BAB V SARAN DAN KESIMPULAN
Bab ini akan memaparkan kesimpulan yang menjawab permasalahan dalam penelitian. Selain itu, bab ini juga akan mengemukakan saran praktis dan
metodologis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian dengan tema regulasi emosi remaja terhadap peristiwa traumatik yang dialaminya.
A. KESIMPULAN
1. Ketiga subjek penelitian melewati proses emosi sesuai dengan tahapan pertama sampai akhir. Namun, ketiga subjek memiliki perbedaan dalam
melakukan serta memilih strategi regulasi emosi. Subjek 1 dan 3 memiliki persamaan dalam melakukan strategi regulasi yaitu tidak
melakukan strategi situation modification. Berbeda dengan subjek 2 yang melakukan setiap strategi regulasi emosi.
a. Subek 1 melewati setiap tahapan proses emosi. Tahap pertama yaitu situation dialami subjek ketika melihat ayahnya dan diolok-olok
oleh temannya. strategi regulasi emosi yang dilakukan subjek 1 pada tahap ini yaitu dengan strategi situation selesction dengan cara
menghindari ayahnya dan temannya. Tahap kedua yaitu attention dialami subjek 1 ketika mengingat tindakan ayahnya melakukan
percobaan bunuh diri secara langsung. Strategi attentional
deployment yang dipilih subjek 1 dilakukan dengan cara
mengalihkan perhatiannya dengan temannya sebagai penghilang
150
Universitas Sumatera Utara
stres. Tahap ketiga yaitu appraisal muncul dengan penilaian subjek terhadap tindakan ayahnya yang bodoh dan menjijikan. Strategi
cognitive change yang dilakukan subjek yaitu dengan cara menilai kembali tindakan ayahnya dan pasrah dengan kehendak Allah SWT.
Tahap akhir yaitu response subjek 1 terhadap percobaan bunuh diri ayahnya. Muncul emosi negatif seperti marah, benci, kecewa dan
sedih yang dialami subjek. Tahap ini strategi response modulation dilakukan subjek 1 dengan cara menceritakan yang dirasakannya
kepada ayahnya dengan sahabatnya atau hanya menanggapi dengan diam dan sabar. Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi
regulasi emosi subjek yaitu intensitas emosional. Hal ini dilihat dari intensitas subjek 1 terhadap situasi dan jenis emosi yang
dirasakannya. b. Subjek 2 juga mengalami setiap tahapan proses emosi. Tahap
situation subjek 2 yaitu ketika melihat ayahnya dan di kamar mandi. Situasi ketika melihat ayahnya subjek 2 melakukan strategi
situation selection dengan cara menghindar dari ayahnya.
Sementara situasi di kamar mandi subjek 2 melakukan situation modification dengan cara memodifikasi tempat yang berada di
kamar mandi seperti menghidupkan semua lampu di kamar mandi dan menghidupkan musik dengan suara yang keras. Tahap attention
yaitu ketika subjek 2 memikirkan pertiwa percobaan bunuh diri ayahnya. Strategi attentional deployment yang dilakukan subjek 2
Universitas Sumatera Utara
dengan cara distraksi yaitu mengingat kenangan-kenangan mansi dan indah bersama ayahnya. Tahap appraisal, subjek 2 menilai
bahwa tindakan ayahnya disebabkan oleh dirinya yang tidak menemani ayahnya ketika menghadapi permasalahan berat. Strategi
cognitive change yang dilakukan subjek 2 dengan cara menilai kembali pemikirannya dengan kearah yang lebih postif yaitu subjek
2 berpikir bahwa ia harus semakin sayang dengan ayah dan keluarganya. Tahap akhir, response munculnya emosi negatif ketika
subjek 2 diolok-olok oleh temannya dan melihat ayahnya. Strategi response modulation yang dilakukan subjek 2 yaitu sabar dan
melakukan sholat serta berserh diri kepada Allah SWT. Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi regulai emosi subjek 2 yaitu
kompleksitas kognitif dan tujuan motivasi. Komplesitas kognitif dilihat dari cara subjek 2 menemukan cara mengatur emosi yang
memadai dan mengelolah emosi dengan baik. Tujuan motivasi dilihat dari evaluasi stimulus yang dialmi subjek 2 yaitu terjadi
beberapa kali sehingga subjek 2 mulai terbiasa dengan stimulus yang ada.
c. Sama halnya dengan subjek 1, subjek 3 juga melewati setiap proses emosi dan tidak melakukan strategi situatioan modification. Tahap
situation yaitu ketika melihat ayahnya dan diolok-olok oleh teman sekolahnya. Strategi situation selection dipilih subjek 3 dengan cara
menghindar dari ayahnya dan teman sekolahnya atau membolos
Universitas Sumatera Utara
sekolah. Tahap attention yaitu ketika mengingat kejadian percobaan bunuh diri ayahnya. Attentional deployment yang dilakukan subjek
3 dengan cara mengalihkan perhatiannya seperti memikirkan teman- temannya yang baik kepada dirinya. Situasi berbeda jika diolok-
olok oleh temannya subjek melakukan dengan cara distraksi yaitu dengan tidak mendengar perkataan temannya atau mendengarkan
musik dengan earphone. Tahap appraisal yaitu subjek 3 menilai ayahnya tidak peduli dengan dirinya dan keluarganya sehingga tega
mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Cognitive change yang dilakukan subjek 3 dengan menganggap yang terjadi pada dirinya
sudah menjadi takdir oleh Allah SWT. Tahap akhir yaitu response subjek 3 munculmya emosi negatif seperti marah, benci dan kecewa
dengan ayahnya. Response modulation dilakukan subjek 3 dengan cara mengalihkan emosi-emosi negatifnya yaitu menjalankan
hobinya seperti bermain alat musik dan berenang. Faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi regulasi emosi pada subjek 3
yaitu intensitas emosi. Subjek 3 meiliki intensitas bertemu dengan ayahnya dan di sekolah, hal ini membuat semakin tinggi munculnya
emosi negatif yang dirasakan oleh subjek 3. 2. Strategi regulasi emosi yang dilakukan setiap subjek memiliki hasil
yang berbeda. Cara subjek 1 dan 3 meregulasi emosi belum mampu untuk mengganti emosi-emosi negatif kepada ayahnya menjadi lebih
positif. Hal ini dapat dilihat dari faktor familial context, subjek 1 dan 3
Universitas Sumatera Utara
kurang memiliki intensitas waktu yang cukup bersama keluarga terutama orang tuanya setelah peristiwa percobaan bunuh diri yang
dilakukan ayahnya. Berbeda dengan subjek 2 yang mampu mengubah emosi negatifnya menjadi lebih positif kepada ayahnya. Hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor familial context. Ibu berperan besar dalam kemampuan subjek 2 mengelolah emosinya.
B. SARAN 1. Saran Praktis