Analisis Deskriptif Indeks Williamson

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan perkembangan PDRB, serta PDRB perkapita Maluku Utara dari tahun ke tahun. Data yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan 2000. PDRB riil ini digunakan karena data ini sudah tidak mengandung faktor perubahan harga lagi. Sehingga pengukuran pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun lebih tepat dengan menggunakan PDRB atas dasar harga konstan karena lebih mencerminkan perubahan produksi. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah dilaksanakan, serta berguna untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang. Sedangkan struktur ekonomi Provinsi Maluku Utara dapat dilihat dari kontribusi sektoral. Data yang digunakan dalam analisis struktur ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, karena menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam persentase dihitung dengan menggunakan rumus berikut : g it = PDRB ADHK it – PDRB ADHK i,t-1 x 100 PDRB ADHK i,t-1 dimana : g it = Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara PDRB ADHK it = PDRB riil Provinsi Maluku Utara tahun t PDRB ADHK i,t-1 = PDRB riil Provinsi Maluku Utara tahun t-1

3.2.2. Indeks Williamson

Williamson dalam Sjafrizal 2008 meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitiannya menggunakan data ekonomi negara yang sudah maju dan negara berkembang. Ternyata ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Indeks ketimpangan regional menggambarkan ketimpangan kabupatankota di Provinsi Maluku Utara dapat dihitung formulasi sebagai berikut : y n f x y y I i i i w ∑ − = 2 Dimana : I w = Indeks Williamson y i = PDRB per kapita di kabupaten i y = PDRB per kapita rata – rata Provinsi Maluku Utara f i = Jumlah penduduk di kabupaten i n = Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara Indeks Williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin kecil angka yang dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat dikatakan makin merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka ketimpangan semakin lebar. Matola 1985 menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan ada pada taraf rendah, sedang atau tinggi. Untuk itu, ditentukan kriteria sebagai berikut : a. ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35 b. ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan 0,35-0,5 c. ketimpangan taraf tinggi, nila indeks ketimpangan lebih dari 0,5

3.2.3. Klassen Typology