Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3

II.10. Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3

Dokumen spesifikasi umum pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan ini merupakan bagian dari dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan yang digunakan untuk mencapai suatu produk pekerjaan mulai dari proses persiapan, metode pelaksanaan, bahan, peralatan, pengendalian mutu, dan tata cara pembayaran. Spesifikasi Umum ini berlaku sejak 12 November 2014 sejak dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 10SEDb2014 tentang Penyampaian Standar Dokumen Pengadaan dan Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Sama dengan spesefikasi sebelum-sebelumnya , terdiri dari 10 divisi yang masing- masing memiliki bagiam-bagian tersendiri. Dalam penelitian ini, divisi 6 yang membahas mengenai perkerasan aspal akan digunakan sebagai acuan dalam pengerjaan penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada dan juga untuk meminimalisir kesalahan dalam pengerjaan penelitian. Dalam spesifikasi 2010 revisi 3 ini, terdapat beberapa perubahan pada kesepuluh divisi yang ada , hal ini untuk mengkoreksi spesifikasi yang sudah ada sebelumnya spesifikasi 2010 revisi 2. Di dalam spesifikasi 2010 revisi 3 divisi 6 seksi 6.3 ada beberapa poin yang mengalami perubahan dari spesifikasi sebelumnya , yaitu : 1. Ketentuan agregat kasar a. Dalam revisi 3 untuk pengujian kekekalan bentuk agregat terhadap larutan, dibagi atas 2 jenis yakni natrium sulfat dan magnesium sulfat. Sedangkan dalam revisi 2 tidak pembagian jenis sama sekali. Universitas Sumatera Utara b. Dalam pengujian yang lain , dalam revisi 2 dilakukan pengujian terhadap angularitas kedalaman dari permukaan 10 cm dan 10 cm dengan standar PTM No.621, tetapi di revisi 3 tidak ditemukan pengujian namun digantikan dengan pengujian butir pecah pada agregat kasar sesuai dengan SNI 7619- 2012. 2. Ketentuan agregat halus Dalam pengujian untuk agregat halus, terdapat 4 jenis pengujian yang dilakukan. Dalam revisi 2 dilakukan pengujian berupa nilai setara pasir, kadar lempung, dan angularitas dengan kedalaman dari permukaan 10 cm dan 10 cm, sedangkan dalam revisi 3 pengujian yang dilakukan adalah nilai setara pasir, angularitas dengan uji kadar rongga, gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat dan juga ditambah dengan pengujian agregat yang lolos ayakan No.200. 3. Bahan pengisi filler a. Dalam revisi 2 disebutkan bahwa apabila kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0 dari berat total campuran beraspal. Namun dalam revisi 3 disebutkan bahwa apabila kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, maka tidak dapat digunakan sebagia bahan pengisi. b. Kadar bahan yang ditambahakan sebagai bahan pengisi dalam revisi 2 diisyaratkan harus berada dalam rentang 1-2 dari berat total agregat, sedangkan dalam revisi 3 disebutkan kadar penggunaan bahan sebagai pengisi adalah minimal 1. Hal ini dapat diartikan bahwa, bisa saja penggunaan filler lebih dari 2. Universitas Sumatera Utara 4. Gradasi agregat gabungan Dalam revisi 2, Laston dibagi menjadi 2 bagian, yaitu laston gradasi halus dan laston gradasi kasar. Sedangkan dalam revisi 3, tidak ada pembagian jenis laston. 5. Ketentuan aspal keras a. Dalam pengujian untuk aspal keras, revisi 2 melakukan pengujian terhadap indeks penetrasi, sedangkan dalam revisi 3 tidak dilakukan pengujian tersebut. Namun dalam revisi 3 dilakukan pengujian terhadap visk ositas dinamis 60˚C dan juga viskositas kinematik 135˚C, dimana dalam revisi 2 hanya dilakukan pengujian terhadap viskositas kinematik 135˚C. b. Dalam pengujian terhadap partikel halus yang lebih dari 150 micron untuk aspal modifikasi, terdapat perbedaan antara revisi 2 dan revisi 3, yaitu dalam revisi 2 pengujian tersebut masuk kedalam pengujian residu hasil TFOT atau RTFOT, sedangkan dalam revisi 3 pengujian tersebut tidak termasuk didalamnya. c. Dalam revisi 2 terdapat tiga jenis aspal modifikasi, yaitu asbuton yang diproses, elastomer alam latex dan elastomer sintesis. Untuk revisi 3, pembagian hanya terdapat dua jenis, yaitu asbuton yang diproses dan elastomer sintesis. 6. Bahan anti pengelupasan Untuk persyaratan bahan anti pengelupasan, dalam revisi 2 tidak dicantumkan jenis pengujian yang harus dilakukan untuk kompabilitas bahan anti pengelupasan dengan aspal. Namun dalam revisi 3 disebutkan dengan jelas jenis pengujian yang dilakukan, seperti: a. Uji pengelupasan dengan air mendidih boiling water test dengan nilai min. 80. Universitas Sumatera Utara b. Stabilitas penyimpanan campuran aspal dan bahan anti pengelupasan maks. 2,2˚C. c. Stabilitas pemanasan heat stability minimal 70 permukaan terselimuti aspal. 7. Ketentuan sifat-sifat campuran laston AC a. Dalam revisi 3, tidak terdapat pembagian pada lapis aus, lapis antara, dan pondasi. Tidak seperti revisi 2 yang membagi ketiga lapisan ke dalam dua bagian, yaitu halus dan kasar. b. Tabel 2.3 Perbandingan Rongga terisi aspal Laston dan Laston Modifikasi Rongga terisi aspal Lapis aus Lapis Antara Pondasi Revisi 2 65 63 60 Revisi 3 65 65 65 c. Ada beberapa sifat campuran laston dan juga laston modifikasi yang terdapat dalam revisi 2 yang tidak lagi dicantumkan dalam revisi 3, seperti : kadar aspal efektif, penyerapan aspal, dan marshall quotient, namun digantikan dengan rasio partikel lolos ayakan 0,075mm dengan kadar aspal efektif min. 1,0 dan maks. 1,4. d. Dalam sifat campuran aspal modifikasi juga terdapat perbedaan antara revisi 2 dan revisi 3. Perbedaan diperlihatkan dalam tabel 2.4 dibawah ini. Pelelehan mm Lapis Aus Lapis Antara Pondasi Revisi 2 Min. 3 Min. 4,5 Revisi 3 Min. 2 Min. 3 Maks. 4 Maks. 6 Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang