salah, tetapi ia tidak dapat seterusnya mengontrol emosinya. Oleh karena itu, ketika emosi negatif tersbut muncul kembali, FW mengalihkannya dengan cara yang lebih baik. FW biasanya akan melakukan hobinya seperti berenang dan memainkan alat musik response modulation. Melakukan hobinyanya, menurut FW merupakan cara yang lebih baik untuk melampiaskan emosi negatif ketika muncul dibandingkan harus melampiaskan kepada ayahnya response modulation. “Hmmm, Lega kali kak. Akhirnya aku bisa bilang kek gitu sama dia. Tapi ya akhirnya aku dipukuli juga kak..” S3.W3.06052016.F.B142-144.H6 “Ya kalo misalnya aku marah kak, yang kek aku bilang tadi kak, aku berenang kak. biar gak stress. Terus ya kumpul-kumpul kawan kak, ngeband kami kak..” S3.W3.06052016.D1.B387-390.H14 Universitas Sumatera Utara REKAPITULASI DATA HASIL WAWANCARA SUBJEK III Tabel 6. Rekapitulasi Data Proses Emosi No Proses Emosi Gambaran 1. Situation Setiap melihat ayahnya muncul emosi negatif subjek Saat diolok-olok oleh orang lain atau temannya 2. Attention Subjek masih mengingat percobaan bunuh diri ayahnya Subjek mengingat perubahan sikap ayahnya setelah melakukan percobaan bunuh diri. 3. Appraisal Subjek menilai tindakan ayahnya membuat keluarganya semakin susah. Subjek menilai tindakan ayahnya sangat bodoh Subjek menganggap ayahnya sudah tidak peduli dengan keluarganya dan tidak bertanggung jawab Subjek menganggap ayahnya sudak ‘gila’ 4. Response Subjek hanya tediam dan menangis ketika mendengar percobaan bunuh diri ayahnya Subjek marah dengan ayahnya Subjek malu dengan ayahnya Subjek kecewa dengan ayahnya Subjek benci kepada ayahnya Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Rekapitulasi Data Strategi Regulasi Emosi No. Strategi Regulasi Emosi Gambaran 1. Situation Selection Subjek memilih untuk menghindar dari ayahnya Subjek tidak ingin melihat wajah ayahnya Subjek menghindar dari temannya ketika diolok- olok mengenai ayahnya. Subjek tidak ingin mendengar perkataan tidak baik dari teman-teman sekolahnya 2. Situation Modification Tidak Ditemukan 3. Attentional Deployment Subjek mengalihkan perhatiannya dengan cara mencari fokus lain seperti memikirkan hal indah atau temannya. Subjek menutup telinga atau mendengarkan musik jika temannya mengolok ayahnya agar dapat mengalihkan perhatiannya terhadap olokkan temannya. 4. Cognitive Change Subjek tabah terhadap cobaan yang dialaminya Subjek menilai semua yang terjadi pada dirinya merupakan takdir Allah SWT. 5. Response Modulation Subjek melampiaskan kepada ayahnya dengan kata- kata kasar. Subjek melakukan hobinya seperti berenang dan bermain alat musik jika sudah muncul emosi negatifnya. Universitas Sumatera Utara situation Attention Appraisal Response • Subjek hanya terdiam dan menangis ketika mendengar percobaan bunuh diri ayahnya • Subjek marah dengan ayahnya • Subjek malu dengan ayahnya • Subjek kecewa dengan ayahnya • Subjek benci kepada ayahnya. • Subjek menilai tindakan ayahnya membuat keluarganya semakin susah • Subjek menilai tindakan ayahnya sangat bodoh • Subjek menganggap ayahnya sudah tidak peduli dengan keluarganya dan tidak bertanggung jawab. • Subjek masih mengingat percobaan bunuh diri ayahnya • Subjek mengingat perubahan sikap ayahnya setelah melakukan percobaan bunuh diri • Setiap melihat ayahnya • Saat diolok-olok oleh orang lain atau temannya Situation Selection Subjek memilih untuk menghindar dari ayahnya. Subjek tidak ingin melihat wajah ayahnya. Subjek menghindar dari temannya. Subjek tidak ingin mendengar perkataan tidak baik dari teman-teman sekolahnya. Attentional Deployment Subjek mengalihkan perhatiannya dengan cara mencari fokus lain seperti memikirkan hal indah atau temannya. Subjek menutup telinga atau mendengarkan musik jika temannya mengejek ayahnya. Cognitive Change Subjek tabah terhadap cobaan yang dialaminya. Subjek menilai semua yang terjadi pada dirinya merupakan takdir Allah SWT. Response Modulation Subjek melampiaskan kepada ayahnya dengan kata-kata kasar. Subjek melakukan hobinya seperti berenang dan bermain alat musik jika sudah muncul emosi negatifnya. Bagan 7. Pohon Masalah Regulasi Emosi III Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Hasil Analisis-banding antar subjek untuk strategi regulasi emosi pada remaja yang menghadapi percobaan bunuh diri orang tua Subjek I VH Subjek II RN Subjek III FW Situation Selection Situation Modification tidak ditemukan Attentional Deployment Cognitive Change Response Modulation Situation Selection Situation Modification Attentional Deployment Cognitive Change Response Modulation Situation Selection Situation Modification tidak ditemukan Attentional Deployment Cognitive Change Response Modulation Tabel analisis banding di atas menujukkan gambaran sebagai berikut: a. Subjek I dan III melakukan empat regulasi emosi yaitu situation selection, attentional deployment, cognitive change dan response modulation. Namun, untuk strategi regulasi emosi pada situation modification tidak terjadi atau ditemukan pada subjek I dan III ketika mencoba untuk mengontrol emosi-emosi negative yang muncul. b. Berbeda dengan subjek I dan III, pada subjek II ditemukan kelima strategi regulasi emosi untuk mengontrol emosi-emosi negatifnya ketika menghadapi peristiwa percobaan bunuh diri orang tua. Universitas Sumatera Utara

B. Pembahasan