Remaja 1. Proses Emosi dan Strategi Regulasi Emosi Remaja Terhadap Peristiwa Percobaan Bunuh Diri Orang Tua

4. Gangguan kesehatan pada fisik mudah terserang sakit, perubahan gangguan fisiologis.

D. Remaja 1.

Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin yaitu adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Piaget dalam Hurlock 2007, masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia individu tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Piaget juga menjelaskan bahwa kata adolescence memiliki makna yang lebih dari tumbuh, dimana meliputi kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Selain itu, menurut Papalia 2009 masa remaja merupakan masa transisi atau perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, perubahan yang dimaksudkan meliputi perubahan fisik, kemampuan kognitif, sosial, harga diri, otonomi, dan keintiman. Menurut Hurlock 2007, secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung dari umur 13 tahun sampai dengan 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum.

2. Perkembangan Emosi Pada Remaja

Menurut Hurlock 2007, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu periode terjadinya ketegangan emosi yang tinggi Universitas Sumatera Utara sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar atau hormon pada tubuh remaja. Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa remaja terus berlangsung akan tetapi berjalan lebih lama. Hurlock juga menjelasakan bahwa remaja lebih banyak dikelilingi maupun dituntut dari kondisi sosial sehingga munculnya kestabilan atau tidak emosi pada masa remaja karena berada ditekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru sedangkan pada masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan untuk menghadapi keadaan- keadaan tersebut. Menurut Gessel, sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilau yang baru dan harapan sosial yang baru. Selanjutnya Gessel juga menjelaskan walaupun emosi remaja seringkali kuat, tidak terkendali dan tampak irasional, tetapi pada umumnya setiap tahun masa remaja akan terjadi perbaikan perilaku emosional misalnya, remaja 14 tahun lebih sering mudah marah, mudah terangsang dan emosi mereka cenderung “meledak” sedangkan remaja 16 tahun, mereka lebih “lebih tidak punya keprihatinan” dalam Hurlock 2007. Menurut Santrock 2007, masa remaja merupakan suatu masa fluktuasi emosi naik-turunnya yang dapat berlangsung lebih sering. Selanjutnya, penelitian Rosenblum Lewis dalam Santrock 2007 menujukkan bahwa remaja memiliki suasana hati yang dapat berubah-ubah, terkadang remaja akan merasa bahagia dan bahkan merasa sangat sedih tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi remaja. Pada kompetensi Universitas Sumatera Utara emosional, masa remaja cenderung lebih menyadari siklus emosionalnya, seperti perasaan bersalah karena marah. Kesadaran yang dimiliki remaja dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi emosinya. Kemampuan remaja yang menyadari siklus emosional sehingga mereka dapat mempersiapkan untuk dapat mengatasi stres dan fluktuasi emosional secara efektif, namun banyak juga remaja tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif dalam Santrock 2007. Remaja yang tidak dapat mengelola emosi secara lebih efektif cenderung untuk mengalami depresi, mudah marah, cemas yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja atau gangguan makanan.

3. Regulasi Emosi Pada Remaja

Regulasi emosi berperan penting dalam kemampuan remaja ketika menghadapi suatu tantangan maupun peristiwa yang menekan kondisi psikologisnya. Remaja yang mampu untuk melakukan regulasi emosi mampu untuk beradaptasi dalan kehidupan sosial dan kestabilan emosinya dalam Gross, 2014. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gebeck dan Skinner dalam Gross 2014, ketika remaja dalam kondisi stres umumnya akan melakukan strategi regulasi emosi dengan cara menghindar dari situasi yang memunculkan emosi negatif. Namun, secara kognitif remaja mampu untuk merefleksikan keadaan emosional mereka sendiri. Remaja juga dapat menggunakan strategi cognitive change untuk menghadapi ketidakstabilan emosi mereka seperti self-talk positif dan penilaian kembali. Universitas Sumatera Utara

E. Gambaran Regulasi Emosi Remaja Terhadap Percobaan Bunuh Diri Orang Tua