hari, tiga sampai lima jam per hari, dan lebih dari lima jam per hari dengan waktu menonton pagi, siang, sore, dan malam hari.
X2.2 Keterdedahan pada saluran Interpersonal, adalah kegiatan komunikasi responden secara personal dan berkelompok, yang meliputi kontak
terhadap penyuluh, institusi, pengelola PBBSB, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat. Diukur dengan skala rasio dan
dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan satuan kali per bulan selama satu bulan terakhir dari saat wawancara untuk
berhubungan dengan orang lain, yaitu nol , satu sampai dua, tiga sampai lima, dan lebih dari lima kali perbulan
X2.3 Partisipasi Sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam
kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi kegiatan pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda. Diukur dengan
skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah jam perminggu selama satu minggu terakhir dari saat
wawancara, yaitu nol sampai tiga jam, tiga sampai lima jam, lebih dari lima jam.
Y Perilaku masyarakat, adalah hasil interaksi yang ditimbulkan oleh
masyarakat berupa pengetahuan knowledge, sikap attitude, dan tindakan practice melalui informasi yang diterima dengan menggunakan atau
memanfaatkan media massa dan media interpersonal dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.
Y1 Pengetahuan, adalah sejauh mana masyarakat mengetahui memahami
konsep program yang tertuang dalam PERDA Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan,
Diukur dengan skala ordinal.
Y2 Sikap, adalah sejauh mana masyarakat mengikuti atau mengabaikan
Materi program yang berkaitan dengan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal
Y3 Tindakan, adalah segala usaha yang telah diperbuat oleh masyarakat
dalam rangka pelaksanaan program pengembangan Perkampungan
Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal Analisa Data
Data yang dianalisis meliputi: 1.
analisis hubungan karakteristik individu dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampunga n Budaya Betawi Situ Babakan, dan
2. analisis hubungan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat
dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Analisis data dilakukan melalui uji Chi Kuadrat, dengan rumus:
?
2 =
∑
i 2
i i
e e
- o
Dimana: ?
2
: Chi Kuadrat o
: nilai teramati e
: nilai harapan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian Geografi
Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salahsatu dari 6 enam kelurahan di Wilayah Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986. Luas wilayah seluruhnya 674,70 Ha, berbatasan dengan Kelurahan Lenteng
Agung dan Kelurahan Jagakarsa sebelah utara, sebelah timur dengan Kali Ciliwung, sebelah selatan dengan Kota Depok, serta sebelah barat dengan
Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan terletak di
Kelurahan Srengseng Sawah, meliputi Rukun Warga RW 06, 07, dan 08. Mempunyai luas 289 hektar, dengan batas fisik, sebelah utara dengan jalan
Mochamad Kahfi sampai dengan jalan Desa Putra, sebelah timur dengan jalan Desa Putra, jalan Pratama, Jalan Wika serta jalan Mangga Bolong Timur dan
jalan lapangan Merah, sebelah selatan dengan jalan Desa Putra, Jalan Pratama, jalan Wika, jalan Mangga Bolong Timur, dan jalan lapangan Merah, serta
sebelah barat dengan jalan Mochamad Kahfi. Sedangkan Komplek Yon Zikon dan komplek Yayasan Desa Putra tidak termasuk dalam kawasan PBBSB.
Kondisi geoklimat wilayah dicirikan oleh topografi yang semuanya dataran rendah, dengan suhu udara rata-rata 27 sampai 30 derajat Celsius,
ketinggian kurang lebih 50 m di atas permukaan laut dpl, dan curah hujan tahunan berkisar antara 2000 - 2500 mm.
Penduduk .
Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan terdiri atas 19 RW Rukun Warga dan 156 RT Rukun Tetangga.
Jumlah penduduk pada akhir tahun 2005 sebanyak 46.939 jiwa, terdiri atas 24.438 jiwa pria 52,06 dan 22.501 jiwa perempuan 47,94. Kepadatan rata-
rata penduduk di Kelurahan ini adalah 6.944 jiwa per Km persegi.
Mayoritas penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah adalah orang Betawi, walaupun sudah banyak penghuni berasal dari luar DKI Jakarta. Jumlah
penduduk ditiap RW dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk di Tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah
No. RW
WNI LK
PR JML
1. 01
1,667 1,696
3,363 2.
02 2,033
1,978 4,011
3. 03
1,965 1,796
3,761 4.
04 943
717 1,660
5. 05
1,942 1,641
3,583 6.
06 1,959
1,765 3,724
7. 07
1,963 1,843
3,806 8.
08 2,295
2,188 4,483
9. 09
3,010 2,674
5,684 10.
10 563
499 1,062
11. 11
637 612
1,249 12.
12 640
670 1,310
13. 13
694 656
1,350 14.
14 669
687 1,356
15. 15
844 867
1,711 16.
16 1,262
1,161 2,423
17. 17
452 402
854 18.
18 404
404 808
19. 19
497 243
740
Jumlah 24,438
22,501 46,939
Sumber: Kelurahan Srengseng Sawah, 2005
Sebagian besar penduduk Kelurahan Srengseng Sawah adalah masyarakat Betawi, sehingga adat-istiadat yang berlaku adalah Budaya Betawi, dan
mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun demikian, kerukunan antar-umat beragama sudah berjalan dengan baik sehingga kehidupan
bermasyarakat antara pemeluk agama satu dengan yang lain saling menghormati.
Jalan dan Transportasi
Arus urbanisasi penduduk telah meningkat diakibatkan pertumbuhan lalu lintas yang semakin cepat. Tingkat pertumbuhan lalu lintas tersebut telah
menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan.
Pintu gerbang Situ Babakan yang saat ini merupakan pintu keluar masuk menuju lokasi Situ Babakan yang akan dijadikan wisata air, wisata budaya dan
wisata agro terlalu sempit apabila dilalui oleh bus-bus pariwisata.. Dengan kondisi sarana transportasi yang masih minim tersebut maka akan terjadi
kesulitan bagi bus-bus wisata dengan ukuran cukup besar untuk dapat masuk ke lokasi Situ Babakan.
Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan di kelurahan Srengseng Sawah saat ini adalah berasal dari penerimaan anggaran rutin, bantuan dari Pemerintah Pusat, bantuan dari
Pemerintah Daerah Tingkat I, serta dari swadaya masyarakat yang berbentuk swadaya murni dan swadaya gabungan. Kemudian ada pula dari Pajak Bumi dan
Bangunan PBB, serta pungutan retribusi-retribusi.
Sarana dan Prasarana Wisata Wisata Air
Lokasi Situ Babakan sebagai kegiatan wisata air terlihat dari bebek air yang saat ini berjumlah sepuluh buah dan dikelola oleh swasta. Bebek air
merupakan salah satu daya tarik pengunjung anak-anak maupun orang dewasa, dengan bayaran Rp 6,000 selama setengah jam pengunjung dapat mengelilingi
Situ Babakan. Selain itu kegiatan yang paling banyak diminati pengunjung adalah kegiatan memancing. Sarana untuk tempat tinggal wisatawan yang
dikelola secara komersial belum terlihat, kecuali Wisma Betawi yang dibangun sebagai rumah contoh untuk tempat beristirahat bagi para pengunjung atau
wisatawan.
Wisata Budaya
Wisata budaya selain difasilitasi oleh ketersediaan rumah Betawi sebagai tempat beristirahat turiswisatawan juga terlihat dari adanya kesenian budaya
Betawi seperti orkes melayu, orkes keroncong, dan gambang kromong masing- masing sebanyak dua perangkat dan qasidah ada 10 kelompok. Selain itu, juga
disediakan panggung terbuka tempat pementasan kesenian Betawi berlangsung. Panggung terbuka ini difasilitasi untuk kegiatan kesenian Betawi dan siapa saja
diperbolehkan menggunakan panggung ini dengan terlebih dahulu me minta izin
kepada petugas pengelola Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan PBBSB agar jadwal pementasan bisa diatur.
Wisata Agro
Kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan dengan melakukan penanaman tanaman buah dan tanaman hias yang tergolong sudah langka,
misalnya kuping gajah, palem, soka. Masyarakat sekitar lebih banyak menanam tanaman buah yaitu belimbing, jambu biji, dan rambutan. Tanaman langka yang
dikembangkan di Situ Babakan antara lain: Buni, Lobi-lobi, Matoa, Nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian adalah jenis-jenis tanaman
lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat. Ada juga tanaman obat keluarga TOGA yang dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah:
Jahe, kencur, mengkudu, dan lain sebagainya.
Pelestarian danPengembangan Budaya Betawi
Pada tanggal 10 Maret 2005 DPRD DKI Jakarta telah menyetujui Rancangan Peraturan Daerah tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi
menjadi Peraturan daerah. Di dalam Perda tersebut ditetapkan bahwa budaya Betawi yang dilestarikan dan dikembangkan adalah budaya Betawi yang
berkarakter religius, yaitu Islami. Kondisi dan masalah di bidang budaya adalah belum optimalnya
pengembangan kesenian dan kebudayaan, serta masih kurangnya pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap nilai-nilai dan tinggalan sejarah dan
budaya maupun kepada para pelaku budaya yang mempunyai andil dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan. Dengan kondisi sosial budaya
masyarakat yang sangat beragam diperlukan sentuhan kebijakan dan tindaklanjut untuk mendukung perbaikan infrastruktur sosial budaya yang telah dimiliki.
Infrastruktur sosial ini sangat luas karena menyangkut aspek kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat. Selama ini, pembangunan sosial dan budaya
masyarakat di Situ Babakan diarahkan pada pembentukan partisipasi aktif masyarakat, rukun, peduli, mandiri, dan demokratis. Namun demikian,
masyarakat Betawi belum memiliki wadah khusus sebagai tempat
mengapresiasikan karya seni budayanya. Mereka belum dapat untuk setiap saat menyaksikan pertunjukkan kebudayaan dan mendapatkan merchandise khas
Betawi, kecuali hanya pada event-event tertentu. Beberapa kebudayaan Betawi yang dapat menjadi kontributor bagi pasar kepariwisataan Jakarta seperti berikut:
- seni musik tradisional gambang kromong, tanjidor, topeng, rebana,
ketimpring, rebana biang, dan lain-lain, -
seni tari. tari topeng, pecak, jali-jali, -
seni pertunjukanteater lenong, ondel-ondel, upacara adat perkawinan, dan lain-lain,
- seni tradisi islami sholawatan, ratib, maulid, rajab, nujuh bulan, akekah, dan
lain-lain, -
seni permainan tradisional tok kadal, petak umpet, galasin, ungkreb, dan lain-lain, dan
- seni artistik bangunan ornamen atap menggunakan gigi balang.
Karakteristik Responden
Responden dalam studi ini terdiri dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan yang bertempat tinggal di kawasan PBBSB yaitu RW 06, RW 07, dan
RW 08. Mereka dipilih sebagai responden karena umumnya mereka terlibat dan mengetahui Budaya Betawi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa
sebanyak 89 persen responden bertempat tinggal di RW 07 dan RW 08 yang jaraknya kurang dari satu kilometer, dan hanya 11 persen responden yang
bertempat tinggal di atas satu kilometer dari PBBSB Karakteristik individu responden yang diteliti dalam studi ini adalah usia,
pendidikan formal, pendidikan nonformal, pekerjaan utama dan tambahan, dan pendapatan. Untuk mengetahui kategori responden dari masing-masing indikator
dilakukan teknik analisis deskriptif, dan hasilnya dapat dilihat dalam bahasan berikut ini.
Usia responden
Sebaran usia responden dalam penelitian ini secara keseluruhan berada pada kisaran antara 23-70 tahun, yang terdiri dari empat kelompok usia yaitu
usia muda, dewasa, tua, dan sangat tua. Sebaran usia secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas responden masuk dalam kategori usia dewasa
35-46 tahun yaitu 36 persen, muda 23–34 tahun 31 persen, tua 47–58
tahun 28 persen, dan sangat tua 59-70 tahun 5,0 persen. Rataan usia responden menunjukkan angka 41,3 tahun yang berarti masuk pada kategori
dewasa. Usia responden dengan kategori dewasa, menunjukkan bahwa responden dalam kategori usia produktif. Dalam mengembangkan perkampungan budaya
Betawi Situ Babakan diperlukan sumberdaya manusia yang potensial, berpengalaman sehingga dapat diharapkan mampu bertindak menjadi pemacu
dan penggerak kesadaran masyarakat dalam mengembangkan perkampungan budaya Betawi Situ Babakan, sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No 3
Tahun 2005.
Pendidikan Responden.
Pendidikan responden dilihat dari pendidikan formal dan nonformal yang diikuti oleh tiap responden. Pendidikan formal responden terdiri atas empat
kelompok, yakni tamat SD, tamat SLTP, tamat SMU, dan tamat Perguruan TinggiDiploma. Sedangkan pendidikan nonformal dilihat dari frekwensi mereka
mengikuti pelatihan dalam satu tahun dan digolongkan atas kategori rendah 1- 2 kali, sedang 3 – 4 kali, dan tinggi = 5 kali.
Tingkat pendidikan formal responden termasuk relatif tinggi, karena terdapat 39 persen lulusan perguruan tinggidiploma, 37 persen berpendidikan
sekolah menengah umum SMU, 10 persen berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP, dan 14 persen berpendidikan sekolah dasar SD.
Dengan demikian masyarakat di sekitar Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan dapat diperkirakan memiliki peluang yang cukup besar untuk
berkemampuan menyerap inovasi baru seperti PBBSB dan melakukan penilaian terhadap kondisi serta situasi yang berkembang di Perkampungan Budaya Betawi
Situ Babakan dimana mereka bertempat tinggal. Tingkat pendidikan nonformal responden dalam mengembangkan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan diukur dari banyaknya pelatihan yang pernah diikuti. Semakin banyak mengikuti pelatihan maka dianggap
semakin tinggi pendidikan nonformalnya. Tidak ada satupun responden yang memiliki pendidikan nonformal yang tergolong pada kategori tinggi, yaitu lebih
dari lima kali dalam satu tahun. Sebanyak 15 persen memiliki pendidikan nonformal yaitu telah mengikuti pelatihan empat kali yang berarti masuk pada
kategori pendidikan nonformal sedang. Sebanyak 30 persen telah mengikuti pelatihan dua kali dan tergolong pada kategori pendidikan nonformal rendah.
Faktor yang menyebabkan rendahnya frekwensi responden dalam mengikuti pelatihan, karena selama ini yang melakukan kegiatan pelatihan hanya
dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI jakarta serta dari Dinas Pertanian. Sedangkan Dinas-dinas yang lain belum pernah mengadakan pelatihan. Hal ini
dapat dimaklumi karena masing-masing Dinas mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dengan demikian, rendahnya pengalaman responden dalam
mengikuti pelatihan bukanlah disebabkan oleh ketidakpedulian responden akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh faktor teknis, yaitu kurangnya pelatihan
keteknisan yang melibatkan mereka.
Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden dibagi atas dua bagian, yaitu pekerjaan utama dan tambahan: Pekerjaan utama responden adalah sebagai pekerja di sektor swasta
40, pegawai negeri sipil 34, dan di sektor pertanian 26. Matapencaharian terbesar responden sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri
sipil dimungkinkan karena sebagian besar responden berpendidikan S1. Responden yang bekerja sebagai petani darat lahan kering, umumnya adalah
dari golongan generasi tua. Selain pekerjaan utama sebagai sumber pendapatan keluarga, sebanyak 39
persen responden memiliki pekerjaan tambahan. Dan sebanyak 27 persen responden bekerja sebagai pembudidaya perikanan dengan sistem keramba jaring
apung KJA. Terdapat sekitar 125 KJA yang diusahakan oleh penduduk Situ Babakan untuk budidaya ikan mas, nila, dan ikan hias sebagai tambahan
pendapatan mereka.
Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan responden yang bersumber dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan.
Pendapatan responden dikategorikan dalam empat kelompok yaitu pendapatan rendah Rp1.000,000 – Rp1.500,000bulan, sedang Rp1.500,000 – Rp
2.000,000bulan, tinggi Rp2.000,000–Rp2.500,000bulan, sangat tinggi Rp2.500,000bulan Berdasarkan data ya ng diperoleh, sebanyak 59 persen
responden berada pada kategori rendah, 21 persen pada kategori tinggi, 11 persen pada kategori sangat tinggi dan 9 persen tergolong pada kategori sedang. Data
tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki status ekonomi yang relatif rendah untuk hidup di daerah Jakarta. Rendahnya
pendapatan responden antara lain adalah karena mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri, umumnya termasuk pada golongan II a sampai III a, dan atau
bekerja sebagai staf. Sedangkan mereka yang bekerja di sektor swasta umumnya hanyalah berstatus sebagai karyawan. Responden yang pendapatannya berada
pada kategori tinggi dan sangat tinggi, bekerja di BUMN, dan umumnya mereka mempunyai penghasilan tambahan dari budidaya ikan dengan mengusahakan
keramba jaring apung KJA.
Aktivitas Komunikasi
Aktivitas komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh responden baik dalam menerima informasi maupun dalam menyampaikan
informasi. Penelitian ini mengamati tiga variabel aktivitas komunikasi yang dilakukan responden, yaitu keterdedahan pada media massa media cetak dan
media elektronik, keterdedahan pada saluran interpersonal, dan partisipasi sosial.
1. Keterdedahan Pada Media Massa
Tingkat keterdedahan yang diteliti adalah frekuensi, lama dan banyaknya responden membaca koran, majalah, brosur, mendengarkan radio, dan menonton
TV yang diukur dalam jam perminggu.
a. Keterdedahan terhadap media cetak Koran dan Majalah