sedang terjadi. Aspal akan menjadi lebih encer, dan hal ini menyebabkan aspal akan semakin mudah untuk menyelimuti agregat secara merata, maka proses pencampuran
aspal dan agregat akan semakin cepat dan dapat disesuaikan nantinya dengan suhu
pemadatan yang diinginkan, yakni sekitar 120˚C- 125˚C.
Langkah selanjutnya sama dengan sebelumnya, melakukan pemadatan dengan cara
penumbukan sebanyak 75 kali tumbukan, dengan menggunakan alat marshall comapaction hammer. Setelah dipadatkan, disimpan pada temperatur ruang selama 24
jam, kemudian di ukur tinggi dan di timbang berat dalam kondisi kering. Benda uji direndam selama 24 jam di dalam air, kemudian ditimbang berat dalam air dan dalam
kondisi jenuh air permukaan saturated surface dry. Sampel kemudian direndam dalam waterbath pada temperature
� selama 30 menit, kemudian lakukan pengujian untuk mendapatkan karakteristik uji marshall, yakni nilai stabilitas
stability, kelelehan flow, marshall quotient, VIM, VFB, VMA dan indeks kekuatan
sisa.
Lakukan hal yang sama seperti langkah sebelumnya, dengan jumlah tumbukan yang
dilakukan sebanyak 400 kali tumbukan pada setiap sisi benda uji untuk mendapatkan
nilai VIM PRD.
3.3. Analisis dan Pembahasan
Setelah dilakukan serangkaian penelitian dan didapatkan data, maka tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis hasil pemeriksaan material campuran aspal yaitu agregat dan aspal, apakah
sesuai dengan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2010 Rev.3.
Universitas Sumatera Utara
b. Menganalisis pengaruh atau memplot data nilai stabilitas, kelelehan, marshall quotient,
void in mix VIM, void in mineral aggregate VMA, void filled asphalt VFA, pada penggunaan zeolit sebagai aditif dalam campuran beraspal.
c. Bandingkan nilai parameter Marshall terhadap 4 variasi kadar aditif zeolit tersebut.
d. Melakukan perbandingan dan pembahasan hasil yang didapat, dengan penelitian
sebelumnya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
3.4 BAGAN ALIR
Persiapan Bahan
Aspal Pen 6070 Agregat
Zeolit
Penetrasi
Viskositas Dinamis
Viskositas Kinematis
Titik Lembek
Daktilitas
Titik Nyala
Kelarutan
Stabilitas Penyimpanan
Partikel 150 micron
Analisa Saringan
Los Angeles
Berat Jenis
Kelekatan
Agregat
Analisa Saringan
Kadar Air
Memenuhi Syarat
Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum Pembuatan Benda Uji dengan Campuran
Aditif Zeolit Uji Marshall
Hasil dan Kesimpulan
Selesai Studi Pustaka
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah selesai melakukan penelitian, berupa pembuatan bricket marshall dan juga melakukan pengujian terhadap bricket tersebut, maka didapatkan hasil berupa data-data yang
berisi angka dan grafik yang menunjukkan nilai dari karakteristik marshall. Maka berikutnya akan dilakukan analisa dan pembahasan hasil dari uji marshall yang dilakukan.
4 1. PENGUJIAN MATERIAL 4 1.1. Hasil dan Analisis Pengujian Aspal
Dalam penelitian ini, aspal yang digunakan adalah aspal keras dengan penetrasi 6070 yang berasal dari Iran berasal dari AMP PT. Karya Murni Perkasa Patumbak.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Aspal Penetrasi 6070
No Jenis Pemeriksaan
Unit Metode Uji
Spesifikasi Hasil
Pemeriksaan Min
Max 1
Penetrasi �, 100
gr, 5 detik 0,1
mm SNI 06-2456-1991
60 79
65,6 2
Viskositas Dinamis Pa.s
SNI 06 6441 2000 160
240 -
3 Viskositas kinematik
cSt SNI 06 6441 2000
300 -
- 4
Titik Lembek ℃
SNI 2434-2011 48
58 48,3
5 Titik Nyala
℃ SNI 2433-2011
232 -
324 6
Kelarutan dalam C2HCL3
AASHTO T44-03 99
- 99.941
7 Daktalitas 25˚C
Cm SNI 2432-2011
100 -
140
Universitas Sumatera Utara
8 Berat Jenis
grcc SNI 2441-2011
1 -
1.024 9
Perbedaan titik lembek
℃ ASTM D 5976
part 6.1 -
- -
10 Partikel yang lebih
halus dari 150µ -
- -
- Sumber: Laboratorium Bahan Perkerasan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,2015
a. Pemeriksaan penetrasi aspal
Untuk pemeriksaan penetrasi aspal, pengujian dilakukan berdasarkan pada SNI-06- 2456-1991. Dari hasil pengujian didapatkan nilai penetrasi 65,6
yang menunjukkan termasuk aspal penetrasi 6070. Nilai penetrasi ini memenuhi Spesifikasi 2010 revisi 3, yaitu nilai
penetrasi aspal pada rentang 60-79. Hasil yang didapatkan setelah pemeriksaan penetrasi setelah TFOT didapatkan
penurunan angka penetrasi sebesar 99,54 dari penetrasi sebelum TFOT. Nilai ini telah
memenuhi Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 yang disyaratkan nilai TFOT nya ≥ 54 asli. Ini terjadi penurunan nilai penetrasi disebabkan karena pengaruh
pemanasan pada suhu � selama 5 jam pada pengujian TFOT yang mengakibatkan fraksi
minyak ringan banyak hilang dalam kandungan aspal. Pengerasan aspal dapat terjadi karena oksidasi, penguapan dan perubahan kimia lainnya. Reaksi kimia dapat mengubah bahan
kimia pembentuk aspal yaitu resin menjadi aspalten dan oils menjadi resin, yang secara keseluruhan akan meningkatkan viskositas aspal dimana aspal menjadi lebih keras penetrasi
rendah. b.
Pemeriksaan titik lembek Pengujian ini didasarkan pada SNI-2434-2011. Nilai yang didapatkan dari hasil
pemeriksaan titik lembek aspal sebesar 48,3 C. Nilai ini telah memenuhi Spesifikasi 2010
revisi 3 yang telah menetapkan persyaratan titik lembek sebesar ≥ 48˚C
Universitas Sumatera Utara
c. Pemeriksaan titik nyala
Pengujian ini di dasarkan pada SNI 2433-2011. Dari hasil pemeriksaan aspal pen 6070, titik nyala yang diperoleh yaitu sebesar
324˚C., nilai tersebut telah memenuhi persyaratan dalam
Spesifikasi 2010 revisi 3, yaitu ≥ 232˚C.
d. Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam Karbon Tetraklorida C2HCL3
Di dalam pengujian ini didasarkan pada ketentuan AASHTO T-44-03. Nilai pemeriksaan kelarutan menunjukkan kemurnian aspal dan normalnya bebas dari air.
Pengujian ini didasarkan pada nilai kelarutan dalam C2HCL3 adalah sebesar 99.941, yang masih memenuhi Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 yang menetapkan
persyaratan minimalnya sebesar 99. e.
Pemeriksaan Daktilitas Dalam pemeriksaan daktilitas, pengujian ini didasarkan pada SNI 2432-2011. Dalam
uji daktilitas ini menggunakan 2 sampel yang disusun sejajar yang diletakkan pada alat penarik dengan kecepatan tarik 5 cmmenit pada suhu 25
C. Berdasarkan hasil uji laboratorium, didapatkan hasil diatas 140 cm, sehingga aspal memenuhi Spesifikasi 2010
revisi 3 yang menetapkan batas minimum 100 cm. f.
Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Di dalam pengujian ini didasarkan pada SNI-06-2441-1991. Dari hasil pengujian ini
didapatkan berat jenis aspal sebesar 1.024 grcc, dimana hasil ini telah memenuhi Spesifikasi 2010 revisi 3 yang menetapkan batas minimum berat jenis aspal sebesar 1 grcc.
Universitas Sumatera Utara
g. Pemeriksaan Viskositas aspal
Pengujian viskositas dinamis dan kinematis didasarkan pada metode pengujian dengan SNI 06-6441-2000, dengan persyaratan viskositas dinamis berkisar antara 160-240
Pa.s dan viskositas kinematis ≥ 300cSt. Viskositas absolut atau viskositas dinamis dinyatakan dalam satuan Pa detik atau
poises 1 poises = 0.1 Pa detik. Viskositas kinematik dinyatakan dalam satuan cm
2
detik dan stokes atau centi stokes 1 stokes = 100 centistokes = 1 cm
2
detik. Karena viskositas kinematik sama dengan viskositas dinamis dibagi dengan berat jenis kira-kira 1cm
2
detik untuk aspal, viskositas dinamis dan viskositas kinematik mempunyai harga yang relatif sama
apabila kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam poises dan stokes.
4.1.2. Hasil Dan Analisis Pengujian Agregat
Untuk mengetahui sifat-sifat atau karakteristik agregat, pada penelitian ini pengujian agregat yang dilakukan dari coars agregat, medium agregat, stone dust, serta natural sand.
Hal ini dikarenakan agregat yang digunakan bersumber atau diambil dari cold bin. Adapun data hasil pengujian agregat tersebut dapat dilihat pada tabel terlampir. Agregat yang
digunakan berasal dari AMP PT. Karya Murni Perkasa Patumbak yang diambil dari quarry di daerah Patumbak, Medan, Sumatera Utara. Pengujian ini dilakukan di dasarkan pada Standart
Nasional Indonesia SNI. Gradasi yang ditinjau di dasarkan pada gradasi laston lapis permukaan ac-wc dari spesifikasi Dept.PU tahun 2007.
a. Pemeriksaan Berat Jenis
Dari data yang terlihat pada tabel pengujian agregat untuk course aggregat terlampir, kita dapat melihat hasil-hasil uji fisik agregat untuk tiap-tiap gradasi telah
memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010. Seperti contoh nilai yang didapat setelah pengujian pada medium agregat tertahan no.4, yaitu sebesar 2.635 untuk
Universitas Sumatera Utara
berat jenis bulk. Untuk berat jenis semu apparent yaitu sebesar 2.666. Nilai pada hasil pengujian berat jenis SSD yaitu sebesar 2.720, sedangkan untuk nilai pengujian
penyerapan absorption yaitu sebesar 1,186 . Pada Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 nilai toleransi yang dizinkan untuk penyerapan air oleh agregat
maksimum adalah sebesar 3. b.
Pemeriksaan Abrasi Selanjutnya pada penelitian ini juga dilakukan pengujian abrasi dengan
menggunakan mesin los angeles untuk mengetahui nilai keausan sesuai dengan SNI 03- 2417-1991. Contoh gradasi yang di uji sebesar 5000 gr. Berat contoh yang tertahan
saringan no.12 sebanyak 3827 gr. Nilai hasil dari keausan didapat sebesar 23.46. Nilai hasil pengujian abrasi ini menunjukkan bahwa nilai tersebut telah memenuhi Spesifikasi
Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010. Pada Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2010, nilai toleransi yang dizinkan untuk pengujian keausan adalah
maksimal 30. c.
Pengujian Analisis Saringan Pada penelitian ini, pengujian analisis saringan yang dilakukan terdiri dari coarse
agregat, medium agregat, stone dust, serta natural sand. Penggunaan saringan pada pengujian ini di susun berdasarkan susunan saringan yang diperuntukan untuk ac-wc yang
di mulai dengan ¾” sampai ayakan no.200. Dapat dilihat pada gambar pengujian agregat terlampir. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui persentase masing-masing
agregat yang tertahan dan yang lolos di tiap-tiap no. saringan ayakan guna untuk mengetahui persentase agregat untuk perencanaan campuran ac-wc. Pengujian ini
dilakukan sesuai dengan SNI 1968-1990-F.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Hasil Dan Analisis Pengujian Aditif Zeolit Teraktivasi
Untuk zeolit, pengujian yang dilakukan adalah pengujian gradasi dan juga kadar air, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Pengujian gradasi dilakukan dengan cara membiarkan zeolit yang sudah diaktivasi secara kimia pada suhu ruangan sekitar ≤ 24 jam, hal ini bertujuan agar zeolit dalam keadaan
lebih kering, karena zeolit yang dipakai masih bersifat sedikit lembab dan hal ini menyebabkan zeolit masih saling bergumpal-gumpal. Dengan membiarkannya sedikit kering,
maka akan menyebabkan zeolit akan lebih banyak lolos saringan nomor 200. Dengan cara ini diperoleh nilai persen lolos saringan 200 sebesar 97,56 dan kadar air sebanyak 19,8.
No. Saringan Gradasi lolos
30 100
50 0,308 mm 100
1000,154 mm 98,74
2000,074 mm 97,56
Kadar Air 19,8
Universitas Sumatera Utara
4.2. PERUMUSAN CAMPURAN BENDA UJI MARSHALL
Perumusan atau penentuan proporsi agregat di buat dari data-data hasil analisis butiran masing-masing agregat yang tertahan di masing-masing saringan. Jenis campuran
yang digunakan adalah gradasi kasar yang sesuai dengan peruntukan campuran AC-WC berdasarkan Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, Tabel di halaman 84 akan menunjukkan
komposisi spesifikasi sebaran agregat yang digunakan untuk AC-WC. Digunakan Gradasi Kasar pada Laston AC Lapisan Wearing Course WC.
Pada penelitian ini, cara menentukan proporsi campuran agregat untuk benda uji tidaklah sama seperti yang diterangkan pada Spesifikasi Umum 2010 revisi 3. Pada penelitian
ini, cara pencampuran agregat dilakukan dengan cara penggabungan agregat tiap nomor saringan. Untuk mengetahui penentuan berapa banyak proporsi persentase agregat yang
digunakan per nomor saringan, dilakukan perhitungan penentuan banyaknya persentase agregat yang digunakan dengan dasar perhitungan total berat untuk tiap-tiap campuran harus
sebesar 1200 gr sesuai Spesifikasi serta proporsi agregat harus berada pada rentang yang di izinkan dalam spesifikasi. Tujuan digunakan cara ini adalah agar proporsi campuran
senantiasa berada pada rentang pertengahan Spesifikasi Umum 2010 revisi 3 atau dengan kata lain untuk mendapatkan campuran agregat yang ideal sesuai spesifikasi.
Pada tabel di halaman 84-86 terlampir dapat dilihat hasil pengujian dalam mencari KAO. Nilai ini didapat berdasarkan nilai hasil perpotongan antara nilai vim Marshall dengan
nilai vim PRD. Pada spesifikasi umum 2010 revisi 3 mensyaratkan nilai minimum untuk VIM marshall sebesar 3, dan maksimum sebesar 5. Untuk nilai VIM PRD minimum 2.
Pada penelitian ini, seperti yang telah dibahas pada bab metodologi penelitian bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mencari kadar aspal ideal sebanyak 15 buah dengan
variasi kadar aspal 5,0; 5,5; 6,0; 6,5; 7,0. Sampel benda uji dibuat dengan metode marshall.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya Temperatur pencampuran aspal dan agregat adalah temperatur pada saat aspal mempunyai viskositas kinematis sebesar 170±20 centistokes dan temperatur pemadatan
adalah temperatur sebesar 140±15 det s.f. Namun pada penelitian ini, campuran yang akan dibuat adalah campuran beraspal hangat, Jadi temperatur yang digunakan lebih rendah
dibanding dengan temperatur untuk campuran asapl panas. Temperatur yang digunakan yaitu 135˚C untuk pencampuran dan 120˚C untuk pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan
penumbukan sebanyak 2 × 75 kali, dengan menggunakan alat marshall compaction hammer centistokes. Setelah dilakukan pengujian marshall dengan tujuan untuk mendapatkan kadar
aspal optimum di tiap-tiap variasi kadar aspal, didapatkan hasil yang ideal untuk kadar aspal optimum yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji yaitu sebesar 6,11 atau sebesar
73,32 gram serta menggunakan anti stripping agent Derbo sebesar 0.3 dari berat aspal yaitu seberat 0.22 gram.
Universitas Sumatera Utara
4.3. PEMBUATAN BENDA UJI MARSHALL