clix berdasarkan persamaan dan perbandingan. Gaya bahasa metafora dalam
novel MLM tampak dalam kutipan berikut. Selama itu Indayati mencoba bertahan, menganggap hatinya
adalah adonan berlian dan baja ditaburi semua kembang yang harum wangi Remyu Sylado, 2007:1.
Pela sua a I da ati e kata, Te se ah Bulik, Paklik, dan Dik Yana. Aku ini layang-
la a g putus. ‘e “ lado, : .
3.2. Tone
Nada berhubungan dekat dengan gaya. Nada merupakan sikap emosional pengarang yang dihadirkan dalam cerita, bisa berupa sikap
perasaan, romantis, ironis, misterius, gembira, tidak sadar, atau perasaan lainnya. Nada cerita dibangun dengan fakta cerita, tetapi yang lebih penting
adalah pilihan pengarang terhadap rincian-rincian dalam menggambarkan fakta-fakta itu Stanton, 2007:37.
Novel MLM mengisahkan kisah hidup sepasang suami istri bernama Petruk dan Indayati. Pengarang ingin menyampaikan fakta-fakta cerita melalui
sudut pandangnya. Arti fakta cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca adalah sikap pengarang terhadap pengalaman tokoh-tokoh dalam novel MLM.
Pengarang mengharapkan agar pembaca dapat ikut mengalami pengalaman tokoh sehingga mendapatkan makna dari pengalaman itu.
Kisah hidup Petruk dan Indayati digambarkan secara dramatis, romantis dan eksotis. Tone dramatis yang dimaksudkan adalah tentang kisah
perjuangan Petruk dalam menemukan Indayati kembali. Indayati yang
clx terperangkap sindikat perdagangan perempuan internasional di Bangkok,
berusaha lepas agar bisa berkumpul kembali dengan Petruk dan anaknya. Perjuangan Petruk dan Indayati berakhir bahagia karena mereka bisa
berkumpul kembali. Tone romantis yang dimaksudkan adalah kisah percintaan antara Petruk dan Indayati. Meskipun mereka mengalami cobaan yang berat,
namun akhirnya mereka bisa berkumpul kembali karena adanya cinta diantara mereka. Tone eksotis muncul dengan sendirinya dari berbagai peristiwa yang
diceritakan dan dengan latar yang berbeda-beda. Peristiwa perginya Indayati dari rumah menuju ke rumah Paklik Naryo memunculkan suasana pedesaan di
Gunungpati dan menampilkan kehidupan masyarakatnya yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Tone eksotis juga muncul ketika Bulik Ning
menceritakan rumah barunya di Manado yang terletak di bukit dan di bawahnya bias langsung melihat birunya laut. Selain muncul di Gunungpati
dan Manado, tone eksotis juga muncul dalam penggambaran latar Bangkok. Novel MLM menggali realitas kehidupan masyarakat Bangkok dengan
menampilkan bisnis kejahatan di kota tersebut yang tidak tersentuh oleh hukum.
Selain tone dramatis, romantis dan eksotis, novel MLM juga memunculkan tone yang berupa sikap perasaan. Tone perasaan yang
dimunculkan dalam MLM antara lain, tone marah dan tone panik. Berikut kutipan yang memunculkan tone marah.
Ng Seng Jung mengambil Koran itu lantas membantingnya di atas eja saki g g egeta a elihat keluguua “ea PV. Ha dik a, Tolol
Ya, sudah kalau ka u au ati ko ol se agai tikus, silaka pe gi. Remy Sylado, 2007:208.
clxi Kutipan di atas merupakan tone marah yang ditunjukkan oleh Ng Seng
Jung. Pengarang menampilkan tone marah Ng Seng Jung dengan membanting Koran di atas meja.
Tone panik dimunculkan ketika Indayati dikurung di dalam sebuah kamar di gedung di Jl. Songwat, kantor Sean PV.
Dia berteriak-teriak sambil memukul-mukul pintu. Kekuatannya seperti kerasukan, mungkin terasuk mambang sungai, yang membuat
dia begitu bersemangat memukul-mukul dan menendang-nendang pintu kamar Remy Sylado, 2007:101.
Tone panik Indayati ditampilkan dengan berteriak-teriak, memukul- mukul dan menendang pintu.
4. Tema