Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I ini peneliti membahas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta kemampuan yang diperlukan masyarakat bangsa dan negara. Menurut Djahiri 1991:6 Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila pancasila. Selain itu menurut Winaputra 2008:29 yaitu dalam strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran tetapi mempelajari materi sekaligus praktik, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berperilaku sebagai materi yang dipelajari. Persepsi dapat dikatakan hal yang penting bagi siswa karena persepsi akan membentuk pemahaman siswa terhadap sesuatu. Atkinson 1999 : 75 berpendapat bahwa persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 menafsirkan stimulus dalam lingkungan. Jika persepsi dapat dibentuk dengan baik, maka pribadi siswa juga akan terbentuk dengan baik pula. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan bahkan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Begitu pula dengan sikap dapat dikatakan hal yang penting karena sikap akan memperlihatkan suatu perlakuan terhadap penilaian siswa pada sesuatu hal. Menurut Azwar 2005:7 sikap merupakan ekspresi efek seseorang pada objek sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka sampai tak suka atau setuju sampai tidak setuju pada suatu objek. Jika sikap siswa itu baik terhadap suatu hal, maka bisa dikatakan bahwa siswa tersebut suka atau setuju dengan hal itu. Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn saat menggunakan model pembelajaran konvensional, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa mata pelajaran PKn kurang diminati oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa ada 56 siswa yang persepsinya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku siswa yang banyak bertanya saat peneliti menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa siswa kurang dapat menyerap dan mengerti, sesuai dengan indikator persepsi menurut Hamka 2002. Begitu pula dengan sikap siswa, ada 66 siswa yang sikapnya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perilaku siswa yang kurang suka atau malas saat mengikuti pelajaran PKn sehingga dapat dikatakan bahwa indikator sikap siswa sesuai pendapat Walgito 2010 tergolong rendah. Siswa di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta juga kurang terbiasa menggunakan media ataupun praktek langsung tentang materi yang diajarkan. Contohnya, siswa masih sering 3 mencontek saat ulangan harian ataupun ulangan akhir semester. Dan ada juga siswa yang tidak memakai seragam sekolah tidak sesuai aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah. Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta kurang menggunakan model dalam pembelajaran. Pada saat peneliti mengajar di kelas, guru di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta kurang mengetahui apa itu model Paradigama Pedagogi Refletif PPR, karena guru bertanya pada peneliti mengenai model PPR. Ketika peneliti mengajar menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif PPR itu pun tidak membuat siswa terlalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Menurut Subagyo 2010:18 Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pengantar pendidikan nilai dan moral di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR menekankan sebuah proses yang tidak berhenti pada pencapaian kompetensi dan keterampilan, tetapi merupakan proses refleksi untuk menemukan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan. Dengan menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif PPR peserta didik dapat menemukan dan mengalami sendiri nilai-nilai kehidupan yang ingin dikembangkan untuk selanjutnya pengalaman tersebut direfleksikan untuk membangun kecakapan peserta didik dalam konteks dan hubungannya dengan diri sendiri, sesama, dan alam ciptaan Tuhan. Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR mempunyai keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh Competence, mengasah kepekaan dan mempertajam hati 4 nurani Consience, dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama Compassion. Pengalaman bagi siswa selama pembelajaran juga ditekankan supaya siswa dapat terlibat langsung. Pengalaman ini diberikan dengan maksud siswa dapat menemukan sendiri nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak. Persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn memang perlu dibenahi, karena persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn yaitu PKn adalah pelajaran yang membosankan dan kurang diminati siswa sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn kurang tertarik terhadap materi didalamnya. Dari paparan di atas peneliti akan mencoba dan menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR untuk mengetahui persepsi dan sikap siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang diduga dapat membangkitkan kemampuan siswa. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR akan membantu siswa untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewarganegaraan PKn. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR membantu siswa menemukan sendiri melalui pengalaman yang dibantu refleksi bersama guru dan melakukan aksinya dalam kehidupan sehari- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 hari. PPR juga diharapkan mampu membantu siswa dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran PKn. Penelitian ini akan dibatasi mendeskripsikan hubungan persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn akan nilai peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. Dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2 YOGYAKARTA”.

1.2 Batasan Masalah