Pendapatan Asli Daerah PAD Dana Perimbangan

Jika dilihat pada Tabel 4.2, lima urutan tertinggi DOB memiliki nilai rata- rata PDRB per kapita yang besar pada lima tahun pertama setelah pemekaran. Sementara lima urutan terendah DOB memiliki nilai rata-rata PDRB per kapita yang kecil pada lima tahun pertama setelah pemekaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada daerah-daerah yang memiliki IKE tertinggi memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi pula.

4.3. Pendapatan Asli Daerah PAD

PAD digunakan untuk menunjukkan kemandirian daerah. Persentase PAD yang tinggi terhadap total pendapatan menunjukkan bahwa daerah tersebut mampu membiayai sebagian besar pengeluaran daerahnya. Hal ini berarti daerah sudah tidak terlalu bergantung pada pendanaan yang berasal dari pusat. Inilah yang menjadi salah satu tujuan dari pemekaran wilayah, yaitu meningkatkan kemandirian daerah. Tabel 4.3. Persentase PAD terhadap Total Pendapatan pada DOB Juta Rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PAD 1034.21 1892.39 3245.89 3101.42 3611.73 4414.76 Total Pendapatan 22966.33 49972.87 50716.81 64502.27 71736.04 71095.30 Persentase 5 4 6 5 5 6 Sumber: DJPK Kemenkeu, 2005-2010 diolah Jika dilihat pada Tabel 4.3, maka persentase PAD untuk DOB masih sangat kecil, yaitu kurang dari 10 persen. Hal ini berarti ketergantungan DOB terhadap pusat tidak berkurang. Padahal pemerintah pusat telah memberikan kewenangan kepada setiap pemerintah daerah untuk meningkatan PAD setiap daerah yang dipimpinnya. Kewenangan tersebut berupa kebebasan pemungutan pajakretribusi, sistem transfer, dan pemberian kewenangan untuk melakukan pinjaman Sinaga dan Siregar, 2005. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemekaran belum tercapai.

4.4. Dana Perimbangan

Dana perimbangan menunjukkan ketergantungan suatu daerah terhadap pembiayaan yang berasal dari pusat. Dana perimbangan terdiri atas DBH, DAU, dan DAK. Jika dilihat pada Tabel 4.4, ketergantungan anggaran daerah terhadap dana perimbangan sangat besar, yaitu lebih dari 80 persen. Sumber dana perimbangan yang memiliki kontribusi terbesar adalah DAU. Hal ini menunjukkan ketergantungan daerah yang masih tinggi terhadap pendanaan yang berasal dari pusat daerah belum mandiri dalam hal keuangan. Jika diteliti lebih lanjut, hal ini disebabkan karena anggaran dasar yang besar di setiap daerah. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.5 bahwa PAD yang besar di suatu daerah tidak menjamin dana perimbangan yang diterima akan kecil. Daerah yang memiliki PAD yang tinggi seperti Kota Batam dan Kota Cilegon tetap mendapatkan dana perimbangan, khususnya DAU yang besar. Dana perimbangan setiap tahunnya memang direncanakan terus meningkat oleh pemerintah pusat. Peningkatan ini terutama dari sisi DAK dan DBH. Diharapkan dengan adanya peningkatan dana perimbangan ini terutama yang bersumber dari DBH, dapat dialokasikan untuk memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur setiap daerah, sehingga kedepannya dapat meningkatkan iklim investasi. Peningkatan jumlah investasi dapat meningkatkan jumlah PAD dan menjadi sumber PAD baru bagi daerah. Sehingga, adanya peningkatan dana perimbangan diharapkan kedepannya dapat meningkatkan jumlah PAD setiap daerah serta mengurangi tingkat ketergantungan fiskal setiap daerah. Tabel 4.4. Total Dana Perimbangan Daerah Otonom Baru Juta Rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total Pendapatan TP 22966.33 49972.87 50716.81 64502.27 71736.04 71095.30 PAD 1034.21 1892.39 3245.89 3101.42 3611.73 4414.76 Persentase PAD terhadap TP 5 4 6 5 5 6 Dana Perimbangan DP 20153.76 45510.81 50188.07 55571.11 61710.53 59655.24 Persentase DP terhadap TP 88 91 99 86 86 84 Sumber: DJPK Kemenkeu, 2005-2010 diolah Tabel 4.5. Jumlah PAD dan Dana Perimbangan KabupatenKota Tertinggi dan Terendah Juta Rupiah No. Urut DOB PAD Dana Perimbangan DAU DAK DBH 1 Kab. Mimika 94.46 873.09 225.21 45.82 602.06 2 Kota Batam 141.87 599.59 214.25 21.23 304.75 3 Kab. Sumbawa Barat 22.14 274.53 157.64 37.52 70.31 4 Kab. Bangka Barat 18.45 285.97 207.96 34.84 40.12 5 Kota Cilegon 115.06 342.07 244.12 12.57 85.31 137 Kab. Teluk Wondama 80.48 297.01 213.82 42.56 40.62 138 Kab. Pegunungan Bintang 4.25 496.19 373.90 76.73 45.57 139 Kab. Yahukimo 3.51 511.24 379.89 66.20 36.91 140 Kab. Paniai 6.21 453.24 360.57 51.98 34.93 141 Kab. Puncak Jaya 9.06 445.74 339.23 53.44 48.47 Sumber: DJPK Kemenkeu, 2005-2010 diolah

4.5. Indeks Pembangunan Manusia IPM

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pemekaran Wilayah Induk Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kabupaten Asahan)

13 93 123

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAHPENDUDUK MISKIN DI WILAYAH PEMEKARAN TINGKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI WILAYAH PEMEKARAN TINGKAT KABUPATEN (Studi Kasus Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Sebelum Dan

0 4 16

FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP RENCANA PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN KUNDUR SEBAGAI KABUPATEN BARU DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU.

9 28 38

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Di Wilayah Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 5 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Di Wilayah Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 3 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Di Wilayah Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 2 13

Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Program Dokter Kecil Di Wilayah Puskesmas Tamblong.

2 4 17

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan berwirausaha pada alumni SMK di Kabupaten Purworejo Cover

0 6 19

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN ...

0 6 11