E. Kinerja Saham Jangka Pendek dan Kinerja Saham Jangka Panjang
Setelah Penawaran Umum Saham Perdana IPO
Kinerja saham jangka pendek setelah IPO adalah kinerja saham kurang dari satu tahun dari waktu penawaran perdana. Kinerja saham jangka panjang
setelah IPO adalah kinerja saham lebih dari atau sama dengan satu tahun dari waktu penawaran perdana. Melalui kinerja saham, dapat dianalisa kemampuan
emiten dalam memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya Sulistyastuti, 2002: 33.
Secara umum, kenaikan atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama. Oleh karena itu, jika kenaikan atau penurunan berlangsung
terus menerus selama beberapa hari, maka hal itu akan diikuti oleh arus balik reversal. Jika harga terus naik, maka akan diikuti dengan penurunan harga
pada periode berikutnya. Dan juga sebaliknya, jika harga terus menurun, maka akan diikuti dengan kenaikan harga pada periode berikutnya Samsul, 2006:
186.
1. Manajemen Laba di Seputar IPO
Berkenaan dengan penawaran saham perdana Initial Public Offerings, kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada
saat IPO akan mempertinggi probabilitas bagi perusahaan untuk menaikkan laba. Hal ini disebut dengan manajemen laba Kentris,
Kartika dan Yohanes, 2004: 83. Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan yang go public dengan harapan agar saham yang ditawarkan
dapat diserap oleh pasar. Semakin tinggi pasar dapat menyerap harga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saham yang ditawarkan, maka semakin tinggi pula penerimaan perusahaan. Tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan merupakan
indikasi keberhasilan usaha. Hal ini menjadi faktor penting yang dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan menanamkan
investasinya atau tidak. Manajemen laba pada seputar penawaran saham perdana IPO
dilakukan dengan menaikkan laba. Hal ini merupakan fenomena logis sebab manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding
pihak lain. Kesuperioran tersebut mendorong dan memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba dengan cara income increasing
discretionary accruals dalam laporan keuangannya, baik pada periode sebelum dan sesudah IPO. Penggunaan accruals ini dapat dilakukan
dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan masa sekarang dan biaya sekarang menjadi biaya masa depan, sehingga
laba pada periode sekitar IPO dilaporkan lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibatnya, akan terjadi penurunan laba dan kinerja
perusahaan pada perioda setelah IPO. Hal ini akan berdampak pada
harga saham perusahaan Indah dan Ekawati, 2006: 68-69. 2.
Kinerja Saham Jangka Pendek Setelah IPO
Harga saham pada saat IPO, ditentukan oleh emiten penerbit emisi dan underwriter penjamin emisi. Untuk mengurangi risiko keharusan
membeli saham yang tidak laku dijual, underwriter cenderung berupaya bernegosiasi dengan calon emiten agar harga jual sekuritas yang
ditawarkan di pasar perdana tidak terlalu mahal. Oleh karena itu, harga saham pada penawaran perdana cenderung lebih rendah dibanding harga
intrinsik saham tersebut. Ketika dijual di pasar sekunder, saham tersebut cenderung akan mengalami kenaikan harga. Hal ini akan memberikan
keuntungan kepada investor Murtini, 2005: 136. Banyak investor yang tidak mendapatkan jatah pada saat IPO, juga
turut mendongkrak harga saham di pasar sekunder, karena mereka akan memburu saham tersebut nantinya di perdagangan hari pertama. Gejala
ini sering kali terjadi di pasar modal yang pada ahkirnya mendorong terjadinya oversubcribed, di mana jumlah permintaan saham melebihi
jumlah saham yang ditawarkan sehingga membuat harga saham IPO tersebut melonjak tinggi. Ahkirnya, realize return yang lebih tinggi
dibandingkan return yang diharapkan akan meningkatkan abnormal return Sakir, Susanto, dan Djazuli, 2003: 190.
3. Kinerja Saham Jangka Panjang Setelah IPO