hubungan tergolong sangat lemah. Kemudian didapati nilai p0,05 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin Dengan Kultur Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di RSUP H. Adam Malik
Medan 2014” yang diperoleh dari 150 pasien maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Dijumpai hubungan yang tidak signifikan antara jumlah leukosit dan kultur urin pada pasien ISK di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Pasien ISK berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
3. Pasien ISK berdasarkan kelompok usia yang paling banyak adalah usia 41–60 tahun diikuti paling sedikit pada usia 15 tahun.
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti ingin mengungkapkan beberapa saran
dan berharap saran ini dapat menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dan berhubungan dengan penelitian ini.
1. Penelitian hubungan antara jumlah leukosit urin dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih sebaiknya dilakukan berkala, agar dapat
menjadi bahan acuan para klinisi agar dapat menegakkan diagnosis ISK dengan tepat.
2. Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama diharapkan agar rancangan penelitian yang lebih memperdalam cakupan penelitiannya
dengan sampel yang lebih banyak sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang kedokteran dan
kesehatan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri dalam urin bakteriuria. Bakteriuria bermakna bila menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 100.000 koloni per millimeter pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria asimtomatik. Sebaliknya, bakteriuria disertai adanya presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria yang bermakna Samirah, et al, 2006.
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi: 1.
Infeksi saluran kemih tanpa gejala Bakteriuria asimptomatik. Dimana terdapat bakteri dalam urin lebih dari 100.000 ml urin. Urin
diambil porsi tengah dengan cara vulva dan meatus uretra eksternus dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan antiseptik. Atau jumlah bakteri
antara 10.000 sampai dengan 100.000 bila urin diambil dengan cara kateter uretra. Pada urinalisis dapat ditemukan adanya leukosit.
2. Infeksi saluran kemih dengan gejala
a. Infeksi saluran kemih bagian bawah cystitis Dengan gejala dapat berupa disuria, terkadang didapatkan hematuria,
nyeri daerah suprasimpisis, terdesak kencing urgency, stranguria, tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan demam
dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai leukosit dan eritrosit. b. Infeksi saluran kemih bagian atas pielonefritis.
Dengan gejala berupa nyeri dan tegang pada daerah sudut “costovertebral” atau daerah pinggang, demam, mual dan muntah.
Dapat juga disertai keluhan seperti pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus,
nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis ditemukan
leukosit. Atau pada pemeriksaan imunologi didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi SusanMidthun, 2004.
2.2 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih tergantung banyak faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal Sudoyo AW, et al 2009. Epidemiologi ISK anak bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Selama tahun pertama kehidupan, anak laki-laki memiliki insiden yang lebih tinggi dari ISK: di semua usia kelompok lain, anak perempuan lebih rentan untuk
mengembangkan ISK. Selama tahun pertama kehidupan, kejadian ISK pada anak perempuan adalah 0,7 dibandingkan dengan 2,7 pada laki-laki. selama 6
bulan pertama, anak laki-laki yang tidak disirkumsisi memiliki 10 sampai 12 kali lipat peningkatan risiko mengembangkan ISK. Pada anak usia 1 sampai 5 tahun,
kejadian tahunan ISK adalah 0,9 menjadi 1,4 untuk anak perempuan dan 0,1 menjadi 0,2 untuk anak laki-laki. Insiden ISK adalah sebagian besar tidak
berubah dari usia 6 sampai 16 tahun, dengan kejadian tahunan dari 0,7 menjadi 2,3 untuk anak perempuan dan 0,04 menjadi 0,2 untuk anak laki-laki.
selama awal dewasa 18-24 tahun, kejadian tahunan ISK pada laki-laki masih relatif rendah pada 0,83. Namun, hal itu meningkatkan secara substansial pada
perempuan menjadi 10,8 ChangShortliffe, 2006. Penelitian dari 3046 spesimen urin yang dikumpulkan dari pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Jamnagar. Lebih dari 27,92 laki-laki dan 64,75 perempuan memiliki hasil tes positif. Secara keseluruhan positif adalah 46,48
Patel et al, 2012. Secara anatomi, anak perempuan memang memiliki risiko mendapatkan
infeksi lebih besar daripada anak laki-laki, karena uretranya lebih pendek. Uretra perempuan lebih pendek daripada uretra laki-laki sehingga memudahkan bakteri
mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra perempuan dekat