Memberikan sebuah pengalaman multimedia It provides a multi- Synchronous Messaging Media Streaming

16 lebih baik kepada pemakai. Sehingga, dengan mengkombinasikan semua implementasi ini kita dapat mencapai Library2.0.

2.3.2 Penerapan Library 2.0

Karakteristik utama dari Library 2.0 adalahinteraksi dan komunikasi antara pustakawan dan pemustaka serta keterlibatan dankontribusi pemustaka dalam pengembangan layanan perpustakaan. MenurutManess 2006, teori Library 2.0 diketahui memiliki 4 elemen penting berikut: 1. Terpusat pada pengguna It is user-centered Pengguna berpartisipasi dalam pembuatan konten dan layanan yang terlihat di dalam tampilan Web perpustakaan, OPAC, dll. Pemakaian dan pembuatan konten Web yang dinamis sehingga peranan pustakawan dan pengguna jelas, serta pengguna dapat memberikan penilaian dan komentar.

2. Memberikan sebuah pengalaman multimedia It provides a multi-

media experience Koleksi dan layanan Library 2.0 menyediakan komponenvideo dan audio. Hal ini sangat disarankan walaupun jarang sekali disebutkan sebagai fungsi Library 2.0.

3. Kaya secara sosial It is socially rich

Tampilan Web perpustakaan berisi tampilan pengguna. Ada dua cara untuk berkomunikasi antara pengguna dengan pengguna lain dan dengan pustakawan yaitu sinkronisasi contohnya IM dan asinkronisasi contohnya wiki. 4. Bersama-sama melakukan inovasi It is communally innovative Mungkin hal ini merupakan aspek terpenting dari Library 2.0 yaitubertumpu pada asas perpustakaan sebagai layanan masyarakat, namunsadar bahwa ketika masyarakat berubah perpustakaan tidak saja ikutberubah tetapi juga membiarkan pemustaka untuk merubahnya.Perpustakaan siap untuk merubah pelayanannya secara berkelanjutan,mencari cara baru untuk memberi kesempatan masyarakat, bukan sajaperorangan, untuk mencari, menemukan, dan menggunakan informasi. Dalam penerapan Library 2.0, keseluruhan layanan perpustakaan akan dipindahkan ke sebuah media elektronik berbasis situs Web yang memungkinkan Universitas Sumatera Utara 17 para pemustakanya untuk terlibat membangun perpustakaan secara bersama. Hal ini berbeda dengan perpustakaan generasi sebelumnya Library 1.0 yang hanya menjalankan koleksi dan layanan yang tersebar ke dalam lingkungan online. Untuk memperjelas perubahan perpustakaan tradisional menjadi perpustakaan yang menerapkan Library 2.0 yang diakibatkan oleh lahirnya dunia Web 2.0, maka perbandingan tersebut diformulasikan sebagai berikut: Tabel 2. Perbandingan Penerapan Perpustakaan Menuju Library 2.0 Traditional library Web 2.0 world Library 2.0 world Cataloguing Automated metadata, del.icio.us Metadata Classification Folksonomies and the semantic Web Locally provided and relevant folksonomy Acquisitions eBay, PayPal, Amazon and Abebooks E-archives, e-data and Quality assurance Reference Yahoo Answers and Wikipedia Branded links to trusted Resources Preservation Digital archives and Repositories Institutional repository User instruction Chatrooms Moderate chatroom Working space Bedroom and Starbucks with a laptop Wired campus and 24-hour workspace Collections YouTube, Flickr, institutional repositories, open access Aggregation of unique content with other libraries Professional judgement The wisdom of crowds Teaching retrieval skills Derek Law 2008 menggambarkan tiga ruas kunci yang menjadi inti dari layanan Library 2.0 dan dapat disimpulkan bahwa dalam pengertian terdahulu perpustakaan merupakan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara 18 menyimpan buku dan terbitan lainnya yang disimpan menurut tata susunan tertentu. Koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan terbatas pada bentuk cetak, melalui akses manual. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu alasan adanya pergeseran dari perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Library 2.0. Perpustakaan saat ini tidaklah sama dengan perpustakaan terdahulu, perpustakaan masa kini mempunyai koleksi yang sebagian besar dalam bentuk format digital dan diakses dengan komputer. Perubahan yang terjadi sekarang ini tidak hanya pada bentuk fisik dari koleksi perpustakaan. Namun juga terjadi pada proses operasional, proses managemen dan interaksi dengan pemustaka. Jadi, lahirnya Library 2.0memungkinkan perpustakaan berkolaborasi dengan pemustaka dalam melakukan kegiatan-kegiatan perpustakaan melalui teknologi internet. Menurut Proboyekti 2008 “Sebelum perpustakaan menerapkan Library 2.0, perpustakaan perlu mengetahui kondisi awal perpustakaan apa yang sudahdilakukan dan disajikan oleh perpustakaan kepada pemustakanya”. Perpustakaanharus menerapkan Library 2.0 dengan berdasarkan visi-misi perpustakaan dankebutuhan pemustaka. Kemudian penerapan Library 2.0 harus memenuhi 3komponen utama yaitu: 1 Perubahan yang konstan dan bertujuan 2 Partisipasipengguna 3 Penjangkauan pengguna dan pengguna potensial Universitas Sumatera Utara 19 Rangkaian penerapan Library 2.0 tersebut harus disertai dengan evaluasi karena kegiatanevaluasi yang akan membuat perubahan di perpustakaan secaraterus-menerus.

2.3.3 Layanan Library 2.0

Layanan Library 2.0 adalah suatu komunitas maya yang berorientasi kepada pemakai. Tetapi konsep yang menjadi pondasi kehadiran suatu Web perpustakaan dan bagaimana Web tersebut harus berevolusi kedalam suatu kehadiran multi media yang membolehkan pemakainya untuk tampil sekaligus, dan baik dengan perpustakaan atau pustakawan atau dengan sesama pemakai lainnya, adalah benar-benar kebutuhan dalam pengembangan. Web dan perpustakaan yang terlibat sebagai suatu sarana untuk memfasilitasi inovasi dan eksperimen dalam layanan Library 2.0. Berikut beberapa contoh layanan Library 2.0 menurut Manees 2006: 1. Synchronous Messaging 2. Media Streaming 3. Blogs dan Wikis 4. Jaringan sosial 5. Tagging Penge-Tag-an 6. RSS Feeds 7. Mashups

1. Synchronous Messaging

Teknologi ini telah digunakan cukup cepat oleh komunitas perpustakaan. Teknologi yang lebih dikenal sebagai instant messaging IM menyediakan fasilitas komunikasi teks cepat untuk pengguna. Perpustakaan telah menggunakannya untuk menyediakan layanan “chat reference”, yaitu Universitas Sumatera Utara 20 pengguna dapat berkomunikasi secara sinkron dengan pustakawan seperti pada saat mereka berkomunikasi tatap muka secara langsung. Ada banyak yang berpikir bahwa IM adalah teknologi Web 1.0, karena sering membutuhkan untuk mengunduh perangkat lunak, sementara itu sebagian besar aplikasi 2.0 adalah sepenuhnya berdasarkan Web. Masa depan teknologi ini dalam arena perpustakaan sangat menarik. Dengan menyediakan layanan Web interaktif ini, perpustakaan telah menempatkan posisinya untuk mengadopsi pendahulunya secara cepat dan ahli. Aplikasi IM berbasis teks telah berubah menjadi sesuatu yang lebih bersifat multi media, yaitu pesan suara dan video menjadi lebih umum. Perpustakaan juga telah menyediakan sambungan ke layanan chat reference mereka dalam sumber koleksi mereka sendiri, contohnya pada tingkat artikel dalam data base langganan. Secara definisi, perpustakaan fisik itidak pernah lepas dari pustakawan, chat reference yang lebih menyebar mampu menyediakan lingkungan yang serupa dalam dunia Web.

2. Media Streaming

Streaming video dan audio adalah aplikasi lain yang mungkin banyak dianggap sebagai Web 1.0 karena muncul sebelum adanya teknologi Web 2.0. Namun, dengan alasan yang sama seperti halnya Synchronous Messaging yang dianggap sebagai Library 2.0 maka perpustakaan mulai memaksimalkan layanan ini. Sebagian besar tutorial dalam layanan ini menggunakan program Flash, softwarescreen-cast atau streaming audio dan video serta menyatukan Universitas Sumatera Utara 21 tampilan media dengan quiz interaktif, pengguna merespon pertanyaan dengan cara yang sama. Fakta ini menunjukkan sebuah potensi yang memungkinkan terjadinya perkembangan yang berkelanjutan dari tutorial ini. Hal ini dapat menggunakan bentuk chat room multimedia atau wiki, dan pengguna akan berinteraksi dengan satu sama lain serta obyek pembelajaran dalam waktu bersamaan. Dampak lainnya dari media streaming untuk perpustakaan adalah lebih mengacu pada pertambahan koleksi daripada layanan. Karena media diciptakan, perpustakaan tidak dapat disangkal akan menjadi institusi yang bertanggung jawab dalam mengarsipkan dan menyediakan akses ke sana. Tidak akan cukup dengan hanya membuat “hard-copy” dari obyek-obyek ini dan memberikan pengguna akses ke sana di dalam batas-batas ruang fisik perpustakaan. Library 2.0 akan menunjukkan tidak adanya jarak antara format dan tujuan akses mereka. 3. Blogs dan Wikis Blog dan wiki memiliki dasar Web 2.0 dan pada perkembangannya layanan ini memiliki dampak besar terhadap perpustakaan. Blog dapat menjadi batu loncatan besar dalam sejarah penerbitan daripada halaman Web. Layanan ini mendorong produksi dan konsumsi cepat terhadap penerbitan berbasis Web. Dampak paling jelas dari blog untuk perpustakaan adalah bahwa layanan ini merupakan bentuk lain penerbitan dan perlu diperlakukan layaknya penerbitan. Universitas Sumatera Utara 22 Wiki pada dasarnya merupakan halaman Web terbuka, yaitu orang yang terdaftar dalam wiki dapat mempublikasikan, memperbaiki dan merubahnya. Pada umumnya sebagai blog, mereka tidak sereliabel sumber tradisional, sebagaimana diskusi umum tentang wikipedia sebuah ensiklopedia online tempat pengguna terdaftar dapat menulis, memperbaiki atau mengedit artikel dalam dunia perpustakaan untuk menulis dengan baik. Sebagai tambahan, wiki perpustakaan sebagai sebuah layanan dapat mendorong interaksi sosial di antara pustakawan dan pemustaka, pada dasarnya menggerakkan kelompok belajar online. Ketika pengguna berbagi informasi dan bertanya, menjawab pertanyaan, dan pustakawan melakukan hal yang sama dalam wiki, catatan transaksi-transaksi ini diarsipkan untuk disimpan. Dan sebaliknya arsip-arsip ini akan menjadi sumber untuk perpustakaan untuk dijadikan sebagai referensi. Selanjutnya, wiki dan blog akan pasti berubah menjadi suatu lingkungan yang lebih bersifat multi media, yaitu adanya sinkronisasi dan asinkronisasi kolaborasi antara audio dan video. Blog adalah bentuk baru penerbitan dan wiki adalah bentuk baru kelompok belajar. Pada akhirnya, blog dan wiki secara relatif merupakan solusi cepat untuk menggerakkan koleksi dan layanan perpustakaan menjadi Library2.0.

4. Jaringan Sosial