Keterdedahan terhadap media elektronik Radio

antara satu sampai dua kali per minggu adalah yang paling banyak, yaitu sembilan orang 81,82, diikuti oleh responden yang membaca majalah antara tiga sampai empat kali per minggu sebanyak dua orang 18,18. Intensitas keterdedahan media ini berkisar antara nol sampai tujuh jam per minggu. Jenis majalah yang paling disukai responden adalah Hidayah sebanyak tujuh orang 63,64, Trubus dua orang 18,18, dan Tempo sebanyak dua orang 18,18. Responden yang membeli majalah sebanyak sembilan orang 81,81, dan pinjam dari tetangga sebanyak dua orang 18,18.

b. Keterdedahan terhadap media elektronik Radio

Analisis data lebih lanjut menunjukkan bahwa dari jumlah 100 orang responden, ternyata sebanyak 63 orang 63 mendengarkan siaran radio antara satu sampai dua jam per hari, kemudian 23 orang 23 mendengarkan radio kurang dari satu jamhari, dan sebanyak 14 orang 14 tidak pernah mendengarkan siaran radio. Responden yang tidak mendengarkan siaran radio karena persoalan rutinitas kerja sehingga tidak punya waktu untuk mendengar radio. Namun ada juga responden yang memang tidak mempunyai radio. Sebanyak 86 orang 86 responden yang mengaku mendengarkan siaran radio dan menurut stasiun radio yang paling banyak diminati maka sebanyak 48 orang 55,81 mendengarkan Bens Radio, Elsinta sebanyak 14 orang 16,28, Radio Republik Indonesia RRI sebesar 11 orang 12,79, Ria FM didengar oleh tujuh orang 8,14, Radio Kayu Manis RKM oleh empat orang 4,66, Radio Asyafiiyah oleh satu orang 1,16, dan Radio SP FM didengar oleh satu orang 1,16. Banyaknya minat masyarakat untuk mendengarkan siaran Bens Radio karena saluran tersebut lebih banyak menyiarkan acara yang bernuansa Betawi dimana salahsatu acaranya adalah tentang Budaya Betawi dengan aksen Betawi. Radio ini kepunyaan orang Betawi asli yakni milik Bapak Benyamin Sueb. Setelah beliau tiada, radio ini dikelola oleh anaknya Biem Benyamin yang memang merupakan salahsatu penggagas berdirinya Budaya Betawi di Situ Babakan. Acara radio yang paling banyak didengar responden berturut-turut adalah Berita, hiburan, dan lagu yang masing-masing didengar oleh 29 orang 33,72, 23 orang 26,74, dan 18 orang 20,93. Sedangkan acara budaya daerah, dan kuliah subuh, masing-masing didengar oleh sembilan orang 10,47, dan tujuh orang 8,14. Hal tersebut memperlihatkan kenyataan bahwa media radio masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan. Frekwensi keseringan mendengar siaran radio, satu sampai dua kali per minggu sebanyak 27 orang 31,40, tiga sampai empat kali per minggu sebanyak 21 orang 24,42, lima sampai enam kali per minggu 20 orang 23,25, dan tujuh kali per minggu sebanyak 18 orang 20,93. Waktu terbanyak yang digunakan oleh 39 orang responden 45,35 untuk mendengarkan siaran radio adalah pada pagi hari yakni sebelum mereka mulai melakukan aktivitas kerja, kemudian 32 orang 37,21 mendengar siaran radio pada malam hari, dan sebanyak 15 orang 17,44 mendengarkan siaran radio pada siang hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, stasiun radio yang pernah menyiarkan acara tentang PBBSB sangat minim sekali, sehingga keberadaan PBBSB tidak banyak dikenal. Namun demikian Bens radio pernah menyiarkan acara Budaya Betawi, yang dinyatakan oleh sebanyak 21 orang 24,42 responden yang pernah mendengar acara tersebut. Intisari dari acara itu adalah informasi sekitar Perkampungan Budaya Betawi, adat perkawinan dan pengembangan pelestarian kebudayaan, dan Betawi tempo dulu dan sekarang. Hanya satu orang 1,16 dari responden yang mengaku pernah mendengarkan siaran tentang PBBSB di stasiun Radio Republik Indonesia RRI dengan intisari siaran tersebut adalah tentang pengenalan budaya betawi.

c. Keterdedahan terhadap media Televisi TV