Koefisien Determinasi Berganda R Analisis Asumsi Klasik

d. Koefisien regresi FIRM SIZE β 3 = 0,001 Artinya jika FIRM SIZE X 3 mengalami kenaikan 1 maka Price Earning Ratio akan mengalami kenaikan sebesar 0,001 satu satuan rupiah dengan asumsi variabel CURRENT RATIO X 1 , LEVERAGE X 2 serta FIRM SIZE X 3 tetap.

4.3.2. Koefisien Determinasi Berganda R

2 Analisis ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel- variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat. Dari analisa perhitungan komputer diperoleh hasil koefisien korelasi berganda R = 0.183 atau sebesar 18.3 yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel Current Ratio, Leverage, Firm Size dengan Price Earning Ratio adalah sangat lemah. Koefisien determinasi R 2 = 0,033. Artinya bahwa 3,3 variasi dari variabel Price Earning Ratio Y mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdiri dari CURRENT RATIO, LEVERAGE serta FIRM SIZE. Sedangkan sisanya 97,7 variabel Price Earning Ratio akan dijelaskan oleh variabel selain CURRENT RATIO, LEVERAGE serta FIRM SIZE yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 8 : Hasil R 2 Sumber : Lampiran 2

4.3.3. Analisis Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan betul-betul terbebas dari adanya gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi dan gejala heteroskedastisitas. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda. Deteksi adanya Multikolinier : a. Besarnya VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. Gujarati b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 Singgih Santoso c. Condition Index melebihi angka 15 Singgih Santoso Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dimana nilai VIF pada variabel tidak lebih besar dari 10 maka variabel ini disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas dengan variabel independen lainnya. Dengan nilai VIF untuk Current Ratio X 1 = 1,237, Laverage X 2 = 1,524 , dan Firm Size X 3 = 1,295 . . Tabel 9 : Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF CURRENT RATIO X 1 ,808 1,237 LEVERAGE X 2 ,656 1,524 FIRM SIZE X 3 ,772 1,295 Sumber: Lampiran 2

2. Heteroskedastisitas

Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas. Deteksi Adanya Heteroskedastisitas : a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu seperti titik-titik point- point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, menyebar kemudian menyempit b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : r s = 1 – 6   1 N N d 2 2 i   Keterangan : d i = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sbb: Tabel 10 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Nonparametric Correlations Sumber : Lampiran 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel untuk Current Ratio X 1 , Laverage X 2 , dan Firm Size X 3 tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya nilai Sig lebih besar dari 0.05, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Auto Korelasi

Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Jika data di atas 15 Deteksi Autokorelasi: a. Besarnya Angka Durbin Watson Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi positif Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi negatif Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini : Gambar 3. Hasil uji Statistik d Durbin – Watson Menolak Ho Daerah Daerah Menolak Bukti auto Keragu- Keragu- Ho Bukti korelasi raguan raguan auto kore- positif lasi negatif Menerima Ho atau Ho atau kedua-duanya dL dU 4-dU 4-dL 4 1,31 1,66 1,993 2,34 2,69 a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,993, hal ini menunjukkan tidak adanya gejala autokorelasi dari batas bawah atau lower bound dL yaitu 1,31 berarti tidak terdapat gejala auto korelasi.

4. Normalitas

Sebuah model regresi yang variabel Dependen dan Independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dikatakan dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variabel yang diteliti memiliki distribusi normal jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 5. Dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa semua variabel Price Earning Ratio Y, Current Ratio X 1, dan firm Size X 3,. berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal hanya , Laverage X 2 yang berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan Tidak semua data mempunyai distribusi yang normal. Seperti pada tabel normalitas data berikut: Tabel 11 : Hasil Uji Normalitas Sumber : Lampiran 2 Dari hasil perhitungan didapat nilai mahal distance sebesar 18.46683 dengan menggunakan uji ini dapat diperoleh hasil analisis bahwa terdapat outlier karena nilai mahal. Ketidaknormalan dapat diatasi dengan pembuangan outlier pada data. Dari uji outlier pada lampiran, dihasilkan bahwa terdapat outlier dalam data penelitian sehingga dilakukan eliminasi karena akan mempengaruhi kevalidan hasil penelitian. Dengan demikian dari 40 data 10 perusahaan x 4 tahun, terdapat outlier karena nilai mahal distance 18.46683, yaitu pada case no. 7,24 dan 34 = 22.165 sehingga dieliminasi. Selanjutnya dilakukan uji outlie sebagai berikut : Tabel 12 : Uji Outlier Sumber : Lampiran 2 Setelah dilakukan uji outlier diperoleh hasil olah dat sebagai berikut : s Sumber : Lampiran 2 Terdapat outlier apabila Mahal. Distance Maximum prob. Dan Jumlah variabel [=CNIINV0.001;5 : dicari melalui Excel] = 18.46683. tidak terdapat nilai Mahal. Distance Maximum yang lebih kecil dari 18.46683. Berarti tidak terdapat outlier pada data tersebut, oleh karena itu data ini mempunyai kualitas yang baik dan dapat dilanjutkan untuk diolah lebih lanjut.

4.3.4. Uji Hipotesis Dengan Uji t

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia

0 61 101

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, EARNING GROWTH, RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DAN FIRM SIZE TERHADAP PRICE EARNING RATIO (Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 6 21

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 97

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL (CURRENT RATIO, LEVERAGE RATIO, DAN DEVIDEND PAYOUT RATIO) TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007.

0 0 1

Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Firm Size terhadap Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.

1 2 120

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Size Dan Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

KATA PENGANTAR - ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19

ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20