Sarana Sastra Landasan Teori

xxxvii Latar cerita adalah lingkungan peristiwa, yaitu dunia cerita tempat terjadinya peristiwa Stanton, 2007:35. Terkadang latar secara langsung mempengaruhi tokoh, dan dapat menjelaskan tema. Stanton mengelompokkan latar bersama tokoh dan alur ke dalam fakta cerita sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasi secara faktual oleh pembaca. Salah satu bagian latar adalah latar belakang yang tampak seperti gunung, jalan, dan pantai. Salah satu bagian latar yang lain dapat berupa waktu seperti hari, minggu, bulan dan tahun, iklim, ataupun periode sejarah. Meskipun tidak melibatkan tokoh secara langsung, tetapi latar dapat melibatkan masyarakat Stanton, 2007:35, Dalam berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mood emosional yang melingkupi sang tokoh. Stanton mengungkapkan bahwa tone emosional disebut dengan atmosfir, yaitu unsur yang masih berkaitan dengan latar. Atmosfir merupakan cermin yang mereflesikan suasana jiwa sang tokoh atau merupakan salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang tokoh Stanton, 2007:36.

c. Sarana Sastra

Sarana sastra dapat diartikan metode untuk mengendalikan reaksi para pembaca. Metode ini digunakan pengarang untuk memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna Stanton, 2007:46. Beberapa sarana sastra dapat ditemukan dalam setiap cerita, seperti: judul, sudut pandang, tone dan gaya dan simbolisme. Simbolisme sangat jarang xxxviii dihadirkan dalam suatu cerita Stanton, 2007:51. Dalam penelitian ini hanya akan membahas tentang judul, sudut pandang, serta tone dan gaya. 1 Judul Stanton menyatakan bahwa judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan karena menunjukkan karakter, latar, dan tema 2007:51- 52. Judul merupakan kunci pada makna cerita. Seringkali judul dari karya sastra mempunyai tingkatan-tingkatan makna yang terkandung dalam cerita. Judul juga dapat merupakan sindiran terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang atau merupakan kesimpulan terhadap keadaan yang sebenarnya dalam cerita. Banyak yang mengira bahwa judul selalu relevan dengan karya yang dipaparkan sehingga keduannya membentuk satu kesatuan. Pendapat itu dapat diterima ketika judul mengacu pada karakter utama atau satu latar tertentu. Akan tetapi penting bagi kita untuk selalu waspada bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul semacam ini sering menjadi petunjuk makna cerita bersangkutan, terutama dalam cerpen Stanton, 2007:51. 2 Sudut Pandang Sudut pandang diartikan sebagai posisi, pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita. Tempat dan sifat sudut pandang tidak muncul semerta-merta. Pengarang sengaja memilih sudut pandang secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang memadai. Dengan sudut pandang, pembaca memiliki berbagai posisi dan berbagai xxxix hubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita, baik di dalam maupun di luar tokoh Stanton, 2007:53. Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama. a Sudut pandang orang pertama-utama, yaitu karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. b Sudut pandang orang pertama-sampingan, yaitu cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama sampingan. c Sudut pandang orang ketiga terbatas, yaitu pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja. d Sudut pandang orang ketiga tidak terbatas, yaitu pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir Stanton, 2007:53-54. 3 Gaya dan Tone Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa Stanton, 2007:61. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang gaya, kita harus membaca banyak cerita dari berbagai pengarang atau pun membaca berbagai cerita dari seorang pengarang. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pengarang. Meskipun ada dua pengarang yang menggunakan fakta cerita yang sama seperti plot, tokoh, dan latar yang sama, tetapi hasil ceritanya akan berbeda karena unsur bahasa yang xl digunakan masing-masing pengarang. Yang membedakan antara pengarang yang satu dengan yang lain terletak pada bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imajinasi dan metafora Stanton, 2007:61. Gaya membuat pembaca dapat menikmati cerita, menikmati gambaran tindakan, pikiran, dan pandangan yang diciptakan pengarang, serta dapat mengagumi keahlian pengarang dalam menggunakan bahasa. Gaya juga dapat berhubungan dengan tujuan cerita. Mungkin pengarang tidak menggunakan gaya yang cocok, tetapi akan menjadi pas jika gaya itu mendukung temanya Stanton, 2007:61-62. Satu elemen yang amat terkait dengan gaya adalah tone. Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa tampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Tone dibangun sebagian dengan fakta cerita, tetapi yang lebih penting adalah pilihan pengarang terhadap rincian-rincian dalam menggambarkan fakta-fakta itu Stanton, 2007:63.

B. Kerangka Pikir