Gambar 13. Diagram Proses Pembuatan Gel Pengharum Ruangan Berbasis Campuran Semi Refined Carrageenan
dan Glukomanan
Ket Penelitian Tahap I
Penelitian Tahap II Penelitian Tahap III
Konsentrasi pewangi: 0,5,
1,1,5,2
Penentuan proporsi campuran bahan pembentuk gel terbaik
Pembuatan gel pengharum ruangan menggunakan beberapa konsentrasi
pewangi yang berbeda Penentuan konsentrasi bahan
pembentuk gel terbaik
Proporsi campuran: 1:1;2:1;3:1;4:1;1:2;
1:3;1:4 Kekuatan gel,
Sineresis, Matriks gel, Kekerasan,
Konsentrasi : 5,6,7
Kekuatan gel, Sineresis, kekerasan
Rigiditas, Matriks gel
Sineresis, Retention dan Release Susut bobot,
Penguapan Zat cair, Perubahan Matriks gel, konsentrasi
minyak tiap bagian gel, profil komponen pewangi
Penentuan konsentrasi bahan fiksatif
Konsentrasi Fiksatif: 0,5,1,1,5 2
Bau, ketahanan wangi
Semirefined carrageena n dan
Glukomanan
3.4. Metode Pengujian 3.4.1. Sineresis AOAC, 1995
Sineresis yang terjadi selama penyimpanan diamati dengan menyimpan gel pada suhu ruang selama 24 jam. Sineresis dihitung dengan mengukur kehilangan berat
selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan berat awal gel. Sineresis dinyatakan dengan rumus
: Sineresis =
3.4.2. Profil komponen pewangi gel pengharum ruangan Juteau et al. 2004
Prosedur analisis release aroma ini digunakan untuk matriks berbasis karagenan. Pengujian sampel dilakukan dalam tiga kali ulangan dalam botol borrosilicate berukuran
100 ml. Senyawa aromasampel gel pengharum ruangan yang telah ditambahkan pada suhu 60
o
C, kemudian sampel disetimbangkan selama 2 jam pada suhu 30
o
C tanpa pengadukan. Untuk memulai pengukuran kinetik dengan konsentrasi aroma terendah di
headspase, fase gas dalam sampel diperbaharui dengan aliran 500 ml.min
_1
udara selama 2 menit. Matriks kemudian dianalisis dengan terlebih dahulu disetimbangkan
pada suhu 30
o
C dengan waktu yang berbeda 5-7200 s. Hanya satu sampel per labu yang dianalisis. Sampel fase uap 1 ml diambil dengan syringe gas-tight 1 ml, SGE
dan disuntikkan ke kromatografi gas HP 6890 yang dilengkapi dengan kolom DB-Wax J W Sains, id 0,32 mm, 30 m, ketebalan film = 0.5 mm. Suhu dari injektor dan FID
adalah masing-masing 240 dan 250
o
C. Besarnya kecepatan gas H
2
sebagai pembawa adalah 2,5 ml.min
_1
dan suhu oven adalah 67
o
C.
3.4.3. Morfologi matriks gel dan gel pengharum ruangan dengan menggunakan SEM AOAC 1980
Analisis matriks gel dan gel pengharum ruangan menggunakan SEM Scanning Electron Microscopy
. Sampel Gel dipotong sebesar 2-3 mm bagian sisi dalamnya kemudian dipreparasi mendapatkan sampel dalam bentuk kering dan setelah melalui
proses preparasi sampel gel kemudian ditempatkan di atas stubs dudukan sampel lalu dilapisi dengan emas menggunakan alat gold sputter coater selama 30 menit dengan
ketebalan pelapisan sebesar 400-500
o
A. Sampel yang telah dilapisi ditempatkan ke dalam mikroskop SEM Jeol, JSM-5310LV Japan lalu diamati pada voltase akselerasi
20 kV. Gambar yang diperoleh direkam dan dicetak.
3.4.4. Kekuatan Gel, Kekerasan dan Rigiditas Demars dan Ziegler, 2001
Analisis tekstur gel dilakukan dengan menggunakan Texture Analyzer merk STEVENS-LFRA. Jarum penusuk memiliki ukuran luas 0,1923 cm
2
pada kecepatan 0,5 mmdet sampai kedalaman 20 mm, apabila posisi jarum penusuk telah berada di tengah
permukaan gel, alat texture analyzer diaktifkan sampai jarum menembus permukaan gel. Evaluasi hasil pengukuran dilakukan dengan membaca grafik yang dihasilkan.
Kekuatan gel diamati sebagai puncak gaya g pada saat gel pecah dibagi luas kontak areabidang tekan cm
2
, Kekerasan merupakan Nilai Peak Tertinggi cm dikali Nilai Kalibrasi gcm dan nilai Rigiditas gel yaitu Nilai kekuatan gel gcm
2
dibagi Setengah Lebar Kurva cm.
3.4.5. Proporsi Minyak Atsiri Tiap Bagian Gel Pengharum Ruangan Guenther 1990
Prinsip: Kadar minyak atsiri dalam contoh dapat ditetapkan dengan cara pemisahan minyak dan contohnya berdasarkan perbedaan titik didih. Sampel gel
pengharum ruangan dilakukan pengecilan ukuran dan ditimbang sebanyak + 100 g dan dimasukkan ke dalam gelas piala, selanjutnya di sampel yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam alat penyulingan system kokabasi yang telah diisi dengan air. Alat penyulingan kemudian dipanaskan selama 4-6 jam. Setelah waktu pemanasan
berlangsung sesuai dengan waktu tersebut, ml minyak atsiri yang dihasilkan ditampung ke dalam wadah. Hasil penyulingan berupa minyak atsiri kemudian disaring untuk
memisahkan minyak dari kotoran. Perhitungan Kadar minyak atsiri yang diperoleh
adalah :
3.4.6. Penguapan zat cair dan Susut bobot Fitrah 2013
Uji penguapan zat cair dilakukan dengan menimbang bobot gel setiap minggu selama empat minggu. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap
minggunya dan total penurunan bobot setelah empat minggu penyimpanan. Penurunan bobot gel pengharum ruangan diperoleh dengan menghitung selisih bobot gel pada
minggu sebelumnya M
n-1
dengan bobot gel pada saat penimbangan M
n
, sedangkan total penurunan bobot adalah selisih bobot minggu ketiga M
4
dengan bobot awal M .
Besar selisih bobot merupakan jumlah zat cair yang menguap. Persen total penguapan zat cair dihitung dengan rumus :
Persen total penguapan zat cair = Penurunan bobot setiap minggunya dibuat dalam bentuk grafimetri. Persen bobot
gel sisa dihitung dengan rumus berikut : Persen bobot gel sisa =
3.4.7. Morfologi matriks gel pengharum ruangan menggunakan mikroskop cahaya Manual instruksi mikroskop cahaya optiphot-2
Sampel gel pengharum ruangan dipotong tipis menggunakan microtomb dengan ukuran 30 mikro kemudian diletakkan diatas obyek glass. Setelah itu, tutup objek
dengan cover glass dan letakkan pada mikroskop. Agar penutupan dengan cover glass tidak terdapat gelembung di dalamnya maka ujung sisi gelas penutup yang sejajar
dengan permukaan gelas objek ditempelkan dengan kemiringan 45˚. Dengan pelan- pelan gelas penutup ditambahkan kemiringan sampai menutup penuh sampel gel
pengharum rungan yang ada di obyek glas. Kemudian gambar yang dihasilkan diamati dan difoto dengan perbesaran 10X menggunakan kamera canon power shot S51S.
3.4.8. Analisis Sensori Setyaningsih et al. 2010
Analisis sensori adalah proses identifikasi, pengukuran ilmiah, analisis dan interpretasi atribut-atribut produk melalui lima panca indra manusia: indra penglihatan,
penciuman, pencicipan,peraba dan pendengaran, dan melibatkan suatu pengukuran yang dapat bersifat kuantitatif ataupun kualitatif. Tujuan analisis sensori adalah untuk
mengetahui responsatau kesan yang diperoleh panca indra manusia terhadap suatu ransanganyang ditimbulkan oleh suatu produk. Analisis sensori umumnya digunakan