Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

B. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh negara tentunya harus mempunyai dasar hukum, begitu juga dengan pungutan pajak. Dasar hukumnya termuat dalam Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Segala pajak untuk keperluan Negara harus berdasarkan Undang- undang”. Yang menjadi Dasar Hukum pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah : a Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yang diubah dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007. b Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000. c Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000 tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan. d Peraturan Pemerintah No. 149 Tahun 2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasala 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan, Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua. e Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi pejabat negara, pegawai negeri sipil, Anggota ABRI, dan para pensiun atas penghasilan yang dibebankan kepada keuangan negara atau keuangan daerah. f Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. g Keputusan Menteri Keuangan No. 541KMK.042000 tanggal 22 Desember 2000 tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, tempat pembayaran pajak, Universitas Sumatera Utara tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pemberian angsuran pajak. h Keputusan Menteri Keuangan No. 520KMK.041998 tanggal 18 Desember 1998 tentang bagian pengahasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan. i Keputusan Menteri Keuangan No. 521KMK.041998 tanggal 18 Desember 1998 tentang besarnya biaya jabatan dan biaya pension yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap dan pensiunan. j Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-545PJ2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. k Surat Edaran No. SE-17PJ.432000 tanggal 20 Juni 2000 tetang kewajiban menghitung, memotong, menyetor, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan 26 yang terutang untuk setiap bulan Takwim. l Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 137PMK.032005 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak. m Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 15PJ2006 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. Universitas Sumatera Utara

C. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21