koefisien korelasi pada variabel kemandirian dan motivasi berwirausaha rendah, yakni 0,228. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan
positif dan rendah antara kemandirian dan motivasi berwirausaha.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha. Berdasarkan hasil uji hipotesis kemandirian dan
motivasi berwirahusaha mengunakan Spearman diperoleh p=0,011 0,05 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,228. Apabila nilai Sig. 0,05 maka
hipotesis diterima, sebaliknya apabila nilai Sig. 0,05 maka hipotesis ditolak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha. Dari hasil uji one sample t-test pada variabel kemandirian, hasil
menunjukkan bahwa skor mean empirik lebih kecil daripada skor mean teoritik 32,27 35. Hal ini berarti bahwa subjek memiliki kemandirian yang rendah.
Menurut Muhamad Ali dan Muhamad Asrosri dalam Widaati, 2015 salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian dalam penelitian ini adalah
sistem kehidupan di masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki struktur sosial dan kurang menghargai manifestasi potensi individu. Hal ini di dukung
oleh Tantra 2011 sebagai pemerhati sosial-agama IKIPN Singaraja Bali, rendahnya kemandirian dapat terjadi karena adanya pengaruh nilai-nilai modern
yang lebih mementingkan status sosial dan materi. Pengejaran status menyebabkan muculnya mental bangsawan atau gengsi sehingga mulai adanya
status pekerjaan kasar dan pekerjaan halus. Hal ini menyebabkan masyarakat bali mulai memilih-milih pekerjaan. Masyarakat Bali yang lebih mementingkan
status sosial tinggi menyebabkan seseorang lulusan perguruan tinggi kurang berminat untuk berwirausaha dan lebih berminat bekerja di kantor. Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara bahwa para lulusan perguruan tinggi di Bali sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan atau instansi untuk mencari dan
melamar pekerjaan. Hal ini dikarenakan mereka lebih merasa nyaman dan aman bekerja di suatu instansi atau perusahaan karena lebih memiliki kepastian
penghasilan yang tetap setiap bulannya dan adanya jenjang karir yang dapat mempengaruhi status sosialnya.
Rendahnya kemadirian pada lulusan perguruan tinggi di Bali memberikan dampak pada motivasi berwirahusaha. Hal ini dukung oleh pernyataan Fishbein
dan Ajzen dalam Menara, 2013 bahwa motivasi berwirausaha dipengaruhi oleh faktor kemandirian, tatangan ekonomi, kesadaran diri, kepercayaan diri,
keamanann dan beban kerja, menghindari tanggung jawab, dan karir sosial. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
beberapa lulusan perguruan tinggi di Bali yang kurang memiliki motivasi untuk berwirausaha.
Mereka mengatakan
bahwa untuk
menjadi seorang
wirausahawan memerlukan tidak sedikit biaya, yang mana dalam pikiran mereka biaya tersebut dapat diperoleh dengan cara bekerja di suatu perusahaan
atau instansi terlebih dahulu. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya atau modal yang diperlukan untuk berwirausaha merupakan masalah yang umum