Kriteria asma terkontrol: asma yang terkontrol secara klinis

commit to user 12 e. Penatalaksanaan asma Prinsip penatalaksanaan asma adalah penanganan jangka panjang yang lebih ditekankan dalam arti pencegahan Dianiati, 1995. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab Yunus, 1999. Obat–obatan dapat membantu penderita asma untuk melakukan aktivitas secara normal. Tujuan pengobatan pada penderita asma adalah untuk mengontrol asma Steinbachier dan Glick, 2001. Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan pemberian obat-obatan yang benar Baratawidjaja, 2003, pada asma yang terkontrol tidak didapatkan gejala yang mengganggu aktiviti dan faal paru yang normal atu mendekati normal Yunus,

2006. Kriteria asma terkontrol: asma yang terkontrol secara klinis

didefinisikan sebagai berikut: 1. Tidak ada dua kali atau kurang dari dua kali tiap minggu gejala di siang hari 2. Tidak ada keterbatasan aktivitas harian, termasuk olahraga 3. Tidak ada gejala yang muncul di malam hari nokturnal atau terbangun di malam hari karena asma 4. Tidak ada dua kali atau kurang dari dua kali tiap minggu kebutuhan untuk terapi penyembuhan 5. Fungsi paru normal atau hampir normal commit to user 13 6. Tidak ada eksaserbasi GINA, 2006. Tabel 1.1 Tingkatan Asma terkontrol Menurut GINA Karakteristik Gejala harian Pembatasan aktivitas Gejala nokturnalgangguan tidur terbangun malam hari Kebutuhan akan reliever atau terapi rescue Fungsi paru PEF atau FEV1 Eksaserbasi Terkontrol Tidak ada dua kali atau kurang per minggu Tidak ada Tidak ada Tidak ada dua kali atau kurang dalam seminggu Normal Tidak ada Terkontrol sebagian Lebih dari dua kali seminggu Sewaktu-waktu dalam seminggu Sewaktu-waktu dalam seminggu Lebih dari dua kali seminggu 80 nilai prediksi dalam beberapa hari satulebih per tahun Tidak terrkontrol Tiga atau lebih gejala dalam kategori asma terkontrol sebagian, muncul sewaktu-waktu dalam seminggu Satu dalm beberapa minggu commit to user 14 Penatalaksanaan asma yang baik dimaksudkan untuk mengontrol manifestasi penyakit, di antaranya : 1. Membangun hubungan kerjasama yang baik antara pasien, dokter, keluarga, lingkungan kerja dengan edukasi penderita dan keluarganya tentang seluk beluk asma dan meningkatkan kepatuhan dan kepercayaan. 2. Pengenalan gejala asma, penegakan diagnosa asma pada pasien dan menentukan klasifikasi asma 3. Mengenali dan menghindari faktor pencetus, mencegah eksaserbasi asma,monitoring asma. 4. Menetapkan rencana individu dalam mengatasi eksaserbasi 5. Rencana pengobatan jangka panjang, terapi yang sesuai, terdapat dua tipe pengobatan yaitu pengobatan segera untuk mengatasi serangan asma dan pengobatan rutin untuk mencegah serangan asma. 6. Menyelenggarakan pemantauan secara berkala Maslim, 2007; Sundaru, 1999. Berdasarkan klasifikasi asma, obat–obat asma dikelompokkan atas 2 golongan, yaitu obat pelega napas reliever dan obat pengontrol asma controller. Obat-obatan yang digunakan antara lain: commit to user 15 1. Bronkodilator a. Derivat xantin: teofilin, aminofilin, kolinteofilinat. Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan sebagai pelega napas, obat ini merupakan bronkodilator yang paling lemah dibandingkan dua golongan bronkodilator yang lain yaitu β 2 agonis dan antikolinergik. Teofilin dapat menurunkan bronkospasme, mengurangi hiperaktivitas bronkus, meningkatkan kontraktilitas diafragma, dan mempunyai efek anti inflamasi GINA, 2006. b. Agonis β 2 adrenergik: Golongan ini merupakan bronkodilator utama karena mempunyai efek bronkodilatasi yang kuat dan meningkatkan kecepatan aliran lendir di saluran napas, ada dua kelompok, yaitu: β 2 agonis short acting albuterol, bioterol, pirbuterol, terbutalin dan β 2 agonis long acting inhalasi salmeterol, formoterol Formoterol mula kerjanya lebih cepat daripada salmeterol, dan β 2 agonis long acting oral bambuterol dan procaterol, obat ini juga dipakai untuk mengontrol asma. Pemakaian oral biasanya menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan denagn pemberian secara inhalasiSetiawati, 2005; Yunus, 2002. commit to user 16 c. Antikolinergik: atropin, ipatropium bromid Atrovent R, Oxitropium bromid, Obat ini mempunyai efek yang lebih lemah dibandingkan β 2 agonis, mempunyai efek aditif bila dikombinasi dengan obat bronkodilator lain Tjay Tan Huan dan Rahardja, 1978. Inhalasi dengan ipatropium bromid kurang efektif untuk pelega dibandingkan inhalasi SABA dan obat ini mempunyai efek samping menimbulkan rasa kering pada mulut GINA, 2006. 2. Kortikosteroid Beclamethasone diprorionat, budesonide, flutiason, ciclesonide, flunisolide, triamcinolon acetonide. Kortikosteroid berdaya anti inflamasi dan bronkodilator berdasarkan mekanisme, yakni dengan cara meningkatkan kepekaan reseptor β 2 sehingga efek β 2 mimetik diperkuat, melawan efek-efek mediator seperti radang dan gatal melalui blokade enzim fosfolipase A 2 Tjay Tan Huan dan Rahardja, 1978. 3. Pengubah leukotrien montelucas, zafirlucast, pranlukast Aktivitas leukotrien diturunkan dengan menghambat sintesis leukotrien pada enzimnya atau mempengaruhi ikatan leukotrien pada reseptornya, merupakan obat terbaru yang menghambat pembentukan atau kerja dari leukotrien Yunus, 2002. commit to user 17 4. Sodium kromolin dan iodium nedokromil Obat ini diberikan secara inhalasi, efek anti inflamasinya lebih rendah dibandingkan dengan kortikosteroid. Cromolin mempunyai kemampuan untuk menstabilisasi sel mast. Nedokromil merupakan anti inflamasi, menghambat pengeluaran mediator, penurunan hipersensitivitas bronkus Steinbachier dan Glick, 2001 5. Antibiotik, mukolitik, ekspektoran, hidrasi diberikan atas indikasi f. Derajat Berat Asma Berat penyakit ditentukan oleh gejala, eksaserbasi, gejala malam hari dan uji faal paru Tjandra, 2004. Klasifikasi derajat berat asma adalah sebagai berikut : commit to user 18 Tabel 1.2 Klasifikasi Klinik Asma Berdasarkan Derajat Berat Penyakit serta Implikasi Terapi Farmakologik PERSISTEN BERAT Gambaran Klinik Praterapi Pengobatan Pencegahan Jangka Panjang Pengobatan Pelega ü Gejala terus menerus ü Eksaserbasi sering ü Gejala asma malam sering ü Aktifitas fisik terbatas FEV1 atau PFR ü 60 prediksi ü Variabilitas 30 Obat-obatan pengendali dalam kombinasi ; steroid inhaler dosis tinggi, bronkodilator kerja lama, steroid oral jangka panjang Bronkodilator kerja cepat, agonis beta-2 inhaler menurut kebutuhan PERSISTEN SEDANG Gambaran Klinik Praterapi Pengobatan Pencegahan Jangka Panjang Pengobatan Pelega ü Gejala harian ü Eksaserbasi mengganggu aktifitas dan tidur ü Asama malam 1 kali per minggu FEV1 atau PFR ü 60 - 80 prediksi ü Variabilitas 20 - 30 ü Kortikosteroid inhaler 500 mg DAN bila diperlukan Bronkodilator kerja lama; agonis beta-2 inhaler atau tablet kerja lama, teofilin lepas lambat, Pertimbangkan penggunaan antogonis leukotrien Agonis beta-2 inhaler kerja cepat menurut kebutuhan tidak lebih dari 3-4 kali per hari. commit to user 19 PERSISTEN RINGAN Gambaran Klinik Praterapi Pengobatan Pencegahan Jangka Panjang Pengobatan Pelega ü Gejala 1 kali seminggu tetapi 1 kali per hari ü Eksaserbasi mingkin mengganggu aktifitas dan tidur ü Asma malam 2 kali per bulan FEV1 atau PFR ü 80 prediksi ü Variabilitas 20 - 30 Kortikosteroid inhaler dosis rendah 200–400 mcg ATAU Teofilin lepas lambat Agonis beta-2 kerja cepat menurut kebutuhan untuk menghilangkan gejala, tidak lebih dari 3–4 kali per hari

2. Asthma Control Questionnaire