Jenis dan Sumber Data Konsep dan Definisi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Maluku Utara, dan sumber-sumber lainnya yang terkait. Adapun data yang digunakan adalah : 1 Data PDRB Provinsi Maluku Utara menurut lapangan usaha tahun 2000-2008, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. 2 Data PDRB kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara tahun 2000-2008 atas dasar harga berlaku dan harga konstan. 3 Data jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara yang dirinci menurut kabupatenkota tahun 2000-2008. 4 Data PDRB per kapita Provinsi Maluku Utara yang dirinci menurut kabupatenkota 5 Data ekspor Provinsi Maluku Utara tahun 2005-2008. 6 Data indeks pembangunan manusia Provinsi Maluku Utara tahun 2004-2008.

3.2. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Maluku Utara dari sisi kuantitas dan kualitas digunakan metode analisis deskriptif, Indeks Williamson, Analisis Klassen Typology, serta Rank Spearman.

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan perkembangan PDRB, serta PDRB perkapita Maluku Utara dari tahun ke tahun. Data yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan 2000. PDRB riil ini digunakan karena data ini sudah tidak mengandung faktor perubahan harga lagi. Sehingga pengukuran pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun lebih tepat dengan menggunakan PDRB atas dasar harga konstan karena lebih mencerminkan perubahan produksi. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah dilaksanakan, serta berguna untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang. Sedangkan struktur ekonomi Provinsi Maluku Utara dapat dilihat dari kontribusi sektoral. Data yang digunakan dalam analisis struktur ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, karena menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam persentase dihitung dengan menggunakan rumus berikut : g it = PDRB ADHK it – PDRB ADHK i,t-1 x 100 PDRB ADHK i,t-1 dimana : g it = Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara PDRB ADHK it = PDRB riil Provinsi Maluku Utara tahun t PDRB ADHK i,t-1 = PDRB riil Provinsi Maluku Utara tahun t-1

3.2.2. Indeks Williamson

Williamson dalam Sjafrizal 2008 meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitiannya menggunakan data ekonomi negara yang sudah maju dan negara berkembang. Ternyata ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Indeks ketimpangan regional menggambarkan ketimpangan kabupatankota di Provinsi Maluku Utara dapat dihitung formulasi sebagai berikut : y n f x y y I i i i w ∑ − = 2 Dimana : I w = Indeks Williamson y i = PDRB per kapita di kabupaten i y = PDRB per kapita rata – rata Provinsi Maluku Utara f i = Jumlah penduduk di kabupaten i n = Jumlah penduduk di Provinsi Maluku Utara Indeks Williamson besarnya antara nol dan satu. Semakin kecil angka yang dihasilkan menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil pula atau dapat dikatakan makin merata. Tetapi jika angka yang didapat mendekati satu maka ketimpangan semakin lebar. Matola 1985 menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan ada pada taraf rendah, sedang atau tinggi. Untuk itu, ditentukan kriteria sebagai berikut : a. ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35 b. ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan 0,35-0,5 c. ketimpangan taraf tinggi, nila indeks ketimpangan lebih dari 0,5

3.2.3. Klassen Typology

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan klasifikasi tiap kabupatenkota di wilayah Provinsi Maluku Utara. Menurut Sjafrizal 1997 analisis ini didasarkan pada dua indikator utama yaitu rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan perkapita di suatu daerah. Analisis ini membagi empat klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda yaitu : a. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh high growth and high income merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi. b. Kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan low growth but high income merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi. c. Kuadran III yaitu daerah berkembang cepat high growth but low income merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi. d. Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal low growth and low income merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi. Tabel 3.1. Klasifikasi KabupatenKota Menurut Klassen Typology ij Y j Y ij Y j Y ij R j R Kuadran III Daerah berkembang cepat Kuadran I Daerah maju dan tumbuh cepat ij R j R Kuadran IV Daerah relatif tertinggal Kuadran II Daerah maju tapi tertekan Keterangan : ij R = Laju pertumbuhan PDRB ADHK tiap kabupatenkota j R = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK Provinsi Maluku Utara ij Y = Pendapatan perkapita tiap kabupatenkota j Y = Rata-rata pendapatan perkapita Provinsi Maluku Utara

3.2.4. Rank Spearman

Koefisien Korelasi rank Spearman atau disebut rho merupakan ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek yang dipelajari dapat di-ranking dalam dua rangkaian berurut. Korelasi ini digunakan untuk melihat korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia IPM. Rumus untuk menghitung koefisien korelasi Spearman r s adalah sebagai berikut : n n d r n i i s − − = ∑ = 3 1 2 6 1 dimana : r s = koefisien korelasi Spearman d i = perbedaan setiap pasang rank n = Jumlah pasangan pengamatan Hipotesis yang digunakan dalam analisis ini adalah : H o : ρ = 0 kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan yang lain H i : ρ ≠ 0 kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan yang lain Uji signifikasi harga observasi r, tergantung pada besarnya sampel : ● untuk sampel kecil gunakan tabel r s ● untuk sampel besar n ≥ 10 menggunakan tabel nilai t, dimana harga t observasi dihitung dengan rumus : 2 1 2 s s r n r t − − = Kesimpulan : Sampel kecil : H o ditolak bila r s observasi lebih besar daripada r s tabel, dan sebaliknya. Sampel besar : H o ditolak bila t hitung lebih besar daripada nilai t tabel dan sebaliknya.

3.3. Konsep dan Definisi

PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu 1 pendekatan produksi, menurut pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu triwulanan, semesteran, atau tahunan. Secara garis besar dalam pendekatan ini PDRB dibagi dalam 9 sektor; 2 pendekatan pendapatan, menurut pendekatan ini PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi, meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan yang turut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu; 3 pendekatan pengeluaran, menurut pendekatan ini PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor neto ekspor dikurangi impor dalam jangka waktu tertentu. PDRB perkapita merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Jika data disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran. PDRB perkapita diperoleh dari perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk. Secara konseptual IPM adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata- rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan melek huruf dan rata- rata lama sekolah, dan indeks standar hidup layak. IPM merupakan alat ukur kinerja pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah atau secara lebih spesifik merupakan alat ukur kinerja dari pemerintahan suatu wilayah negara, provinsi atau kabupatenkota UNDP, 1990 ; BPS, 1997. Indeks pembangunan manusia dapat dihitung dengan rumus berikut : IPM = 13 Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 . Dimana X 1 , X 2 , dan X 3 adalah indeks harapan hidup, indeks pengetahuan dan indeks kehidupan yang layak. IPM mencoba memeringkat semua provinsi dari skala o tingkat pembangunan manusia yang paling rendah hingga 100 tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi. IPM memeringkat semua povinsi menjadi tiga kelompok : tingkat pembangunan manusia yang rendah 50, tingkat pembangunan manusia menengah 50 –80, dan tingkat pembangunan manusia tinggi 80. Konsep pembangunan manusia secara implisit tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals MDGs, yang mencakup 8 tujuan dan 18 target, mulai dari mengurangi kemiskinan, penuntasan pendidikan dasar baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan, kesetaraan gender, menurunkan angka kematian balita, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIVAIDS, memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan United Nations BAPPENAS, 2007.

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI MALUKU UTARA

4.1. Keadaan Geografis

Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 3 lintang utara – 3 lintang selatan dan 124 -129 bujur timur. Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang dibatasi oleh: - Samudra Pasifik disebelah Utara - Laut Halmahera disebelah Timur - Laut Maluku disebelah Barat - Laut Seram disebelah Selatan Luas wilayah Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan tercatat 140.366,32 km 2 , yang terdiri dari luas daratan sebesar 33.413,53 km 2 dan luas lautan sebesar 106.952,79 km 2 . Ibukota definitif Provinsi Maluku Utara berada di Sofifi, namun sementara ibukota berada di Ternate mengingat infrastruktur yang tersedia di Sofifi belum memadai. Pada awal terbentuk, Provinsi Maluku Utara hanya terdiri dari 3 kabupatenkota 2 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, serta Kota Ternate. Seiring dengan adanya pemekaran wilayah, saat ini Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 kabupatenkota 6 kabupaten dan 2 kota, yakni Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, Halmahera Utara, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Kota Ternate, serta Kota Tidore Kepulauan. Dari 8 kabupatenkota tersebut, kabupaten yang memiliki wilayah paling luas adalah Kabupaten Halmahera Selatan, sedangkan kabupatenkota yang memiliki